Bab 4 : Ibu kandung?

48 16 7
                                    


Hai readers...
Apa kabar?
Semoga baik-baik saja yah.
Semoga dijauhkan dari segala virus.
Dan yang sakit, semoga cepat sembuh...

Selamat membaca! 🐝

🕊🕊🕊

Jika aku anakmu, mengapa kau tidak mau mengakuiku? Jika aku anak orang lain, mengapa kau mau mengakuiku?

🐦

Bab 3⃣ : Ibu kandung?

Mobil Najwa berhenti di depan bangunan serba putih yang Oji yakini itu adalah bangunan Rumah Sakit. Oji mengerem mobil yang ia kendarai ketika sudah di dekat belakang mobil Najwa.

Tok-tok-tok

Kaca mobil Oji di ketuk berkali-kali oleh Najwa, ketika Oji tak kunjung keluar dari dalam mobil. Oji masih ragu, jika Ibu panti yang dulu mengurusnya masuk rumah sakit. Mungkin saja Najwa ini salah orang. Oji membuka kaca mobil dan menatap Najwa.

"Ngapa gak keluar?" Najwa bertanya dengan nada sedikit tinggi. "Cepetan keluar! Kita harus masuk ke rumah sakit sekarang!"

"Ibu panti gue dulu lo tau?" tanya Oji dari balik maskernya.

"Kalo aku enggak tau, kenapa aku langsung bawa kamu kesini buat ketemu Ibu panti yang lagi sakit? Gak mungkin'kan aku salah orang? Kamu itu di cariin Ibu panti dari dulu!" Najwa meninggikan suaranya. Dia takut terjadi sesuatu pada Ibu panti jika Oji bertanya terus menerus.

"Maksud lo?" Oji mengernyitkan dahi, heran. Jika Ibu panti itu memang ibu panti yang mengasuhnya, kenapa mencarinya dari dulu? Bukannya kemarin Oji sudah menelfonnya? Dan setiap minggu dia selalu ke Panti asuhan, kenapa harus mencari? Sungguh, sebenarnya Najwa ini kira Oji itu salah satu ibu pantinya?  atau salah orang?

"Nanti aku jelasin! Cepetan, Ayok! Aku takut Ibu panti kenapa-kenapa!" mata Najwa sudah berkaca-kaca. Dia sangat khawatir kepada Ibu panti di dalam rumah sakit.

"Urusannya sama gue apa?" Oji masih kekeh dengan pendiriannya bahwa Najwa ini salah orang. Jelas-jelas ibu panti sangat sehat dan dia selalu mengirim uang setiap minggunya. Untuk apa mencari Oji dari dulu?

"Hiks ... Cepetan kita... masuk... hiks .... " Najwa menangis terisak karena Oji tak kunjung keluar dan Najwa tidak bisa masuk jika tidak membawa Oji bersamanya. Dia tidak bisa, Ibu pantinya sangat ingin bertemu dengan Oji dan ada sesuatu yang ingin disampaikan. Najwa tidak salah orang. Nama yang Ibu panti itu sebutkan adalah Oji Sugianda, pemilik kafe ' BOM IS CAFE ' dan Najwa sudah menemukannya.

"Okeh... Gak usah nangis di sini! Kirain nanti gue ngapa-ngapain elo lagi!" Oji sungguh sangat tidak mau jadi pusat perhatian orang-orang lalu lalang di trotoar dan menyaksikan mereka berdua. Oji terpaksa membuka pintu mobil dan keluar, tidak lupa mengantongi kunci mobil di saku hoodie.

Tidak mau membuang-buang waktu lagi. Najwa langsung menarik Oji masuk ke dalam rumah sakit. Waktunya tidak banyak. Mereka harus cepat.

Oji menurut saja saat di tarik dan ikut berlari kecil ketika Najwa berlari dan menarik tangannya.

***

"Kamu sudah besar yah. Sudah sukses juga, " Seorang wanita paruh baya yang sedang baring di ranjang rumah sakit dengan infus itu berkata lirih sekaligus...
... Rindu. Ingin rasanya dia memeluk Oji sekarang. Tapi dia sangat malu. Merasa tidak berhak lagi memeluk Oji Sugianda.

M A T A    B A T I N ( PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang