Bab 13 : Najwa di rumah sakit!

24 8 1
                                    


Hallo readers!
Mata Batin kembali.
Segera dibaca, sebelum berdebu.
He he ....
Selamat membaca.

🐈

Tidak semua rencana hari ini bisa kau lakukan dengan lancar.

🐩

Bab 1⃣3⃣ : Najwa di rumah sakit!

Cyur!!! Seorang guru Matematika sedang membersihkan telapak tangan yang terkena cat warna tembok, di wastafel toilet guru.

"Cetnya enggak akan bisa ilang kalo cuman dicuci pake air, Bu!"

Guru yang bernama Awaris itu menutup keran dan menoleh ke belakang. Dia mengernyitkan dahi dalam, bukankah tadi seperti ada yang berbicara? Anak kecil? Lalu ... kenapa tidak ada siapa pun? Awaris berjalan ke arah pintu, ingin mengecek ada orang atau tidak.

Ceklek! Pintu dibuka. Awaris mengeluarkan kepala dari dalam toilet, mengedarkan pandangan, mencari sosok suara tersebut.

Tidak ada!

Bugh! Awaris memasukkan kepala ke dalam toilet lagi dan menutup pintu pelan. Dia berbalik, berjalan menuju wastafel lagi.

Awaris menunduk dan menghidupkan keran air. Air keluar dan membasahi tangan, dia terus menggosok-gosok noda cat itu. Susah! Benar kata suara tadi, cat ini tidak bisa hilang hanya dengan air saja, dia mengambil sabun yang berada di lekukan wastafel tersebut. Menggosok-gosok lagi menggunakan sabun tersebut, Awaris mendongak.

"Aa ..." Awaris terkejut. Dia mengusap-usap dada pelan, berusaha meredakan keterkejutannya. Karena dia melihat ada gadis kecil di pojok toilet dari pantulan kaca yang ada di depannya. "Hufft ... kamu ini! Ngagetin ibu aja!" ucapnya kemudian mematikan keran air dan berbalik.

Nasima tersenyum semringah dan melambaikan tangan ke Awaris. Dia mendekati guru matematika itu dan masih mempertahankan senyumnya.

Ketika jarak mereka hanya 1 meter, Awaris berjongkok, menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu. Awaris mengira bahwa dia anak salah satu guru yang lain.

"Kamu kenapa di sini? Kamu mau cuci tangan? Apa mau cuci muka? Kamu enggak sekolah?" Awaris menyelipkan anak rambut Nasima di belakang telinganya dengan tangan kanan. Dia juga tersenyum. Guru ini masih muda, umurnya sekitar 28 tahun, dia pengantin baru, Nasima tahu hal itu, tahu semuanya bahkan.

"Aku kesini mau bunuh orang!"

Awaris terkekeh, dia sempat tertegun mendengar jawaban dari gadis lugu di depannya ini. Namun, dia tahu bahwa gadis ini pasti bergurau. Mana mungkin gadis kecil imut ini membunuh orang? Tidak mungkin!

"Kamu ini! Emang siapa yang mau kamu bunuh?" Awaris gemas sendiri dengan gadis kecil ini. "Oh, ya, nama kamu siapa?" tambahnya kemudian mengelus rambut panjang berwarna merah menyala itu, kagum.

"Namaku Nasima Otori. Aku mau bunuh, Ibu!" Nasima diam saja saat tangan guru itu mengelus rambutnya pelan. Naksir, Bu? Bayar pake nyawa ya, nanti aku kasih!

"Eh? Kok ibu yang dibunuh? Memangnya ibu salah apa?" Awaris cemberut, dia pura-pura sedih. Dia sangat gemas dengan bocah ini, polos sekali. Jadi pingin punya dedek!

M A T A    B A T I N ( PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang