19. Bintang Cemburu?

7.5K 462 27
                                    




"Cemburu itu tanda suka. Lo suka sama Bulan?"  -Joo Ahmad


19. Bintang Cemburu?

"Maaahh, Bulan berangkat!" pamitku sebari mengikat tali sepatu.

"Iya hati hati Lan."

Dengan terburu-buru aku lari ke luar gerbang, sampai di sana aku kaget melihat Jaz berada didepan rumahku, cowok itu duduk di atas motornya dengan seragam putih abu-abu dan almamater osis Sma Angkasa.

"Jaz? ngapain di sini?" tanyaku bingung.

Cowok berkulit sawo matang itu menoleh, melihatku dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.

"Jemput lo," jawabnya santai.

"Hah? gak usah, bisa berangkat sendiri," tolakku mentah, meski belum tau apa motif utama dia jemput aku.

"Parah sih gue udah jemput masa ditolak," Jaz terkekeh.

"Gak ada yang suruh kan tapi?" tolakku lagi.

Aku tidak mau jadi bahan gosip baru. Apalagi Jaz ketua osis, udah pasti akan jadi omongan kalau aku satu motor sama dia.

"Emang gak ada yang suruh sih, gue inisiatif sendiri mau jemput lo, ya anggap aja ucapan terimakasih buat kemarin karena lo udah berantisipasi diacara pensi. Dan sorry banget gue gak bisa nemuin lo pas pensi kemarin. Lo tau sendiri lah gue Ketua Osis. Jadi sibuk," ujar Jaz.

Mendengar alasannya yang cukup masuk akal, akhirnya aku mengiyakan.

"Yaudah iya."

"Nah gitu dong. Yuk naik." Jaz langsung bersemangat menyuruhku naik. Bahkan dia menurunkan injakan motornya untukku.

Aku naik ke motor besar milik Jaz. Tidak peduli apa kata orang nanti.
Semoga saja tidak ada omongan yang memanaskan telinga.


"Lo suka liatin langit? Dari tadi lo liatin ke arah atas terus, padahal yang didepan gak kalah indah," Jaz ketawa garing dibalik helmnya.

"Becanda Lan, tapi serius lo itu suka banget liatin langit ya?" ujarnya lagi.

"Iya suka," jawabku tersenyum tipis.

"Suka karena langitnya cerah?"

Aku menggeleng. "Gak gitu. Suka aja karena aku ngerasa langit itu selalu ikutin kemana pun aku pergi."

"Lo lucu ya," kata Jaz.

Aku menggerutkan keningku mikir. "Ha? lucu dari mananya?"

"Bintang bodoh banget sia-siain cewek kaya lo," ujarnya samar. Meski begitu aku masih mendengarnya.

Setelah itu aku tidak membuka suara lagi. Begitupun Jaz.


"Sampe sini aja Jaz," Aku menepuk pundak Jaz ketika kami sampai depan gerbang sekolah.

"Kenapa? sekalian ke parkiran aja, tanggung," suruhnya.

TITIK LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang