Zoom, Webex, menjadi sarana ramai untuk menikmati lebaran dikala pandemi ini
Begitupun kami, setelah kami menunaikan sholat idul fitri di rumahsaja dan menikmati opor ketupat buatan sang isteri, kami memutuskan untuk saling sungkem untuk memohon maaf satu sama lain apabila terdapat kesalahan yang pernah kami berdua perbuat dan selanjutnya untuk secara virtual menghubungi keluargaku dan keluarga besar Keyla di Semarang
"Mas, mohon maaf lahir dan batin ya, alhamdulillah lebaran kali ini kita masih disatukan walaupun belum kumpul keluarga besar, tapi setidaknya kita masih menyapa satu sama lain, maafkan aku jika selama ini menjadi makmummu masih banyak kekurangan, dalam melayanimu aku masih banyak kesalahan, dan menjalankan tugas aku masih kewalahan, aku mohon maaf, karena aku masih butuh dibimbing oleh kamu," Keyla menyalamiku begitupun aku menyentuh kepalanya yang tertutup kain putih berenda bunga yang sangat anggun memikatnya
"Alhamdulillah, kehadiran kamu sangat Mas syukuri Dek, meskipun Mas sendiri merasa bersalah ketika harus tak ada di sampingmu dikala kamu butuh, tapi Mas sendiri sangat merasa bersyukur pada Allah karena telah dihadirkan perempuan sekuat dan sehebat kamu yang kuat menemani Mas, menunggu kepulangan Mas yang mungkin tak tentu dan bisa saja tak pulang, dan kamu masih menjadi pintu rumah Mas dimana Mas pulang dan kembali memelukmu seusai perjuangan Mas melindungi negara ini Dek, dan Mas meminta maaf juga semisal Mas dalam membimbingmu menuju Jannah-Nya Mas masih banyak kekurangan, kadang tidak sabaran juga, dan candaan Mas yang buat kamu sebel, Mas mohon maaf ya Dek," kini air mataku benar- benar menetes turun dan jatuh ke kain putih berenda Keyla
"Bangun Dek,"perintahku pada Keyla untuk bangun dan kukecup keningnya lama setelah itu turun ke perutnya yang membesar, tinggal menunggu 2 bulan lagi
Alhamdulillah Allah masih menyatukan kami , dan memberi kami kepercayaan atas segera hadirnya putri kecil yang akan memberi warna pada hidup kami nanti dan kedepannya, aku tak akan memaksakan bagaimana kedepannya putriku besar nanti, akan jadi apa dia, dan menikah dengan siapa, aku akan membebaskan, walaupun akan jauh lebih bahagia jika putriku ini nanti akan tumbuh seperti Ibunya, yang hebat, tangguh dan begitu sabar, telaten menghadapi berbagai macam situasi, aku yakin putriku akan seperti itu, dan beraninya akan mewarisi Ayahnya ini.
**
"Anteeeeu, Ommm adittt," begitulah suara nyaring pertama yang terdengar oleh telinga kami berdua, pipinya sudah memenuhi layar laptop milik sang Bapak, siapa lagi kalau bukan Ara, putri kesayangan Mbak Alisa dan Mas Satriyo, masih ingatkan?
"Assalamualaikum semua," aku memulai dahulu
"Waalaikumussalam," di sana juga menampakkan wajah mama dan papa yang tengah duduk di meja makan, sepertinya sedang usai menikmati soto buatan mama yang legendaris enaknya
"Minal aizin wal faizin semuanyaaa, mohon maaf lahir dan batin,"kataku berujung senyuman mama yang terbit, alhamdulillah tidak kena omelannya hehe
"Alhamdulillah semuanya kumpul meskipun harus jalur virtual, Papa sendiri seneng, Oma apa kabarnya Oma?"tanya Papa pada Oma, kulihat beliau sehat- sehat saja, senyumnya yang terbit persis macam Mama ya walaupun Oma itu Ibunya Papa
"Kau itu lo, sudah hampir purna, malah dapat KASAD, kemarin sudah panglima, he? Tak capek??" Papaku memang, setelah jabatan sebagai Panglima usai, dia malah dialihkan menjadi KASAD, tinggal menghitung jari sebenarnya Papa untuk rehat dari dunia perkacangijoan, sekarang anaknya malah santer jadi sorotan berita
"Ampun la Oma, namanya juga perintah, kau sendiri Yo, gimana promosimu jadi Danyon sebentar lagi kau, ini malah anak Papa bikin sensasi hahaha, gimana Dhit, senang?"
"Iya Om InshaAllah kalau tidak ada halangan bulan ini sudah mulai tugas, gimana Dhit, selamat Keyla atas dedikasimu sudah membawa nama baik suamimu rupanya, hingga suamimu kalang kabut hahahaha, siap- siap warganet memajang foto kalian loh," Dasar candaannya Mas Satriyo tiada yang nggenah (jelas)
"Wahh nano- nano pemirsa, tak ada yang mau sebetulnya, tapi kan itu efek dari perbuatan, terimakasih isteriku,"aku mengecup keningnya, ia hanya tersenyum manis saja, mulai pendiam sepertinya, tak tahu kalau nanti mencubit perut suaminya lagi
"Berapa bulan lagi loh, sudah siapkan nama belum, apa mau aku saja yang beri nama, hahahaha," lagi- lagi Mas Satriyo, ingin ku ajak tanding panco rasanya
"Siap, sudah siap semua pemirsa, rumah sakit juga sudah dipilih, alhamdulillah Radhit bisa mendampingi persalinannya, sempat takut karena ada pandemi seperti ini takut tidak bisa mendampingi,"
"Ah tenang saja, serahkan semua pada yang di Atas,"kalimat Papa memang kedengarannya santai sekali, tapi lihat saja jika throwback waktu Mama melahirkanku, bisa- bisa kalian ngakak dibuatnya
**
Dan obrolan berakhir dilanjutkan komunikasi dengan keluarga Keyla yaitu Budhe dan Pakdhenya yang ada di Semarang, tak bisa kuceritakan semuanya, karena terlalu panjang, aku yakin kalian tahu intinya apa, ya adalah saling memohon maaf satu sama lain dan mendoakan untuk persalinan isteriku ini agar dilancarkan dan keduanya sehat tanpa kurang apapun
***
HADUHH BERAPA LAGI NIH TERUS END
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutitipkan Hatiku Padamu (SELESAI)
General FictionKisah ini menceritakan perjalanan cinta seorang Dokter Ahli Bedah Keyla dan Kapten Radhitya dengan penuh lika- liku dan tatangan yang menghadang, mencoba menepis semua bayangan yang muncul ketika berhubungan dengan Tentara, dan mencoba meningkatkan...