MDIMH|18. Sidang

5.7K 258 35
                                    

Suasana mansion kini berbeda dari suasana biasanya, jika biasanya suasana mansion sangat hangat dan harmonis. Kini suasana mansion sangat dingin dan penuh aura permusuhan.

Dan sedari tadi juga, Triple A tidak berani menatap wajah ayahnya dikarenakan Andrian yang sedari tadi terus terdiam, bahkan wajahnya pun sudah memerah.

Begitupun dengan Jeniffer, ia sedari tadi tidak ada niat sedikitpun untuk membuka suaranya bahkan ia juga lebih memilih duduk di belakang bersama Triple A dibandingkan duduk didepan bersama Andrian.

"Triple A sini duduk." perintah Andrian akhirnya membuka suaranya setelah lama terdiam.

Triple A yang diperintahkan oleh ayahnya pun seketika menurut dan langsung duduk di sofa memanjang ruang keluarga.

Sedangkan Andrian sendiri duduk di sofa single, sambil menatap satu persatu ekspresi ketakutan Triple A membuat Andrian merasa bersalah namun gimana pun juga dirinya harus melakukan sidang.

"Kalian tau dimana letak kesalahan kalian?" tanya Andrian dengan pelan, berusaha tidak memperlihatkan emosinya.

"Tapi pa kita gak salah, kita hanya membela kebenaran disini pa bukan bermaksud membuat masalah." ucap Andrae dengan perkataan yang sama.

"Papa tanya apa kalian sadar dengan kesalahan kalian? Papa gak meminta kalian untuk memberikan alasan kenapa kalian melakukan tapi apa yang kalian lakukan. Jadi tolong pahamin maksud dari pertanyaan papa Rae." ucap Andrian menatap tajam putra sulungnya.

"Dan kamu diam Jeniffer, saya tidak suka jika kamu sendiri terlalu memanjakan mereka. Mereka ini anak laki-laki bukan perempuan. Jadi jangan samakan mereka dengan anak perempuan yang harus dibela dan dimanjakan." Lanjut Andrian saat melihat istrinya ingin membuka suara.

Jeniffer yang mengetahui kemarahan Andrian sudah memuncak pun terdiam.

Karena kemarahan Andrian kali ini lebih parah dari kemarahan Andrian sebelum hadirnya Triple A.

Tetapi meski begitu, Andrian masih dapat mengontrol emosinya dengan baik.

"Kami minta maaf pa, kami salah. Kami telah mendorong Ravael." lirih Andrey sambil menangis kembali.

"Siapa yang menyuruhmu menangis? Papa hanya meminta jawaban bukan tangisanmu itu Rey. Papa tidak pernah mengajarkan kalian untuk menjadi lelaki lemah dan cengeng seperti ini." ucap Andrian tidak suka, membuat Andrey menyeka air matanya dan berusaha mungkin menghentikan tangisannya.

"Maaf pa, Rae telah gagal mencontohkan kedua adik Rae. Rae siap menerima hukuman apapun itu dari papa asal papa gak marah tapi Rae mohon papa jangan menghukum Re dan Rey juga, biarkan Rae yang menanggung hukuman mereka berdua." ucap Andrae penuh ketegasan membuat Andrian terdiam, berbeda dengan Andre dan Andrey mereka berdua tidak percaya dengan ucapan Andrae barusan.

"Gak pa, jika Rae dihukum oleh papa maka kami pun juga harus dihukum. Disini yang salah bukan hanya Rae tapi Re dan Rey juga." ucap Andre diangguki Andrey.

"Hukuman pasti ada, tapi inti dari masalah ini tidak hanya hukuman saja. Kalian tau kenapa papa marah saat mendengar kalian membuat masalah? Itu karena papa sayang sama kalian bertiga, bukannya papa jahat sama kalian. Meski papa sendiri pun percaya kalian tidak akan pernah membuat masalah tanpa sebab, tapi bagaimana pun juga kekerasan dibalas kekerasan itu gak dibenarkan. Seharusnya jika kalian melihat Ravael mendorong Helen, bukan berarti kalian harus mendorongnya balik. Kalian bisa langsung melaporkan ke salah satu guru kalian atau kepala sekolah kalian, biarkan mereka yang mengurusnya sesuai dengan aturan yang sudah ada bukan kalian yang menghakiminya. Meski kegiatan bully-membully juga tidak dibenarkan setidaknya kalian bertiga gak melakukan pelanggaran juga." ucap Andrian
sambil menatap Triple A.

My Dosen Is My Husband √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang