MDIMH 2|47. Kenyataan

2.1K 137 68
                                    

"KELUAR KALIAN SEMUA!" perintah orang itu membuat orang-orangnya pun langsung keluar, berdiri dibelakang orang itu.

Sedangkan Andrian sendiri yang melihat jumlah orang-orangnya itu pun menatapnya remeh sekaligus tertawa.

"Segini orang-orangmu, nona?" tanya Andrian yang dibalas tatapan geram dari orang itu.

"Bagaimana bisa anda masih bisa tenang saat nyawa anda sendiri dipertaruhkan disini, Andrian?" tanya orang itu dengan tatapan tidak percayanya, yang dibalas anggukan kepala oleh Andrian.

"Anda terlalu bodoh nona, anda kira saya kesini membawa diri saya saja? Tentu saja, tidak. Saya kesini karena saya sendiri sudah tau rencana anda termasuk sekolahan ini yang sudah dikepung oleh orang-orang kepercayaan anda sendiri, yang sayangnya orang-orang kepercayaan saya sendiri berhasil menghabisi orang-orang kepercayaan anda." ucap Andrian dengan nadanya yang terdengar lembut namun menakutkan.

"SAYA MEMERINTAHKAN KALIAN SEMUA UNTUK KELUAR!" lanjutnya dengan perintahnya, dimana tidak lama dari perintahnya semua orang-orang kepercayaan Andrian pun langsung keluar dengan jumlah yang sangat banyak membuat orang itu dan juga Jennita yang melihatnya pun lagi dan lagi terkejut.

"Bagaimana bisa anda selicik ini, Andrian? Anda selalu licik dari dulu Andrian, sangat licik." ucap orang itu semakin geram, yang dibalas anggukan kepala oleh Andrian.

"Tentu saja nona, seharusnya anda sadar dengan siapa anda berhadapan, dengan siapa anda berani mencari masalah. Dan sekarang bersiaplah bukan nyawa saya yang menjadi taruhannya, tapi nyawa anda sendirilah yang menjadi taruhannya nona." ucap Andrian tidak main-main, diakhiri seringaiannya yang semakin lebar.

"JANGAN PERNAH BERHARAP, ANDRIAN! SAMPAI KAPANPUN NYAWA ANDA-LAH YANG MENJADI TARUHANNYA BUKAN NYAWA SAYA!" bentak orang itu dengan tatapan tidak terimanya, membuat Andrian yang mendengarnya pun memberikan 'tanda' diam untuk orang-orang kepercayaannya.

"Biarkan saya yang mengurusnya." ucap Andrian tidak terbantahkan, yang dibalas anggukan kepala oleh orang-orang kepercayaannya, termasuk Frankie.

"Baik tuan!" ucap semuanya serempak, sebelum dimana Andrian pun beralih lagi menatap orang itu yang sedang terdiam.

"Jangan pernah membentak saya nona, saya masih berbaik hati disini untuk tidak mencabut nyawa anda langsung. Jadi bagaimana bisa anda seyakin itu untuk membunuh saya?" tanya Andrian penuh penekanannya, membuat orang itu yang mendengarnya pun merasa tersinggung karena ucapannya.

"Mungkin saja saya sendiri tidak akan mampu untuk membunuh anda, Andrian. Tapi saya sendiri masih ada nyawa putri anda sendiri, bukan? Apakah anda sendiri sanggup melihat kematian putri anda sendiri dihadapan anda sendiri, Andrian?" tanya orang itu sambil mengarahkan cutternya kearah leher Jennita.

"Lepaskan aku aunty, bagaimana bisa aunty ingin membunuhku disini? Dimana letak kesalahanku aunty, bukankah selama ini aku selalu membantumu?" tanya Jennita sambil berontak, yang sayangnya dirinya pun tidak dilepaskan juga oleh orang itu.

"LEPASKAN PUTRI SAYA SIALAN! SEKALINYA ANDA SENDIRI BERANI MENGGORESKANNYA JANGAN SALAHKAN SAYA, SAYA SENDIRI AKAN MELEPASKAN PELURU SAYA, Amanda." bentak Andrian diakhiri dengan tatapan tidak percayanya ketika dirinya sendiri harus melihat 'siapa' dibalik topeng itu.

"Ya saya Amanda Andrian, maaf saya harus memanggil anda tanpa 'embel-embel' pak karena saya rasa orang seperti anda tidak pantas saya hormati sebagai orang yang lebih tua dari saya sendiri. Karena anda, keluarga saya hancur, karena anda keluarga saya berantakan, Andrian." ucap Amanda dengan tatapan tajamnya, yang dibalas tidak kalah tajamnya dari Andrian.

My Dosen Is My Husband √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang