Bab 2 : Malaikat maut memberi lampu hijau

68 20 5
                                    

Hallo readers.

Aku mau sayang kalian tapi, enggak kenal sama kalian.
Kenalan yuk!
Namaku Lina Fitri Yani. Nama kamu siapa?
Komen yah. Di tunggu jawabannya. Selamat membaca!! 🤗

⏺⏺⏺

Tubuh boleh kecil. Umur boleh biji jagung. Tapi pengetahuan, tanpa batas. Tubuh yang lebih besar ukurannya dan umur sudah tua saja akan mudah di kalahkan. Otak juga perlu di pake.

⏺⏺⏺

Bab 2️⃣ : Malaikat maut memberi lampu hijau.

"Arggh.... " Oji berteriak kesakitan, ketika perih dilengan kiri dia rasakan. Dia sedang mengolesi salep luka di lengan. Luka itu sangat dalam, apalagi pisau yang menancap di lengan kirinya itu sangat tajam. Rasanya sangat ngilu, perih, dia merasa lemas di persendian tangan kiri.
Semoga siksaan ini hanya sementara..

"Ha ha ha ha .... " Oji menoleh kesumber suara. Di pintu terdapat si vampir itu tertawa keras, bahkan hampir memecahkan kaca jika tidak langsung dihentikan. Sayang kacanya! Oji baru beli kemarin.

Si vampir mengenakan celana jins hitam yang sobek-sobek, kaos hitam lengan pendek, sepatu hitam legam, rambut ikal yang acak-acakan, mata sipit beriris merah darah, hidung mancung, rahang keras berbentuk persegi, dan bibir tebal berwarna keungu-unguan, dan taring yang mencuat. Serem-serem ganteng!!!

Oji mengalihkan pandangan dari si vampir dan melanjutkan memasang perban di lengan kiri dengan diiringi ringisan kecil dari bibir.

"Ha ha ha... Seru lho. Kalo lo yang teriak kesakitan tadi. Gue salut ama tuh bocah setan. Gue gak perlu pusing-pusing nyari tau gimana caranya nyakitin elo. Tangan bersih, dendam terselesaikan. " si vampir sangat gembira ketika melihat Oji menderita. Lawakan gratis. Ngeliat orang yang kita benci ke siksa.

"Sebahagia lu aja dah!" Oji tidak mau berdebat untuk sekarang. Biarlah si vampir itu tertawa sepuas-puasnya sampai robek tuh mulut. Kesel dedek Oji tuh, sakit lagi. Enggak kasian apa?

Si vampir sangat kagum dengan bocah setan umur 7 tahun itu. Teruskan bakatmu nak....

"Lo beneran enggak bisa liat tuh setan?" si vampir berhenti tertawa, digantikan raut muka tidak percaya, serta senyum miring.

"Kayaknya bukan setan, " jawab Oji. Dia kini sudah selesai memperban luka. Dia lihat si vampir berubah ekspresi menjadi heran. Si vampir duduk di sofa kamar Oji.  Oji berbaring di kasur king size yang berwarna abu-abu tua itu, dan menarik selimut sampai batas dada. Oji melihat lurus ke depan. Langit-langit kamar yang berwarna putih gading. "Gue gak bisa liat wujud dia. Pasti dia bukan setan sembarangan. Dia pasti setan paling kuat dan bisa nyakitin gue, " lanjutnya.

Si vampir mangut-mangut paham. Kemudian menatap remaja laki-laki yang berbaring di kasur abu-abu tua itu dengan kain perban putih di lengan kiri.

"Mau gue kasih tau wujud setannya?" si vampir menawarkan apa yang dia ketahui. Dia masih sangat hafal, seperti apa setan bocah itu.

Mendengar vampir itu menawarkan sesuatu yang menggiurkan untuk gali informasi, Oji menoleh ke arah sofa. Tempat vampir itu duduk. Mumpung lagi baik abang vampir ini. Mayan buat korek-korek informasi tentang si setan'kan?

M A T A    B A T I N ( PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang