MDIMH 2|44. Rindu

2.1K 132 63
                                    

Setelah dimana pengusiran Jennita saudaranya dari rumahnya, semuanya pun kembali seperti keadaan yang semula.

Seperti biasanya, Jesslyn pun kembali ke sekolah dengan situasi yang berbeda.

Biasanya dirinya diantar oleh Jennita, kini dirinya pun diantar oleh Elan.

Biasanya dirinya selalu bersama Jennita, kini dirinya pun hanya berdua bersama Elan yang terus saja terdiam, tidak seberisik Jennita, kembarannya.

Meski dirinya akui, dirinya juga kecewa dengan pengakuan Jennita saudaranya kemarin tapi dirinya tidak pernah sedikitpun untuk membenci saudaranya itu.

Membenci saudaranya yang selalu menemaninya dari kecil sampai besar dan sekarang semuanya harus berubah karena sikap saudaranya itu.

"Aku merindukanmu kak, aku rindu saat waktu kita kecil dulu, aku rindu saat kita berdua masih belum mengenal apa itu cinta, kak Nita." lirih Jesslyn diakhiri tawa kecilnya, sambil menatap tempat sebelahnya yang terlihat kosong, tidak seperti biasanya.

"Jesslyn!" tegur Aldric saat dirinya sendiri melihat tunangannya itu yang sedang terdiam, tidak fokus mendengarkan penjelasannya.

"Maaf pak" ucap Jesslyn dengan tatapan bersalahnya, yang dibalas helaan napas oleh Aldric.

"Kalian semua silahkan mencatat ulang apa yang saya jelaskan tadi ke kalian semua, dan juga untuk kamu Jesslyn, silahkan ikut saya sekarang juga." perintah Aldric tegas sambil berlalu meninggalkan kelas, dengan diikuti oleh Jesslyn dari arah belakangnya.

Sesampainya mereka berdua di taman sekolah, Aldric pun langsung memeluk tunangannya itu membuat Jesslyn yang dipeluk oleh Aldric pun langsung menangis, tanpa memedulikan kemeja Aldric yang akan basah karena tangisannya.

"Menangislah jika kamu sendiri ingin menangis sayang, menangislah jika dengan cara itu bisa membuatmu lebih tenang dan juga bisa membuatmu seceria seperti biasanya lagi, Jesslyn. Aku selalu bersamamu Jesslyn, aku selalu siap menjadi tempat keluh kesahmu itu Ratuku." bisik Aldric sambil mengelus pucuk kepala Jesslyn, yang dibalas anggukan kepala oleh Jesslyn.

"Aku sedih om, kak Nita harus diusir oleh papa, kak Nita diusir tanpa membawa fasilitas sedikitpun yang dikasih papa. Bahkan nama kak Nita juga dicoret sama papa om, aku khawatir dengan keadaan kak Nita di luaran sana. Bagaimana bisa kak Nita bisa hidup tanpa adanya uang sedikitpun yang dibawa olehnya? Bahkan kartunya dia pun juga diambil oleh papa, tanpa menyisakan apapun yang dibawa olehnya. Kasian kak Nita, pasti sekarang kak Nita sendirian, pasti kak Nita sekarang kesepian om. Aku gak tega om, aku gak tega." ucap Jesslyn disela-sela tangisannya, yang dibalas gelengan kepala oleh Aldric.

"Terbuat dari apa hatimu itu, Jesslyn? Saat kamu sendiri sudah dilukai oleh saudaramu sendiri, tapi bukannya kamu membencinya, kamu masih sempat-sempatnya mengkhawatirkan keadaannya. Mengkhawatirkan keadaannya yang jelas-jelas saja Nita selama ini gak pernah menghargai sedikitpun dirimu itu. Semuanya bisa begini karena dia sendiri sayang, semuanya bisa begini berakhir dengan pengusiran dan juga pencoretan nama itu juga karena dia sendiri. Aku yakin apapun itu yang sudah diambil oleh Andrian sendiri sudah dia rencanakan secara pasti dari sebelumnya-sebelumnya Jesslyn, sesuai yang kamu tau selama ini tentang sikap ayahmu itu. Andrian gak akan pernah bersikap seperti itu, kalau dia sendiri belum memikirkan resiko apa yang akan dia dapatkan nantinya dari keputusannya sendiri sayang." ucap Aldric dengan senyumannya menatap Jesslyn yang juga sedang menatapnya.

"Sudah jangan menangis, tersenyumlah karena kamu sendiri terlihat lebih cantik saat kamu sendiri tersenyum, Ratuku." lanjutnya diakhiri ciuman darinya di kening Jesslyn.

Berbeda dengan Jesslyn, Jesslyn yang mendengar sendiri semua ucapan Aldric pun lagi dan lagi terdiam, berusaha mungkin mencerna apa yang dimaksud oleh Aldric sedari tadi kepadanya.

My Dosen Is My Husband √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang