Bab 7 : Petunjuk dari Nasima Otori.

38 12 3
                                    

Hallo readers!
Selamat membaca yah. 🌷🌷

👑

Aku jahat?
Enggak! Kamu salah. Justru di sini kamu yang jahat. Ingat! Penampilan bisa menipumu!

👠👠

Bab 7⃣ : Petunjuk dari Nasima Otori.

20.38 WIB

"Kakak, mau pulang sekarang?" Najwa mendongak menatap jam dinding di atas rak-rak buku di ruang tamunya. Kemudian menatap Oji yang sedang berjalan melewatinya.

Oji berhenti, ketika mendengar suara seseorang. Rencananya dia mau langsung pulang sehabis mandi tadi. Namun, karena dia lupa bahwa belum berpamitan dengan Najwa dia pun berbalik.

"Iya nih! Kalo di sini terus nanti keinget ibu." Oji menjawab lirih. Dia akan teringat ibunya, jika dia berada di sini terus-menerus. Dia tidak mau menangis lagi. Lihatlah! Matanya saja sudah bengkak, jika dia di sini terus, nanti dia tidak akan bisa melihat. Mata gue ini sipit loh. Ditambah bengkak tambah enggak keliatan mata gue.

"Owh ... Hati-hati ya, Kak." Najwa tersenyum, dia juga selalu teringat ibunya terus, tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin dia meninggalkan rumah ini dan ikut Oji, kan? Walaupun mereka kakak beradik. Tetap saja tidak boleh berduaan di rumah.

"Iya. Hati-hati, Den. Jaman saiki akeh sing kecelakaan. Opo maning neng jalan persimpangan komplek depan. Banjir kecelakaan iku."  Bik Ainum menimbrung dengan bahasa daerahnya, dia adalah ART di rumah ini, dia sudah tau segalanyanya perihal majikannya meninggal bahkan anak-anaknya. Ibu-ibu itu tahu segalanya ya.

Mareka--Najwa dan Oji-- menoleh ke sumber suara. Di depan rak buku-buku yang berjejeran rapi ada Bik Ainum yang sedang memegang kemoceng, dan tersenyum kearah Oji.

Oji membalas senyuman Bik Ainum dan mengangguk, dia menatap Najwa lagi.

"Lo jangan sedih lagi yah ... Lo mau masuk sekolah, kan besok? Pindah aja  di SMA Sejahtera, kita bisa berangkat bareng." Oji tersenyum kearah Najwa yang tersenyum. 

"Iya Kak, tapi siapa yang ngurus surat pindah aku?" Najwa menatap Oji dengan kening berkerut, dia tidak punya orang tua lagi. Jadi, siapa yang akan mengurus surat pindah sekolahnya? Apa Oji mau?

"Lah? Gak usah bingung kali, kan ada gue. Gue juga termasuk orang tua lo,  jadi tenang aja, gue bakal urusin surat pindah lo!" Oji itu juga kakaknya Najwa, dia juga termasuk orang tuanya 'kan? Untuk apa bingung? Hayuk, Nak. Papa akan mengurus surat pindahmu.

"Hemmm ... Iya juga yah! Yaudah,  Kakak dateng aja ke sekolah SMA Impian Jaya, nanti bilang ke kepala sekolahnya, aku pindah, urusin surat pindah aku yah." Najwa tersenyum semringah, akhirnya dia akan bebas.

Bebas dari semua soal-soal diolimpiade sepanjang waktu. Bahkan dia jarang sekali punya teman. Alasannya ... tidak ada waktu.

Hidupnya penuh dengan angka-angka dan perkembangan ekonomi di Indonesia, belum lagi dia itu juga seorang penulis. Banyak kerjaan. Gak akan kelar sebelum pergi.

"Eh? Lo gak sedih gitu? Kan lo mau pindah? Lo enggak sedih ninggalin temen-teman lo gitu? Kok lo malah seneng?" Oji mengerutkan dahi. Bukankah pindah, artinya meninggalkan teman-teman dan lingkungan sekolah yang membuat kita nyaman selama ini? Lalu ... Kenapa Najwa begitu senang? Seolah-olah dia akan keluar dari penjara saja.

M A T A    B A T I N ( PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang