28. Bangkrut

271 25 2
                                    

Raylia sedang mengamati laptopnya, membaca hasil keuangan yang membuat perusahaannya hancur.

"Tidak ada yang salah, tapi kenapa perusahaanku hancur?" gumam Raylia.

"Mungkin memang sedang fase turun, Ray. Tak semuanya usaha berada di atas terus," ucap Haedar menenangkan istrinya.

Raylia membenamkan wajahnya pada meja. "Tapi ini ga masuk akal, Mas."

"Berdoa yang terbaik aja, Ray."

Suara ketukan pintu terdengar. Raylia mendongakkan kepalanya.

"Masuk!" perintah Raylia.

"Nyonya, semua saham perusahaan ini ditarik. Kita sudah tidak punya apa apa," ucap pegawai Raylia.

"Kita sudah tidak bisa apa apa lagi, Nyonya. Pilihannya hanya bangkrut," timpal pegawai lainnya.

Raylia memijat pelipisnya frustrasi. "Kita cari perusahaan baru untuk memberikan kita saham," usulnya.

"Tidak ada yang mau, Nyonya. Bahkan seluruh perusahaan sudah menganggap kita bangkrut."

Raylia merasa jantungnya berdetak lebih kencang. "Selamatkan semua yang bisa diselamatkan!"

"Baik, Nyonya."

***

Raylia menangis sejadi-jadinya. Perusahaan yang ia bangun mati matian sudah bangkrut.

"Nyonya ada pihak bank," ucap pegawai Raylia.

"Kasih mereka masuk!"

Pihak bank memasuki ruangan Raylia. Mereka menjabat tangan Raylia.

"Selamat pagi Nyonya Raylia!" sapa pegawai bank.

"Selamat pagi!" sapa balik Raylia.

"Kami turut sedih atas semua kejadian yang menimpa perusahaan ini, tapi peraturan tetaplah peraturan, Anda menggadaikan sertifikat perusahaan Anda untuk modal, bahkan sampai sekarang Anda belum membayarnya sepeserpun." Raylia tak berkutik, hutang yang ia pinjam memang terlalu banyak.

"Saya beri waktu satu hari untuk mengemas barang Anda, Nyonya."

"Baik! Kami akan segera berkemas," ucap Raylia pasrah.

"Terima kasih, Nyonya."

***

Raylia melihat setiap inci kantornya. Setiap sudut kisahnya. Setiap memori yang terekam saat ia berjuang. Ia tersenyum getir, tak ada lagi orang yang memanggilnya nyonya. Tak ada lagi orang yang memberikan hormat saat ia memasuki ruangan. Belasan tahun ia berjuang menjaga perusahaannya, ujungnya tetap bangkrut.

"Nyonya semua sudah dibereskan."

"Terima kasih, kumpulkan semua pegawai di sini!" perintah Raylia.

"Baik, Nyonya."

***

"Saya ucapkan terima kasih untuk kalian semua yang sudah mengabdi pada perusahaan ini. Maaf jika saya banyak salah. Maaf jika saya banyak kekurangan. Kalian semua pasti sudah tahu kasus yang ada di perusahaan ini, perusahaan saya bangkrut. Kalian tenang saja, semua gaji dan pesangon kalian akan tetap saya bayar sesegera mungkin." Tangis Raylia pecah. Perusahaannya hancur, perusahaannya bangkrut. Aset aset yang bisa diselamatkan tidak seberapa, mungkin hanya cukup untuk membayar beberapa gaji karyawan.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang