16. Deal?
Pagi hari sebelum bel berbunyi. Kami kumpul dikelasku kecuali Bintang. Bergosip gosip seperti biasa.
"Gue ada berita hot banget nih," ujar Jo sembari menyugar rambutnya.
Fahri berdecak meremehkan, "berita yang di bawa lo tuh gak pernah ada yang bener Jo," sahut Fahri sembari membenarkan tali sepatu.
"Sekata-kata lo, kali ini gue beneran," ujar Jo yakin.
"Emang berita apahan si Jo. Sehot apa tug berita," ujarku kepo, lalu menutup buku, habis ngerjain tugas.
"Jadi gini," Jo membenarkan posisi duduknya. "Tadi gue liat Disa berangkat bareng sama Gildan! Punya hubungan apa ya mereka?" ungkap Jo.
Aku dan Fahri sama-sama kaget, tidak percaya Disa ada sesuatu dengan Gildan.
"Cuma temenan kali, udah ah jangan gosip," ujarku yakin.
Tak lama Disa datang sambil merengek. Entah setan apa yang merasukinya pagi-pagi begini.
"Nih anak ngapa dah. Dateng-dateng kaya orang kesetanan," ujar Jo heran.
Disa duduk disampingku.
"Aku dipaksa berangkat bareng Gildan!" rengeknya lagi.
Ternyata Jo benar, yang dia lihat tadi benar Disa dan Gildan.
"Dia tuh kenapa ya gangguin aku mulu," curhat Disa sedih campur kesal.
"Suka kali sama lo," sahut Jo membuat Disa melotot.
"Gak mau aku disukain sama dia!" sentak Disa.
"Loh kenapa? Dia ganteng loh Dis. Yakin gak mau?" godaku membuatnya makin kesal. Tapi memang benar, sih, Gildan itu cowok terganteng di Sma Angkasa. Cuma karena dia sering bolos dan kadang suka ribut gitu jadinya pada takut buat deketin dia. Kalo dibandingkan dengan Bintang juga masih gentengan Gildan . Maaf yang Tang. Aku bicara fakta soalnya.
"Gas aja kali Dis, gue yakin dia anak baik," saran Fahri yang lumayan mengenal Gildan, karena katanya mereka tetangga.
Di tengah-tengah kami membahas Disa dan Gildan, tiba tiba Bintang bergabung bersama kami. Wangi khasnya langsung menyebar keseluruh sudut kelas.
"Gue gabung ya?" tanya Bintang ragu.
Disa, Fahri dan Jo malah melirikku. Sontak aku mengerutkan kan kening bingung. "Kenapa?" tanyaku.
"Boleh gak," tanya Disa pelan.
"Kenapa gak, gabung aja," jawabku santai.
"Jangan nangis lo Lan," ujar Fahri memperingati.
"Emang mau nangis kenapa. Cuma gabung kan. Biasanya juga gitu" kataku lagi.
Setelah itu Fahri menganguk menjawab Bintang. Cowok itu dengan semangat duduk disamping Fahri ikut bergosip bersama.
"Ngomong ngomong lo udah sehat Tang?" tanya Jo.
"Udah, kalo belum mana mungkin gue sekolah," jawab Bintang ada benarnya.
"Sungguh pertanyaan yang berbobot," sindir Fahri alus.
"Salah mulu dah gue di sini. Dah lah balik aja gue!" kasal Jo beridiri.
"Yaudah sana. Husss husss sanaaah," usir Fahri bercanda.
"Gak ada yang mau nahan gue nih?" Jo melirik kami satu persatu.
"GAK!" jawab kami serentak.
"EMANG PADA KEK ANJRIT LO YA," marah Jo.
"MUKE LO TUH ANJRIT!" balas kami lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK LUKA
Teen Fiction(FOLLOW DULU YA!) Gimana rasanya suka sama sahabatmu sendiri? Itulah yang sedang aku rasakan. Mencintai dia yang menganggapku sahabatnya sejak dulu. Menyaksikan orang yang aku cinta mencintai orang lain, tepat di depan mataku. Lebih sakit dari say...