11. FAJAR GALIH DINATA & FAREEL ALARIX DHINATA

181 14 2
                                    

Selamat membaca Sweet Dimas ♥️♥️♥️

Beneran ini aku mau tanya sama kalian, apa masih ada yang sampai sekarang nunggu sweet Dimas update? Atau mungkin baca sweet Dimas ? Kalau ada komen disini, dan aku bakal up part selanjutnya. Satu aja ada komen dari kalian aku akan langsung update🌻

⚠️Untuk yang tidak suka kekerasan silahkan pergi atau skip part ini karena di bagian ini akan ada banyak kata kata kasar oke ⚠️

*****

Semua terasa begitu cepat, lutut Nabila terasa begitu lemas seperti jelly. Wajahnya bener benar merona dan debaran jantungnya lagi lagi tidak bisa ia kendalikan.

"Maaf." Ucap Dimas. Ada penyesalan didalam ucapan itu.

Nabila diam, entah marah atau apa Dimas tidak bisa menebaknya.

"Maaf, elo boleh pukul gue sekarang." Ujar Dimas.

"Tampar gue." Ujar Dimas lagi. Cowok itu terus mengerakkan tangan Nabila untuk memukulnya.

"Ayo pulang." Ujar Nabila. Gadis itu berjalan turun dari rooftop dengan Dimas yang menyusul di belakangnya.

"Gue minta maaf bel." Ujar Dimas sekali lagi penuh sesal.

"Coba elo bilang kalimat itu ke orang yang udah pernah elo sakitin dulu, enggak termasuk gue." Ujar Nabila masih terus berjalan.

"Kenapa?"

"Gue tau Lo laki laki yang baik." Ujar Nabila.

"Mana ada cowok yang baik, nyium cewek gitu aja. Sedangkan kita baru beberapa kali bicara." Ujar Dimas.

Wajah Nabila seketika memerah. Rasanya malu jika harus mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Dan lebih lagi saat Dimas baru saja mengingatkan kembali hal itu.

"Enggak ada yang bener-benar baik bel, termasuk gue." Ujar Dimas. Cowok itu sedikit membenarkan bombernya.

"Dan enggak ada manusia yang beber-bener jahat. Satu sama lain harus seimbang begitu juga dengan sifat." Ujar Nabila.

Kembali beberapa saat keduanya dilanda keheningan. Nabila diam karena bingung harus melakukan apa, sedangkan Dimas diam bergelut dengan pikirannya.

"Anterin gue ketemu bokap yuk." Ujar Dimas tiba - tiba.

"Sekarang?"

"Tempatnya enggak jauh dari sini lima belas menit cukup untuk kesana dan pulang sebelum magrib." Ujar Dimas.

"Ya udah ayo." Ujar Nabila setuju. "Tapi gue telfon Abang dulu ya."

Dimas mengangguk setuju. Keduanya kini turun dari rooftop menuju parkiran.

Nabila tau kemana tempat yang dimaksud Dimas. Beberapa menit yang lalu ia memang kesal karena sikap Dimas yang seenaknya mencium dirinya. Nabila bukan gadis kaku seperti seseorang yang baru saja diambil ciuman pertamanya, ia tidak naif kerena pada dasarnya ia menyukai perlakukan Dimas itu. Manis dan membuat jantungnya bergetar, walaupun itu hanya kecupan di dahi.

Lima belas menit berlalu begitu cepat. Motor milik Dimas sudah sampai ditempat yang dituju. Lima belas menit dalam keheningan keduanya sama sama sibuk dengan dunianya sendiri sendiri.

TPU batu asih

Dimas dan Nabila berjalan beriringan melewati setiap gundukan tanah itu, keduanya juga menyempatkan membeli bunga di depan gerbang sebelum masuk tadi. Jika biasanya Dimas datang tangan kosong dan hanya ada kesedihan. Kali ini ia datang dengan iringan doa di setiap langkahnya, Dimas menggengam erat tangan Nabila, seperti seolah olah ia kan tumbang dan jatuh jika pegangan itu dilepas kan.

Sweet DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang