‘‘Semua keputusan ada di tanganmu. Jika kau memang memilihnya, aku hanya bisa tersenyum tipis dan merelakan dirimu’’
—Jeon Jungkook
.
.
Taehyung menatap hampa sebuah bingkai foto didepannya. Foto yang sama hampanya dengan pandangannya saat ini. Foto seorang pria dengan setelan tuxedo, kemeja dan celana putih, dasi hitam dan mawar putih tersemat didada kanannya, setelan tuxedo yang Taehyung tahu itu pertama kali dikenakannyaPria itu tersenyum, Taehyung pun tahu senyum itu senyum palsu, bersama seorang wanita bergaun putih indah yang tersenyum, entah senyum apa dia tak tahu. Dia hanya tahu segala hal tentang si pria. Karna pria itu adalah pria yang sama dengan pria yang sekarang tengah duduk dikursinya dan memandang hampa foto pernikahannya.
Dia mengulurkan tangannya menyentuh bingkai itu, kemudian dengan hati-hati dia merebahkannya, membiarkan pandangannya tak mampu lagi memandang foto dibalik kaca itu. Menghembuskan napas berat, dia kembali memandang setumpuk berkas berkas yang ada diatas mejanya
Yang baru saja di berikan Jimin. Jimin, pria bertubuh lebih pendek darinya itu baru saja membanting pintu ruangannya.
"Akan kusuruh Rosé untuk menjemput Lisa hari ini." ucap Jimin tegas, menghujam Taehyung
"Tidak perlu." Taehyung mencoba bersikap tenang meski dia telah tahu maksud Jimin sebenarnya. "Aku sudah bilang padanya bahwa aku yang menjemputnya dari awal dia bersekolah."
"Aku tidak akan membiarkanmu, Tae. Jangan main-main, bersikaplah realistis. Lisa sudah menyukaimu sekarang, kau hanya akan menyakitinya jika dia tau tentang Jisoo"
"Kau tidak bisa mencegahku. Aku tidak main-main, Jim. Dan inilah realitanya. Dan tentang Lisa yang menyukai ku, aku rasa itu memang sudah seharusnya" dia masih sebiasa mungkin dan mulai menghadapi setumpuk kertas yang baru saja diletakkan pria didepannya.
"Ten tidak akan membiarkanmu" Jimin mencoba mencari-cari alasan
"Itu bukan ancaman untukku."
"Dengarlah, Tae. Selama ini aku selalu mendukung apapun keputusanmu. Tapi kali ini kau salah, jangan dekati dia, jangan bermain dengan api yang justru akan membakar jiwamu sendiri, Tae!" Jimin hampir berteriak. Kentara sekali dia tidak sabar menghadapi kelakuan sahabatnya ini.
"Aku tidak lagi punya jiwa, Jim. Jiwaku telah lama hilang"
"Jangan sakiti Jisoo..." lirih Jimin
"Aku telah menyakitinya selama ini. Tidak pernah mencintainya. Dan tak pernah ada untuknya" Taehyung terdengar sangat tenang, seolah hanya mengatakan tentang menu makan malamnya.
"Kau akan menyakiti Lisa!"
"Biarkan dia yang memutuskan."
"Terserah padamu, Tae. Tapi ku peringatkan, untuk hal ini aku tidak akan ada saat kau membutuhkanku, aku tidak akan peduli padamu bila kau terluka sekali lagi. Aku hanya akan ada bila kau mau melepaskan Lisa. Aku ada untuk mendukungmu saat itu, Tae" ucap Jimin dengan nada bergetar menahan amarah.
Taehyung membalas tatapan kemarahan itu dengan tenang. Meski dia tahu pria itu tak main-main. Tapi tak ada yang bisa mencegahnya. Dia membiarkan sahabatnya itu keluar dari ruangannya dengan membanting pintu keras-keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
2nd Lalisa! [TAELICEKOOK]✔
General Fiction[Taelice + Jungkook & Jisoo] Kim Lalisa yang pergi meninggalkan kehidupan Taehyung dan Jungkook karena suatu masalah yang membuat Kim Lalisa pasrah akan hidupnya Beberapa tahun kemudian seorang gadis cantik dengan rambut pirang yang indah datang dar...