Cla mengemasi barang-barang yang akan ia bawa pindah. Jogja, kota kesukaannya serta kota pelariannya. Ia akan menuju kota tersebut untuk memulai hidup baru. Tidak ada lagi keluarga, sahabat, ataupun kekasih. Tidak ada lagi seorang Artanabil Haedar Raqila dalam hidupnya. Cla memilih mundur. Cla memilih menjauh.
"Kak, mungkin ini memang jalan terbaik untuk kita semua. Aku pamit, Kak. Aku pamit bukan karena aku tidak lagi mencintai kakak. Aku pamit bukan karena aku tidak mau berjuang lebih lanjut. Aku pamit karena aku rasa ini jalan terbaik. Selamat berbahagia meskipun bukan bersama aku. Aku tetap mencintaimu sejauh apapun jarak yang aku ciptakan. Semoga kakak bahagia. Aku sayang Kak Arta," batin Cla saat melihat fotonya dengan Arta.
Cla pikir dengan menyamai langkahnya bersama Arta, ia akan diterima. Cla pikir berjuang seperti ini akan membuat semuanya lebih baik. Nyatanya semua hanya pikiran Cla. Nyatanya semua hanya angan belaka. Perjuangannya tidak berhasil sama sekali. Perjuangannya tidak membuahkan apapun.
"Nona, penumpang pesawat menuju Jogja sudah dipanggil," ujar Agus kepada Cla.
Cla mengangguk paham. "Jaga diri baik-baik di sini ya. Jangan pernah katakan apapun kepada siapapun bahwa saya pergi ke Jogja."
Agus mengangguk paham. "Baik, Nona."
Cla berjalan menuju pesawat. "Selamat tinggal Jakarta. Buatlah semua orang yang aku sayang bahagia, meskipun tanpa aku akhirnya. Meskipun aku terbuang nantinya."
***
Ara resah karena sedari tadi Cla tak kunjung kembali. Padahal Cla hanya pamit untuk menemui Arta di kelas Arta. Tapi sudah dua jam lebih Cla tak kembali. Ara benar-benar khawatir saat ini.
Guru-guru pengajar sudah menanyakan keberadaan Cla. Namun Ara hanya jawab tidak tahu. Apakah Cla dalam keadaan baik-baik saja?
"Sayang!" panggil Angkasa sembari menghampiri Ara.
"Loh, Ra. Cla mana?" tanya Arta yang berada di belakang Angkasa. Pertanyaan Arta membuat Ara mendelik tajam.
"Bukannya Cla nemuin lo, Kak? Tadi pas istirahat pertama Cla pamit ke gue, katanya mau nemuin lo," balas Ara dengan perasaan cemas.
Arta terlihat sangat bingung. "Istirahat pertama? Ketemu gue? Gue bahkan dari tadi pagi belum ketemu Cla," jawabnya.
"Kalau ga ketemu lo, terus Cla ke mana? Udah dua jam dia ga ikut pelajaran," papar Ara.
Arta mencari jawaban atas pertanyaan yang Ara tanya. Ke mana Cla? Ah, iya! Arta paham saat ini!
"Gue tau," cetus Arta dengan tergesa-gesa.
"Tau apa?" tanya Angkasa bingung.
"Tadi Cla pamit ketemu gue pas istirahat pertama? Gue pas istirahat pertama ga ada di kelas. Lo tau sendiri kan, Sa?" lirih Arta.
Angkasa mengangguk. Ya, memang saat istirahat pertama Arta tidak berada di kelas.
"Gue tadi ketemu Myla, dia ngajak gue ke belakang gedung."
Ara mengernyitkan keningnya, tak paham. "Terus?"
"Kalau Cla ke kelas sebelas, dia pasti lewat belakang gedung. Dia pasti lihat gue sama Myla. Bahkan yang lebih gue khawatirkan dia dengar apa yang Myla omongin ke gue." Arta menghembuskan napasnya tersengal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
Ficțiune adolescențiBukan hanya menceritakan tentang kakak kelas cool namun menceritakan tentang bagaimana rumitnya hubungan beda agama. Bagaimana rumitnya perasaan tak direstui orang tua. Bagaimana cara bersama dan saling mengerti. Saling mengerti tanpa harus menyakit...