MDIMH 2|24. Kehilangan

2.3K 130 40
                                    

Seminggu sudah kejadian penembakan itu terjadi, seminggu itu juga Jesslyn sudah tidak pernah bertemu dengan Aldric lagi.

Karena semenjak dimana Aldric dibawa oleh Sam selaku pamannya, disaat itu juga Sam tidak pernah memberitahu sedikitpun keberadaan dimana Aldric dirawat sekarang.

Bahkan bagaimana keadaannya pun juga tidak diberitahukan olehnya sama sekali.

Benar-benar tertutup dan benar-benar disembunyikan oleh Sam membuat orang-orang Andrian pun tidak bisa melacak keberadaannya.

Ya, Andrian telah mengetahui kejadian itu, bahkan Andrian sendiri juga tidak menyangka bahkan sangat-sangat tidak menyangka Aldric yang telah dianggap musuhnya selama ini rela mengorbankan nyawanya sendiri demi putrinya, Jesslyn.

Benar-benar suatu hal yang tidak pernah diduga oleh dirinya selama ini.

Mengingat Aldric yang selalu saja mencari masalah dengannya, setiap mereka bertemu baik saat dirinya masih mengajar istrinya sampai dimana dirinya kini mengajar kelima putranya.

"Jesslyn makanlah nak, kamu sangat jarang makan akhir-akhir ini sayang." ucap Jeniffer yang dibalas gelengan kepala oleh Jesslyn.

"Semuanya bisa terjadi karena Jesslyn ma, karena Jesslyn lah yang sudah buat om itu celaka. Karena Jesslyn lah yang sudah buat om itu mengorbankan nyawanya sendiri demi Jesslyn. Bagaimana bisa Jesslyn makan saat Jesslyn sendiri saja gak tau keadaan om itu sekarang bahkan keberadaannya juga. Jesslyn ingin sekali melihat keadaannya ma, Jesslyn ingin sekali menebus semua kebaikan om itu." ucap Jesslyn dengan nada pelannya yang untungnya masih dapat didengar oleh Jeniffer.

Sedangkan Jeniffer yang mendengar sendiri ucapan putrinya yang selalu saja sama akhir-akhir ini pun hanya bisa menghelakan napasnya.

Ya, akhir-akhir ini hanya satu yang diminta oleh Jesslyn, putrinya itu ingin sekali bertemu dengan om itu yang entah dirinya pun tidak tau siapa yang dimaksud oleh putrinya itu.

Bukannya dirinya tidak pernah mau tau, dirinya sudah berusaha mencoba bertanya kepada suaminya tetapi hasilnya nihil bukannya menjawab pertanyaannya justru suaminya sendiri mengalihkan topik dari pertanyaannya, bahkan dirinya juga pernah mencoba bertanya kepada kedua anaknya, Jennita dan Elan tapi sayang dirinya hanya mendapatkan sebuah gelengan kepala.

Seolah-olah mereka bertiga serempak menyembunyikan siapa 'orang' yang dimaksud oleh putrinya yang sudah beraninya bahkan sangat berani menyelamatkan nyawa putrinya sendiri.

"Berdoalah nak, meski kita sendiri gak tau keadaannya bahkan keberadaannya setidaknya dengan doa kita bisa membantunya sayang." ucap Jeniffer sambil mengelus pucuk kepala Jesslyn.

"Hati ini terasa hampa ma, hati ini rasanya gak tenang. Jesslyn takut, Jesslyn takut nyawa om itu gak bisa terselamatkan ma, Jesslyn takut om itu beneran tinggalin Jesslyn untuk selamanya disaat Jesslyn sendiri belum bisa membalas kebaikannya." ucap Jesslyn membuat Jeniffer yang mendengar ucapannya pun terdiam.

Dirinya merasa bimbang, satu sisi dirinya ingin menenangkan putrinya itu tapi satu sisi dirinya juga tidak bisa memberikan harapan yang banyak untuk putrinya.

Karena dirinya juga tidak beda jauhnya dengan putrinya sendiri, dirinya bukanlah Tuhan yang bisa menentukan antara hidup dan matinya seseorang. Dirinya bukanlah penerawang yang bisa menerawang keberadaan bahkan keadaan seseorang. Dirinya juga bukanlah sebuah takdir yang bisa mencatat hidup seseorang bahkan mengarahkan suatu kehidupan.

Kini takdir telah mempermainkannya, jarak telah memisahkannya dan juga waktu telah mengujinya.

Menguji mereka seberapa besarnya perasaan mereka antara satu sama lainnya.

My Dosen Is My Husband √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang