Bab 19 : Pisau Dapur] [Mimpi buruk atau kepingan ingatan?

20 6 0
                                    


Hallo readers!!
Selamat membaca 😉

🕌

Apakah kamu pernah percaya padaku? Bahwa aku bilang padamu kalau aku sahabatmu? Pasti percaya. Karena aku punya ingatan itu!

🏢

Bab 1️⃣9️⃣  : Pisau dapur!] [Mimpi buruk atau kepingan ingatan? 

Seorang gadis kecil sedang duduk di sudut sebuah ruangan, yang berantakan itu, dengan lutut di tekuk, lengannya melingkari tekukan itu, kemudian wajahnya ia tundukkan, sampai dahinya menyentuh lutut.

Bulir-bulir air mata berjatuhan begitu derasnya. Dia menangis terisak. Semua kejadian itu bukan dia pelakunya. Bukan! Tapi orang itu. Yah Benar, orang itu!

Seorang anak laki-laki itu berdiri di ambang pintu. Dia mengintip seorang gadis yang sedang menangis sambil duduk meringkuk. Ingin sekali dirinya menghampiri gadis kecil itu.

Tapi ...  Dia tidak berani. Ingin sekali dia menenangkan gadis itu. Tapi ... Dia juga tidak berani. Lalu ... Apa yang harus dia lakukan? Berdiam diri disini saja? Atau ... Pergi?

Si gadis menghentikan tangis. Namun, sesenggukan kecil masih ada. Dia tahu, ada yang melihatnya di ambang pintu. Dia juga tahu apa yang di pikirkan oleh orang itu. Dia mendongak, menatap seseorang yang berdiri di ambang pintu itu dengan mata bengkaknya.

Si anak laki-laki ketahuan sedang mengintip. Ia pun tidak bisa pergi, lagi pula dia ini laki-laki. Seharusnya dia pemberani'kan? Dia melangkah maju dengan pelan-pelan. Takut nanti kakinya salah pijak dan malah terluka. Apalagi cahaya di ruangan itu minim cahaya.

Nasima memandang anak di depannya ini dengan tatapan heran. Setelah yang di lakukan dan di tuduhkan kepadanya tadi, masih mau kah dia mendekatinya? Seperti saat ini. Dia kini sudah berdiri di hadapan Nasima dengan senyum manisnya.

"Kamu masih mau deket-deket sama aku? Aku'kan orang jahat!" Nasima heran dengan Oji di hadapannya ini. Anak-anak panti saja enggan untuk mendekatinya. Kenapa Oji masih mau mendekatinya?

"Hmmm ... " jawab Oji singkat. Kemudian dia berjongkok di depan Nasima. "Aku bukan mereka." lanjutnya kemudian mengelus rambut belakang Nasima dengan lembut.

Nasima tertegun dengan ucapan Oji barusan. Kemudian tangan kanannya terangkat, mengusap air matanya dengan pelan.

"Jangan deket-deket!" perintah Nasima dengan tegas. Kemudian menempis tangan Oji di kepalanya dengan pelan.

"Hmm ... Oke, " ucap Oji kemudian berdiri.

"Kamu beneran gak mau deket-deket aku? " Nasima bertanya lirih, ketika Oji berbalik dan melangkah.  

Oji berbalik lagi kemudian melipat lengan di depan dada. "Kata kamu, jangan deket-deket. Pas aku mau jaga jarak biar enggak deket. Malah nanyak. Mau mu apa sih? " tanyanya.

Nasima menunduk, kedua tangannya memeluk lututnya erat. Memang benar apa kata Oji. Bukan kah dia sendiri yang memerintah Oji menjauhinya? Lalu ... Mengapa dia merasa tidak rela? Kenapa sesulit ini untuk menjauhi Oji?

M A T A    B A T I N ( PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang