MDIMH|30. Kekacauan

4.6K 229 39
                                    

Jeniffer yang mendengar ucapan suaminya dan melihat tatapan suaminya yang selalu terarah kearahnya pun rasanya tidak kuat untuk berdiri lagi dari tempatnya.

Rasanya ia ingin memeluk sekarang juga suaminya sambil membisikkan kata 'terima kasih' kepadanya.

Jika dirinya tidak mengingat dirinya masih berada di kampus bukan di rumah.

"Romantis juga ya pak Andrian, Jen." ucap Bella sambil menatapnya membuat Jeniffer mengangguk.

"Iya Bel, kamu sendiri gimana?" tanya Jeniffer berbalik sambil menatap suaminya dengan sisa-sisa air matanya.

Ia menangis bukan karena ia sedih, ia menangis karena ia terharu dengan kejutan suaminya ini.

Kejutannya yang tidak pernah ia duga dan tidak pernah ia sangka.

"Gimana apanya? Aku malah merasa dinyanyikan oleh pak Andrian, meski pak Andrian nyanyinya bukan buat aku." ucap Bella dengan senyumannya membuat Jeniffer mendengus.

"Benar kan kata aku, pak Andrian nyanyi lagu ini pasti buat istrinya kan? Wanita pertama dan terakhirnya pak Andrian." lanjut Bella tidak mau disalahkan ketika melihat tatapan tajam Jeniffer.

"Terserahmu sajalah Bel." ucap Jeniffer mengalah masih dengan senyumannya melihat ke arah Andrian, yang dibalas senyuman juga oleh suaminya.

"Sudah kali ngelihat pak Andriannya." sindir Bella membuat Jeniffer menghentakkan kakinya kesal dan langsung berlalu menuju stan makanan lagi, mengingat dirinya yang langsung ditarik begitu saja tanpa meminta persetujuan dirinya.

Sedangkan Bella yang ditinggal oleh Jeniffer pun menatap sebal kearah Jeniffer dan segera mungkin menyusulnya.

"Kali ini lu gak bakalan lolos Jeniffer, lu bakalan mati juga hari ini."

Jeniffer berlalu tanpa melihat sekitarnya lagi membuat Andrian yang sedang memperhatikan istrinya, tidak sengaja matanya menangkap sesuatu yang mencurigakan.

Saat diperhatikan lebih teliti lagi oleh dirinya, dirinya langsung terkejut saat orang itu membawa pistolnya dan mengarahkan pistolnya itu kearah Jeniffer.

"AWAS SAYANG!" teriak Andrian mengagetkan seisi festival termasuk Jeniffer.

DORRR!

"Shit, bagaimana bisa keamanan festival disini tidak diperhatikan." gumam Andrian merasa panas di bahunya.

Sedangkan Jeniffer dan lainnya yang mendengar bunyi pelatuk pistol pun terkejut.

"Mas" gumam Jeniffer didalam pelukan Andrian.

"Syukurlah kamu gak apa sayang, mas lebih baik mengorbankan diri mas sendiri demi kamu dan si baby daripada melihat kamu sendiri yang kena sayang. Syukurlah mas gak terlambat juga menyelamatkanmu sayang." bisik Andrian sambil mengelus pucuk kepala istrinya.

"Tapi mas bahu mas berdarah." ucap Jeniffer bergetar melihat darah suaminya yang terus keluar dari bahunya.

Sedangkan Andrian yang mendengar ucapan istrinya pun menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Gak apa sayang, luka ini gak sebanding saat mas sendiri harus melihatmu terluka." ucap Andrian dengan nada lembutnya membuat Jeniffer menangis.

"Terima kasih mas, terima kasih sudah menyelamatkanku." ucap Jeniffer dibalas sebuah anggukan kepala oleh Andrian.

Dengan pandangan tajamnya, ia pun menatap sekitarnya dan memberikannya sebuah perintah yang terdengar dingin dan tegas.

"KEPUNG FESTIVAL INI! PASTIKAN SEMUA ORANG DI FESTIVAL INI DIPERIKSA OLEH KALIAN SEMUA!" teriak Andrian marah bahkan sangat marah.

My Dosen Is My Husband √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang