Cla pulang menuju kontrakannya dengan air mata yang pilu. Semua hidupnya memang sudah hancur. Keluarga yang mengusirnya, kehormatan seluruh siswa yang sudah hilang, turunnya jabatan, dan masih banyak lagi lainnya.
"Ya Allah beri aku petunjuk," gumam Cla dengan isak pilu. Cla benar-benar hancur.
***
Arta masih berada di sekolah, ia kini tengah melamun di dalam kelas. Apakah Cla benar-benar diturunkan karena pasal pindah agama? Apakah sekolah ini tidak bisa sedikit lebih tegas?
"Hai!" Lamunan Arta buyar mendengar ada seseorang yang menyapanya.
Rupanya Myla yang menyapanya hangat dengan senyum manis.
"Boleh aku bicara?" tanya Myla sembari memegang tangan Arta. Arta hanya mengangguk.
Myla menghela napasnya. "Aku sebenarnya ga mau kalau disuruh gantiin Cla. Aku sebenarnya kasihan sama Cla, tapi aku ga bisa apa-apa. Aku merasa bersalah banget," ucapnya dengan raut wajah bersalah.
Arta menggelengkan kepalanya. Ia mengusap tangan Myla dengan lembut. "Lo ga salah kok. Ini emang udah keputusan dari pihak sekolah, jadi jangan salahin diri lo ya? Gue tau lo orangnya baik," hibur Arta kepada gadis di depannya.
Myla tersenyum. "Makasih ya."
Arta melihat jamnya. Pukul lima sore, ia akan segera pulang. "Lo pulang sama siapa?" tanya Arta hanya buah bibir.
Myla memudarkan senyuman manisnya. "Aku pulang sendiri, lagi ga bawa mobil."
"Ikut gue aja," ajak Arta. Myla tersenyum kaku, ia mengangguk mendapatkan ajakan dari Arta.
***
Aneta tersenyum puas melihat rencananya yang berhasil. Ia berhasil mendapatkan beberapa foto saat Myla bersama dengan Arta. Bahkan ada foto yang tak sengaja tertangkap saat Arta memeluk Myla karena Myla yang hampir jatuh.
"Semua yang gue alami akan lo alami juga, Elizabeth Adelia Clarance." Senyum Aneta tersungging dengan sangat licik.
Aneta melajukan mobilnya, ia membelah jalan raya ibu kota untuk menuju rumah kontrakan Cla.
***
Sesampainya Aneta di depan rumah kontrakan Cla, ia menaruh kotak berisi foto-foto kejutan di atas lantai lalu mengetuk pintu dan langsung bersembunyi.
Cla mendengar ada suara ketukan pintu, buru-buru ia membuka pintu tersebut. Nihil, tidak ada siapapun di sana. Saat melangkahkan kakinya Cla merasa menendang sesuatu, suatu kotak.
Dahi Cla mengernyit. "Kotak dari siapa?" gumamnya sambil berpikir.
Cla berbalik badan, ia masuk ke dalam kontrakannya kembali. Buru-buru ia buka isi kotak tersebut.
"Foto?" beo Cla terlihat bingung dengan isi kotak tersebut.
Cla melihat foto tersebut, ada rasa sakit yang mengganjal di hati. Foto itu foto Arta yang sedang memeluk wanita lain. Wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Myla, sosok yang Cla benci karena merebut segalanya.
Cla menghela napasnya setenang mungkin. "Tenang Cla, lo ga boleh terlalu percaya sama ginian. Ini bisa jadi cuma rekayasa," ujar Cla menenangkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
Teen FictionBukan hanya menceritakan tentang kakak kelas cool namun menceritakan tentang bagaimana rumitnya hubungan beda agama. Bagaimana rumitnya perasaan tak direstui orang tua. Bagaimana cara bersama dan saling mengerti. Saling mengerti tanpa harus menyakit...