13. SMA Rajawali

417 41 0
                                    

Pagi yang cerah dengan senandung burung-burung kecil dan bunga yang semerbak harumnya menusuk indera penciuman Cla, membuatnya hanyut dalam nyanyian alam yang membawa angin lembut membelai rambut panjangnya berkibar bagai bendera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang cerah dengan senandung burung-burung kecil dan bunga yang semerbak harumnya menusuk indera penciuman Cla, membuatnya hanyut dalam nyanyian alam yang membawa angin lembut membelai rambut panjangnya berkibar bagai bendera.

Memejamkan mata untuk lebih hanyut dalam buaian alam di tengah-tengah padang mimpi yang menenangkan. Tangannya tergerak mengikuti keinginan hatinya untuk merentang, melepaskan beban yang seakan terbang bersamaan dengan angin yang menghembus padanya, membelai lembut wajah, menenangkan urat yang tadinya menegang karena menahan amarah yang penuh sesak dalam benak.

Di sinilah Cla, di taman mimpi yang berwarna-warni bagaikan cantiknya pelangi, yang muncul di langit setelah hujan yang mengguyur bumi agar tetap terjaga kelembabannya. Di sinilah Cla, di tempat melepaskan segala penat dan amarah yang akhir-akhir ini semakin menggebu hanya karena dua kata.

Beda agama.

"Clarance, bangun sayang." Suara Mamahnya membuyarkan mimpi indah di pagi hari yang cerah.

"Ya, Mah. Tunggu sebentar," jawabnya sambil membersihkan tempat tidur.

Setelah itu pergi ke kamar mandi untuk melakukan ritual bernamakan mandi. Lalu memakai seragam almamater Bunga Bangsa. Kemeja berwarna pink dengan lengan pendek serta rok selutut berwarna senada. Rambut panjangnya ia gerai dengan bandana berwarna pink juga. Jangan lupakan sweater berwarna putih yang selalu ia kenakan.

"Pagi semua!" sapa Cla dari tangga sembari berlari menuju meja makan.

"Pagi, Nduk. Sini duduk lalu sarapan. Semua makanan ini Oma yang buatkan khusus untuk cucu kesayangan." Oma memberikan piring dengan isi lauk pauk yang menggugah selera.

Cla tersenyum simpul. "Terima kasih, Oma."

"Cla berangkat naik mobil sendiri atau mau diantar?" tanya Gibran—Papah Cla.

"Cla berangkat sama temen," jawabnya sedikit hati-hati.

"Sama siapa, Nak? Apakah sama Ara?" tanya Martha—Mamah Cla.

"Sama Arta," balas Cla jujur.

Muka Gibran memerah menahan amarah. Martha sudah menggenggam tangan Gibran untuk memberikan kesabaran serta ketenangan.

"CLARANCE!" tegur Gibran.

Anita menggebrak meja depan menantunya. Berusaha memeringati perbuatan menantu pada cucunya. "GIBRAN! Kamu ini apa-apaan! Makan, Cla. Oma yakin Arta orang yang baik," ujarnya.

Cla memakan roti bakar rasa coklatnya dengan menahan amarah, lalu meneguk susu coklatnya dengan cepat. Kini, Cla bangkit dan mengambil tas serta memakai sepatunya.

Cla membuka pintu rumahnya. "Cla pamit," ucapnya lalu keluar pintu.

"Kamu ini seharusnya bisa lebih sabar sedikit, Gibran." Anita memeringati menantunya.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang