27. Lebih Dekat Dengannya

62 9 3
                                    

SELAMAT MEMBACA SWEET DIMAS :) 

PLAY LIST 

TULUS - MENGAGUMI DARI JAUH 

Aku tidak ingin memaksakan apapun, termasuk perasaanku pada mu. Jika memang tuhan meninginkan aku dengan mu maka dia juga yang akan menitipkan rasa cinta itu.

***

Nabila segera mencari Dimas begitu Ifand menutup telefon. Cowok itu terlalu lama untuk sekedar kekamar mandi oleh karena itu nabila memilih untuk mencari cowok itu. Dan benar saja bukanya tengah berada dikamar mandi cowok itu, Dimas malah sedang asik duduk diluar mall dan merokok. 

"Dimas." panggil Nabila. 

Cowok itu menoleh menampakan wajah malaikat tanpa dosanya. Wajah bak dewa yunani namun terkubuh sisi mengerikan didalamnya yang kapan saja bisa bangun untuk menghancurkan seseorang.

"Abang telfon lu disuruh ke kantor kakak lo, katanya pak wirawan nuntut elu dim." Ujar Nabila cemas dan khawatir.

"Trus kenapa harus ke kantor, biarin aja. kalau dia mau nuntut gua oke, gue jabanin mau bertingkah kaya apa lagi dia." Ujar Dimas santai namun serius.

"Tapi dim."

"Tapi apa? bil, gua ngga salah gua tau apa yang gua perbuat dan resiko apa yang bakal gua terima. Lo nggak perlu khawatir buat itu." ujar Dimas meyakinkan. Cowok itu benar benar terlihat tenang.

"Iya tapi lo bikin anak orang patah tulang dimas. Mau apapun alasan di balik apa yang lu lakuin dia cacat gara gara lu, dan mereka bisa aja jadiin itu bahan buat nuntut elo." Ujar Nabila. 

"Gua disini buat Hera bil. Kalaupun gua harus dipenjara. gua nggak masalah. Yang penting itu bajingan dapat apa yang harusnya dia dapat." ujar Dimas tulus dan sungguh sungguh. 

Sekarang Nabila harus apa bahagia, sedih atau terharu. Dimas menang baik, punya niat tulus dan mulia. Tapi tetap saja cara yang cowok itu lakukan tidak bisa dibenarkan baik dilihat dari sudut pandang manapun. Karena tidak selamanya amarah harus di lampiaskan.

"trus sekarang gimana?" ujar Nabila lemah. Gadis itu akhinya ikut duduk disamping Dimas sambil menyesap boba yang sempat ia bawa tadi. 

Dimas terkekeh melihat Nabila. Masih sempat sempatnya gadis itu membawa minuman yang sudah tinggal setengah. 

"Nanti gua telfon Farrel. Diar dia yang ngurus atau bunda." ujar Dimas.

Nabila menghela nafas lelah. Memaksa cowok itu sama saja buang buang tenaga. Karena ia yakin Dimas akan tetap kekuh pada keinginanya.

"Gua maunya hari ini ngehabisin waktu sama elo. Supaya lo tau dan bisa nilai gua secara langsung, bukan dari orang lain." ujar Dimas mentap dalam nabila. 

Nabila kembali tertengun, butuh beberapa menit untuk ia menetralkan debaran jatungnya. Laki laki yang kini duduk disampingnya ternyata memiliki daya tarik yang luar biasa, butuh pemahaman lebih untuk tau seperti apa sifat, karakter dan pemikiran cowok itu. 

Dimas memang tidak sebaik, laki laki yang pernah menjanjikan kesetian padanya dulu. Tapi dia juga tidak seburuk apa yang orang lain nilai dan katakan tentang dirinya. Dimas hanyalah laki laki biasa remaja yang masih sulit untuk mengendalikan emosinya, remaja yang mungkin hanya ingin menikmati masa remajanya dengan bahagia, tapi malah hal sebaliknya yang ia terima. 

"Suka ya lo ngeliatin gue." ujar Dimas. Cowok itu seketika memecah lamunan Nabila. 

Nabila benar benar malu, dan gugup tertangkap basah berkali kali memikirkan cowok itu.

"Ya nggak lah." elaknya. 

"Lha lo mikirin gua juga nggak masalah kali, gua nggak bakal marah. Tapi dari pada mikirin gua padahal orangnya jelas jelas didepan lu, mending dimilikin." ujar Dimas. Cowok itu terkekeh mendengar ucapanya sendiri.

"Lo tuh siapa sih? Heran gua. Dulu waku pertama kali kenal juga lempeng lempeng aja sekarang jomplang, genit tau nggak." ujar Nabila.

"Lha genit dari mananya coba?" tanya Dimas.

"Iya kaya tadi lo bilang." 

"Lha gua bilang apa Nabila?" pancing Dimas menggoda.

"Apasih nggak ah. Udah yuk gue pingin jalan jalan." 

"Pernyataan lu ambigu tau ngga? ini yang lu maksud jalan jalan pakek kaki, atau naik motor?" tanya Dimas.

"Terserah mau pakek kaki atau naik motor yang penting sama elo." ujar Nabila cepat, karena setelahnya gadis itu berjalan lebih dulu dengan malu. Meninggalkan Dimas yang terpaku ditempat.

"Lha bener nih yang penting sama gua?" teriak Dimas.

Nabila semakin mempercepat ucapanya. Malu saja jika ia kembali menjadi pusat pusat perhatian, ia disekolah masa juga di mall. 

"NABILA. INI JALAN AJA PACARANYA ENGGAK SEKALIAN NIH." Teriak Dimas lebih kencang. Dan Nabila benar benar malu mendengarnya.

***

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA SWEET DIMAS

JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN KASIH TAU TEMAN TEMAN YANG LAIN UNTUK IKUT BACA SWEET DIMAS

AKU MASIH MENUNGGU JAWABAN DARI KALIAN UNTUK VISUAL SETAIP TOKOH UNTUK CERITA INI DI ATAS. DAN KALIAN BISA KOMEN DISINI!!!

TERIMAKASIH KARENA SUDAH MEMBACA SWEET DIMAS SAMPAI SEJAUH INI.

SELALU JAGA KESEHATAN DIMANAPUN KALIAN BERADA.

JANGAN LUPA FOLLOW IG DAN WATTPAD AJU 

@anatasalia_

@ini.anaaa___

SALAM SAYANG

ELIANA WIDYAWATI 

Sweet DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang