MDIMH 2|39. Jesslyn 2

1.6K 123 137
                                    

"Ambilkan minyak Rae!" perintah Andrian yang dibalas anggukan kepala oleh Andrae.

Ya, setelah dimana istrinya pingsan di mall tadi Andrian pun telah memutuskan untuk membawa pulang istrinya, dikarenakan dirinya sendiri yang tidak tega melihat bagaimana keadaan istrinya yang jauh dari kata 'baik'

Sedangkan untuk urusan Jesslyn, dirinya menyerahkan semuanya ke pimpinan orang kepercayaannya dan juga Aldric yang kini sedang berusaha mungkin untuk melacak keberadaan putrinya bersama keempat putranya dan juga Jennita.

Karena tidak mungkin bukan, dirinya meninggalkan istrinya sendiri dalam keadaan pingsan?

Meski dirinya akui masih ada Andrae yang bisa menjaganya, tapi tetap saja dirinya tidak akan pernah tenang sebelum dimana dirinya sendirilah yang memastikannya sendiri keadaan istrinya.

"Ini pa, minyaknya." ucap Andrae sambil menyerahkan minyak kayu putih yang telah diambilnya.

"Sayang bangun sayang." ucap Andrian sambil mengoleskan minyak kayu putih itu didekat hidung istrinya.

Bahkan tidak hanya itu saja, dirinya juga berusaha mungkin menepuk pelan pipi istrinya membuat Jeniffer yang berusaha mungkin disadarkan oleh Andrian pun akhirnya tersadar juga dari pingsannya.

"Kenapa kamu bisa pingsan tadi hmm? Coba bilang ke mas, apa yang kamu pikirkan sedari tadi sayang?" tanya Andrian sambil mengelus pucuk kepala istrinya.

Berbeda dengan Jeniffer, Jeniffer yang mendengar pertanyaan suaminya itu pun segera memeluk suaminya, yang dibalas pelukan juga oleh suaminya.

"Aku takut mas aku takut Jesslyn kenapa-napa, aku takut Jesslyn terluka. Apa diluaran sana Jesslyn baik-baik saja? Apa diluaran sana Jesslyn sudah makan? Bagaimana keadaanya sekarang, mas?" tanya Jeniffer bertubi-tubi disertai dengan tangisannya kembali, membuat Andrian yang melihatnya pun menghelakan napasnya.

"Sudah jangan menangis lagi sayang, yang ada gantian kamu yang sakit nanti. Mas yakin Jesslyn anak yang kuat, mas yakin Jesslyn anak yang pemberani. Jadi sekarang lebih baik kamu berdoa untuk keselamatannya, daripada menangisinya terus yang gak ada gunanya sayang." ucap Andrian tegas yang dibalas anggukan kepala oleh Jeniffer.

"Iya mas" ucap Jeniffer yang dibalas senyuman oleh Andrian.

"Mas pastikan juga siapapun itu orangnya nanti, mas gak akan pernah memberikan belas kasih sedikitpun ke orang itu. Sudah cukup sedari dulu kita selalu menjadi incaran mereka, tapi gak untuk nanti mas sendiri yang akan menunjukkan kuasa mas yang sebenarnya." ucap Andrian penuh kesungguhannya, tanpa disadari oleh mereka berdua Jennita dan yang lainnya yang memangnya sudah kembali pun terdiam, terkecuali Andrae.

Mereka terdiam bukan karena ucapan ayahnya, tapi mereka terdiam karena baru pertama kalinya mereka berlima melihat tatapan ayah mereka sendiri yang terlihat berbeda dari biasanya. Bahkan sangat-sangat berbeda.

Penuh dendam dan juga kemarahan.

Sedangkan Andrae sendiri, dirinya berbeda dengan saudara lainnya, dikarenakan dirinya yang pernah melihat sendiri bagaimana kemarahan ayahnya itu disaat penculikan dirinya saat berusia 7 tahun.

Penculikan dirinya saat dimana dirinya mengikuti salah satu orang yang tidak dikenalnya.

"Ma pa!" panggil Andrey memberanikan dirinya, memanggil kedua orang tuanya.

"Sudah kembali, nak? Bagaimana kalian sudah tau keberadaan saudara kalian?" tanya Andrian sambil menatap kelima anaknya, yang dibalas gelengan kepala oleh mereka.

"Belum pa soalnya kami duluan minta ijin ke uncle Aldric tadi untuk kembali, untuk melihat keadaan mama pa." ucap Andrey mewakili keempat saudaranya, sambil beralih menatap mamanya yang juga sedang menatapnya.

My Dosen Is My Husband √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang