24. Rumit " berjalanya sebuah kekuasaan."

118 13 4
                                    

Selamat membaca sweet Dimas🕊️

Ada yang kangen aku? Atau kangen Dimas? Jangan bilang kalian kangen Abang lagi?

Aku lagi suka banget lagu ini plis dengerin ya....

PLAY LIST

Melukis senja - Budi Doremi


Adaptasi - Tulus

Happy reading semuanya 🌈

***

"Jadi sebenarnya kalian itu kenapa?" Tanya Ifand jengah. Tiga puluh menit dia duduk menemani dua remaja yang dari tadi sama sama diam tak mau bicara.

"Kamu tau kan bel kalau ada orang tanya itu harus dijawab?" Ujar Ifand.

Nabila masih diam. Memilih untuk menutup mulutnya rapat rapat. Begitu juga dengan sosok Dimas yang sepertinya masih enggan angkat bicara.

"Bel, jawab Abang!" Kali ini nada suara Ifand sedikit meninggi. Membuat sang empunya nama langsung melihat takut kearahnya.

Ifand menghela nafas panjang, ia tidak ingin menjadi kakak yang gagal, ataupun ditakuti adiknya, tapi tetap saja sebagi manusia Ifand cukup sulit menahan emosi dan nalurinya untuk marah melihat seseorang yang terus ia ajak bicara hanya diam.

"Lo juga enggak mau jawab?" Tanya Ifand. Kali ini cowok itu menatap jengah kearah Dimas.

"Gue suka adik Lo." Jawab Dimas enteng. Sontak membuat Nabila dan Ifand terkejut dengan ucapnya.

"Terus?" Tanya Ifand.

Nabila terus menunduk semakin malu. Yang benar saja Dimas mengatakan itu kepada abangnya.

"Ya gue tembak lah, tapi di tolak." Jawab Dimas lagi.

Satu di detik
Dua detik

Tiga puluh detik, Ifand masih diam, membuat Nabila semakin cemas dan khawatir jika nanti abangnya akan marah.

Sampai di menit pertama tawa Ifand pecah, membuat beberapa orang lain yang juga ada di kantin sendari tadi sudah penasaran dengan tiga orang itu kini semakin dibuat penasaran.

"Lo, nembak dia? Ditolak?" Tunjuk Ifand pada Dimas dan Nabila bergantian. Masih dengan tawa renyahnya. Tawa yang membuat banyak wanita lemas dan mimisan seketika.

"Kenapa?" Tanya Dimas dan Nabila bingung.

"Nggak! Gue kira ada apa? Jadi itu alasan kamu lari dan minta cepet pulang tadi?" Tanya Ifand pada Nabila.

"Bang." Rengek Nabila malu atas ucapan Ifand.

"Panggilan untuk Julian Dimas Dhinata kelas sebelas IPS dua dan Maureliana Nabila Alia sebelas IPA lima, harap segera datang keruang kepala sekolah secepatnya terimakasih."

Panggilan dari pengeras suara sekolah itu berhasil menarik perhatian ketiganya, begitu juga Ifand yang langsung menghentikan tawanya.

Apa lagi ini tuhan, batin Nabila.

Sweet DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang