34. Pantai dan Kebahagiaan

266 23 0
                                    

Cla sudah siap dengan kaos tipis berwarna putih dan rok selutut berwarna pink. Tak lupa topi pantai dan kacamata coklat miliknya. Ia memoleskan lip-balm seperti biasa, sempurna! Gadis tersebut mengambil sling bag dan memakainya. Ia langsung berlari keluar kamar dan menuruni tangga.

"Selamat pagi, Bik!" sapa riang Cla pada Bik Jum.

"Pagi, Non. Tumben sudah cantik jam segini?" tanya Bik Jum dengan senyuman jahilnya.

Cla cengengesan mendengar pertanyaan Bik Jum. "Mau main dong, Bik."

Bik Jum melihat jam dinding yang ada di dapur. "Loh masih jam lima pagi, memang mau ke mana, Non? Pakai kacamata coklat sama topi pantai, apa Non Cla mau santai di pantai? Memangnya Non Cla tidak mau ke gereja?"

Cla membungkam mulut Bik Jum. "Sssttt Bik! Jangan bilang keras keras! Iya, Cla mau santai di pantai, mau menikmati keindahan alam yang indah di pagi hari. Cla bolos misa dulu, Bik. Oh iya bibik harus bersekutu sama Cla! Ga boleh kasih tahu siapa siapa kalau Cla bolos misa! Awas kalau bibik kasih tahu mereka, Cla ga mau makan."

Bik Jum meneguk ludahnya, tercengang mendengar ucapan nona mudanya. "Nggih, siap, Non. Udah sana berangkat keburu nyonya dan tuan bangun."

Cla berjalan menuju lemari. Ia mengambil makanan favoritnya, apel toping coklat dan coklat batangan. "Cla pamit!"

"Hati-hati, Non!"

***

Cla memang menyiapkan liburan ini dengan empat sekawan dodol. Dari semalam Cla memerintahkan Mang Urip supaya mengeluarkan mobilnya saat jam setengah lima.

Cla membuka pintu mobilnya. Ia memasuki mobil tersebut dan pergi melesat menjemput tiga orang yang ia sayangi.

***

Cla, Ara, Arta, dan Angkasa sudah berada di dalam mobil, mereka sedang on the way menuju pantai. Mereka akan menghabiskan waktu di sana. Setelah puas mereka akan jalan-jalan! Kapan lagi bisa jalan-jalan di hari minggu?

Cla bukannya tidak mau misa atau ibadah tetapi ia tidak mungkin ke gereja karena ia sudah masuk Islam. Cla memang merencanakan liburan seperti ini untuk menghindari misa.

"Eh coklat gue jangan diabisin kampret!" umpat Cla saat melihat tiga orang sekitarnya memakan coklat favoritnya tanpa memberi Cla sisa. Padahal Cla sedang fokus menyetir. Benar-benar laknat!

"Tenang Cla! Kita bisa mampir ke mini market buat beli coklat," ujar Angkasa santai.

"Mending lo beliin gue pabrik coklatnya sekalian Sa," cengir Cla.

Arta menepuk tangannya heboh. "Setuju! Kan lo sultan Sa."

"Sekalian buat aku ya beb?" ledek Ara pada Angkasa.

"Yang pacaran mah uwu sekali," cibir Cla.

Angkasa dan Ara terbahak-bahak mendengar cibiran Cla.

Angkasa menyenggol lengan Arta, meledek. "Uwu dong, makanya halalin Neng Cla, Bang."

Cla mendecak sebal. "Enak aja! Gue udah halal woi! Gue bukan babi yang haram," sungutnya.

Ara menepuk pelipisnya. "Ga gitu konsepnya woe!"

***

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang