Chapter 26

6.5K 219 13
                                    

sebelum itu


Assalamualaikum temen temennnn

akhirnya sayaaaa comeback

TUC, TPM dan serangkaian yang harus saya lakukan selama ini, itulah yang membuat saya hiatus gaesss, tapi tenang, cerita ini bakal lanjut, tenangg .....

okeyy lanjut ya gaess, beberapa hari ini saya baal TPM lagi, jadi tolonglah kalian pahamilah author yang otaknya semi ga beres ini ya temen temen, dan saya mau mengucapkan terimakasih kepada readers yang masih tetap setia menanti saya, padahal dia udah ga setia lagi huhuhuhu ( curhat hehe) ...

okey langsung ke cerita

Keyla

12.00

Aku terbangun dari tidur, mimpi semalam, ya aku ingat............

Semalam aku bermimpi,

Dor, dor, dor

'' Adhitttt!''

'' Key, bertahanlah ''

Dor

'' arghh''

....

Semacam mimpi buruk, Ya Allah apa yang telah terjadi pada suamiku

Drrrt

'' pagi sayang'' sapa seseorang diseberang telepon

'' s- siapa anda?'' tanyaku dalam ketakutan

Jangan- jangan Revan

'' Masa gak kenal sih?,, aku dah nunggu di luar nih, ayo keluar saying, kita main main, hahahaha''

'' Siapapun kamu, saya bersumpah, saya tidak akan pernah mengkhianati sumpah saya sebagai isteri'' desisku pelan

'' itu kan hanya sumpah, bolehlah kita langgar sebentar saja, euhm, aku sudah menunggu di bawah nih''

Klik

Kumatikan handphoneku itu

'' Ya Allah lindungilah hamba dan suami hamba di sana Ya Allah'' ucapku lirih sambil meneteskan air mata

'' Non''panggil bibi

'' eh iya bi, kenapa?'' tanyaku padanya saat dia sudah duduk di sampingku

'' Non kok malah nangis, kenapa cerita sama bibi" bujuk bibi, memang bibi sagat perhatian padaku, terutama saat aku tertimpa masalah, ia yang selalu mengingatkanku untuk sabar dan senantiasa berdoa

'' Revan bi'' kataku sambil sesenggukan dan menyenderkan kepalaku ke pundak bibi

''dia kembali''

'' Astaghfirullahalazim, yang sabar ya non, bibi janji akan selalu ada di sisi non selama Tuan Radhitya gak ada di rumah'' kata Bibi menenangkan, kata- kata bibi memang memberikan sedikit angina segar untukku, walaupun aku sangatlah khawatir pada kondisi Radhitya

'' Makasih ya bi'' kataku meyenderkan kepala ke pundak Bibi dan Bibi mengelus kepalaku, sungguh serasa seperti Ibu

Pagi ini kuputuskan untuk menghabiskan waktuku di rumah saja, mengingat aku mengambil cuti kerja selama 1 bulan, ya lumayan lah buat refreshing

Radhitya

Tembakan demi tembakan terdengar silih berganti itulah yang aku dengar 1 jam yang lalu, kini semuanya sunyi, kawasan hutan besar Papua, adalah tempat yang cocok menjadi sarang mereka sang penghancur NKRI, siapa lagi kalau bukan teroris

Kutitipkan Hatiku Padamu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang