Chapter 19

1.6K 194 62
                                    

Vote n Komen
-Happy Reading-


‘‘Kisahku ini seperti setangkai bunga mawar. Yang terlihat indah meskipun memiliki banyak duri yang akan menusukkan rasa sakit’’

Lalisa Manoban


.


.

Pagi ini Ten kembali harus menghampiri kamar Lisa setelah dia menyiapkan sarapan di meja makan, adiknya itu belum juga turun dari kamarnya, yang lagi-lagi membuat Ten khawatir bahwa adiknya belum bangun apalagi hari ini dia harus masuk sekolah. Setelah tadi Ten selesai menaiki tangga, dia kini sudah sampai didepan pintu kamar adiknya, tangannya terangkat untuk mengetuk pintu itu 

Tok! Tok!

"Lisa"

Tok! Tok!

"Oppa masuk ya?"

Tidak ada sahutan dari dalam kamar Lisa, dan Ten dengan perlahan menekan knop pintu kamar Lisa, mendorong pintu itu pelan dan mendapati sang adik yang masih bergelut dengan selimutnya. Ten menarik napas kasar, dan dengan cepat berjalan ke arah ranjang Lisa "Lisa bangun!" sentak Ten sembari melempar selimut yang dipakai Lisa ke lantai "Kau bisa telat masuk sekolah"

"Aku tidak mau masuk sekolah. Aku sedang sakit"

"Hah?!" Wajah marah Ten kini berubah menjadi khawatir setelah mendengar ucapan Lisa. Dengan cepat Ten duduk di pinggir ranjang adiknya. Mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Lisa. Tapi suhu tubuh Lisa terasa normal, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah "Tidak demam kok. Kau sakit apa?" Tanya Ten lembut sembari menatap dan mengusap wajah Lisa yang masih memejamkan matanya

"Sakit hati"

Wajah Ten yang tadi khawatir kembali berubah menjadi marah. Ten memutar bola matanya kesal, ucapan adiknya itu terdengar menggelikan di telinganya. Tangan yang tadi mengusap wajah Lisa kini malah menjadi mencubit pipi Lisa dengan kuat "Apaan sih?! Cepat bangun, bentar lagi kita berangkat" baru saja Ten mau berdiri dari duduknya untuk menarik tubuh Lisa bangun, tapi terhenti ketika mendengar ucapan Lisa selanjutnya

"TEMAN-TEMANKU MEMBULLY KU, MENINDAS KU, MENGATAI KU, DAN JUGA MENGUCILKAN KU!!! KAU PAHAM TIDAK SIH!!!" teriak Lisa dengan segala kekesalan yang tersirat dalam kalimat itu. Ten terdiam seketika saat matanya menatap mata adiknya seolah adiknya itu ingin menangis. Melihat bagaimana mata indah itu mencoba menahan tangis yang memaksa untuk keluar. Ten dapat merasakannya. Merasakan apa yang dirasakan Lisa dengan hanya menatap matanya

"Di bully?"

"Tck! Lupakan! Pokoknya aku tidak mau ke sekolah neraka itu lagi!"

Ten menghela napas panjang, tangannya terulur untuk menyentuh rambut Lisa, mengelus lembut rambut adiknya "Jadi apa yang kau inginkan?" Tanya Ten sangat lembut lebih dari biasanya. Sejak dulu dia tau bahwa adiknya itu sudah mengalami bullying yang sangat parah, tapi adiknya tidak pernah sekalipun mengatakan hal itu padanya. Jadi jika Lisa sudah mengatakan hal itu padanya, tentu hal itu sudah tidak bisa dia atasi sendirian

"Aku ingin pindah sekolah"

"Dan meninggalkan teman sebangku mu?"

2nd Lalisa! [TAELICEKOOK]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang