39. Serangan Bunga Bangsa

272 26 0
                                    

Cla sudah berada di rumah kecil, jauh dari kawasan pusat kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cla sudah berada di rumah kecil, jauh dari kawasan pusat kota. Ia mengontrak di sini untuk sementara waktu. Eh, entahlah. Mungkin selamanya, karena saat ini Cla sudah tidak punya siapa-siapa. Untung tabungan Cla cukup untuk mencari sebuah kontrakan kecil.

Cla, gadis cantik yang diusir dari rumahnya terpaksa mengontrak. Entah bagaimana kehidupan Cla selanjutnya. Mamahnya bahkan kecewa. Semua keluarga kecewa dengan Cla.

Cla merebahkan tubuhnya di kasur kecil. Ia memejamkan mata sembabnya akibat menangis selama perjalanan. Tak peduli pakaiannya. Tak peduli perutnya. Tak peduli semuanya.

***

Sinar matahari memasuki celah-celah jendela kamar kontrakan seorang gadis, Cla. Cla membuka matanya perlahan, ia melihat jam tangannya. Pukul setengah enam.

Cla langsung memasuki kamar mandi. Tak ada lagi yang namanya berendam lima belas menit dengan aroma strawberry dan vanila. Tak ada lagi yang namanya menyalakan aroma terapi saat lelah. Bahkan tak ada lagi yang namanya shower. Kini Cla hanya mandi dengan gayung. Menyedihkan.

Lima belas menit mandi, Cla akhirnya selesai. Ia membuka kopernya, mencari seragam almamater sekolah tercinta. Kemeja pink dengan rok selutut berwarna senada. Tak lupa bandana yang menjadi ciri khasnya. Cla memoleskan lip-balm dan sempurna! Ia juga mengenakan sweater putih favoritnya.

"Belum beresin buku lagi," gumamnya.

Cla langsung membereskan buku pelajaran. Ia memakai tas ranselnya, mematikan aliran listrik di kontrakan tersebut, lalu melangkahkan kakinya menuju mobil tanpa sarapan terlebih dahulu.

Mobil Cla melesat menuju pusat ibu kota. Cla tak merasakan lapar padahal belum makan dari semalam. Cla juga belum membuka ponselnya. Ponselnya masih berada di tas ransel dari semalam.

***

Cla sudah memasuki parkiran Bunga Bangsa. Ia langsung menuju kelasnya tanpa mempedulikan siapapun. Bahkan tiga orang yang biasa ia jemput kini ia tinggalkan. Entahlah.

"Cla kok lo ga jemput gue, Angkasa, sama Arta sih?" sewot Ara kepada Cla.

"Kenapa juga dari semalam lo ga buka hape?" sewot Ara lagi.

Cla hanya diam tak berkutik. Ia sedang bengong.

"Cla, gila!" teriak Angkasa menghampiri Cla. Cla masih berada pada bengong mode-on.

Angkasa mengguncangkan tubuh Cla. "Woy!" teriaknya.

"Apa sih?" sewot Cla langsung menepis tangan Angkasa.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang