21. Bandung

309 26 0
                                    

Cla, Ara, Arta, dan Angkasa masih dalam perjalanan menuju Bandung. Angkasa yang mengemudikan mobil Arta dengan Ara di sebelahnya, sedangkan Cla dan Arta di jok belakang. Perjalanan cukup panjang yang sangat santai.

Kini, jam menunjukkan pukul satu siang. Mereka berempat telah sampai di villa milik Angkasa.

"Di sini cuma ada dua kamar," ucap Angkasa memberitahu.

"Ya udah, Cla sama Ara, gue sama lo." Arta merespon singkat.

"Gue sama Ara, lo sama Cla lah!" sanggah Angkasa tak terima.

Ara melotot mendengar ucapan santai Angkasa. "Enak aja!" protesnya.

Cla merotasikan bola mata dengan jengah. "Udah, deh. Kalian sholat aja sana! Keburu telat," lerainya.

Arta tersenyum simpul. Cla memang tidak membedakan agama mereka.

"Lo sendirian di kamar gapapa? Kita sholat di mushola," lirih Ara.

"Gue liat kalian boleh?" pinta Cla dibalas anggukan oleh mereka bertiga.

Ara, Angkasa, Arta melakukan ibadah sebagai seorang muslim, sedangkan Cla melihat mereka melakukan ibadah dengan gerakan diulang-ulang. Desiran darahnya benar-benar membuat merinding. Ada perasaan senang saat melihat ibadah sholat. Ada perasaan tentram saat melihat mereka melantunkan bacaan yang Cla tak tahu.

"Kenapa ini bisa terjadi, Tuhan?" batin Cla.

Setelah selesai sholat Ara, Angkasa, dan Arta berdzikir dengan tasbih. Setelahnya mereka juga menengadahkan tangan untuk berdoa. Cla sadar, mereka memang berbeda. Manik rosario dan manik tasbih merupakan perbedaan yang nyata. Cara berdoa mereka berbeda. Meski Cla melipat tangan dan Arta menengadahkan tangan tetapi doa mereka tetap sama.

***

Cla, Ara, Arta, dan Angkasa sedang berkumpul di gazebo dekat kolam renang sembari meminum vanilla latte favorit mereka, jangan lupakan camilan favorit mereka juga.

"Kalian tau ga sih? Setiap kali Cla melihat orang sholat Cla selalu merinding. Ada rasa senang dan tentram juga di lubuk hati Cla." Cla membuka suara dengan mata berbinar.

"Mungkin itu salah satu petunjuk dari masalah kalian," jawab Angkasa.

Cla mengernyitkan dahi. "Petunjuk? Petunjuk apa?" tanya Cla tidak paham dengan arah bicara Angkasa.

Angkasa menghela napas gusar. "Penyelesaian dari hubungan cinta beda agama cuma dua, Cla. Kalian menerima perbedaan kalian dengan konsekuensi ditentang terus-terusan atau salah satu dari kalian mengubah perbedaan," urainya dengan jelas.

"Bener kata Angkasa, Cla. Kalau salah satu dari kalian harus rela mengubah perbedaan." Ara menyuarakan pro kepada ucapan Angkasa.

Arta menggeleng lemah. "Kalau dari kita mengubah perbedaan tersebut kita semakin gencar ditentang."

"Setidaknya lama kelamaan keluarga kalian paham Ta," timpal Angkasa.

"Ya kalau paham, Sa. Kalau mereka enggak paham gimana? Makin ditentang. Mereka agamawan, kalau lo lupa!" keluh Arta.

"Mau ga mau emang gitu caranya, Kak." Ara memberikan pro kepada ucapan Angkasa.

Cla hanya diam mendengarkan pro dan kontra ketiga orang di sekitarnya.

"Gini Ta, kalau lo serius lo harus ubah perbedaan yang ada, supaya kalian bersatu. Tapi kalau lo ga niat serius, lo cuma niat pacaran, haha hihi kaya gue sama Cla dulu lo bisa terima perbedaan tersebut," jelas Angkasa.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang