MDIMH 2 |5. Sidang

3.2K 205 55
                                    

Setelah dimana Andrian berlalu meninggalkan ruangan Aldric, Andrian pun langsung menarik ketujuh anaknya untuk segera pulang tanpa mempedulikan jam mengajarnya lagi.

Bagaimana bisa dirinya bisa fokus mengajar, jika saja dirinya sudah terlanjur merasa emosi dan kesal terhadap Aldric?

Sesampainya di mansionnya, mereka berdelapan pun langsung turun dari mobilnya masing-masing.

Triple A dengan Erlan, Jennita dengan Jesslyn, sedangkan Andrian sendiri.

Ya, mereka hanya menggunakan tiga mobil dimana sedari tadi mobil Andrian duluan yang berada di paling depan diikuti oleh kedua mobil anaknya.

"Mas sudah pulang?" tanya Jeniffer merasa heran dengan suaminya.

"Duduk kalian!" perintah Andrian tegas membuat mereka bertujuh pun segera duduk, dengan kepala mereka yang sudah menunduk tidak berani menatap sang ayah.

Sedangkan Jeniffer yang melihat suaminya yang bersikap seperti itu pun hanya bisa menghelakan napasnya.

Karena dirinya sudah yakin, suaminya akan bersikap seperti itu jika diantara salah satu anaknya membuat masalah.

Seperti Triple A waktu kecil, dimana Triple A membuat masalah dan berakhir dengan sidang yang dibuat oleh suaminya.

Sedangkan Andrian sendiri seperti biasanya ia duduk di sofa single, sambil menatap satu persatu ketujuh anaknya.

"Kalian tau kenapa papa melakukan ini?" tanya Andrian memecahkan keheningan, yang dibalas gelengan kepala oleh ketujuh anaknya.

"Papa hanya mau menjelaskan sekali, meski kalian berenam gak membuat masalah tapi bagi papa satu salah semuanya salah. Gak ada yang papa salahkan cuman satu, tetapi yang lain gak. Untuk kalian Triple A, Erlan, Elan dan Jennita kalian tau bukan kalian seorang kakak, papa harap kalian berenam sebagai seorang kakak bisa menjaga adiknya dari uncle tadi karena papa gak mau kejadian ini sampai terulang lagi. Dan untuk kamu Jesslyn bagaimana caranya kamu bisa bertemu dengan uncle itu?" tanya Andrian tegas sambil menatap tajam Jesslyn.

Sedangkan Jesslyn yang mendengar pertanyaan ayahnya pun hanya bisa bergetar ketakutan membuat Jeniffer yang melihatnya pun menghelakan napasnya, sambil mengelus pucuk kepalanya.

"Jawab papa nak, papa gak bakal marah kok kalau kamu menjawabnya." bisik Jeniffer yang kebetulan duduk ditengah-tengah ketujuh anaknya.

"Jawab Jesslyn, jangan sampai papa mengulangi kedua kalinya lagi pertanyaan papa." ucap Andrian yang dibalas anggukan kepala oleh Jesslyn.

"Kami bertemu saat kami sedang di mall pa, saat Jesslyn menemani kak Nita mencari buku." ucap Jesslyn dengan nada pelannya yang masih dapat didengar oleh Andrian.

"Tapi kenapa Nita gak memberitahukan soal itu ke papa? Kata Nita kalian berdua gak pernah bertemu sebelumnya." ucap Andrian merasa bingung dengan keduanya.

"Jesslyn bertemu uncle itu saat kak Nita meninggalkan Jesslyn pa." ucap Jesslyn membuat Andrian yang mendengarnya pun seketika menatap tajam kearah Jennita.

"Bagaimana bisa kamu sebagai seorang kakak meninggalkan adik kamu sendirian, Jennita?" tanya Andrian membuat Jennita terdiam.

"Maafkan Nita pa, Nita gak akan pernah ninggalin Jesslyn lagi." ucap Jennita merasa bersalah.

"Apa kamu gak pernah berpikir dengan perbuatanmu itu Jennita? Bagaimana jika terjadi suatu hal dengan adikmu? Apa kamu akan mengetahuinya, seandainya adikmu kenapa-napa? Setidaknya kan kalau terjadi apa-apa diantara salah satu kalian, kalian bisa saling melindungi dan membantu, bukan begini caranya." ucap Andrian tegas yang dibalas anggukan kepala oleh Jennita.

My Dosen Is My Husband √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang