2. Kenalan.

42.9K 5.4K 295
                                    

Jadi ini yang 0 kemarin itu cuma daya tarik untuk perkenalan aja sedikit. Cerita ini dimulai dari awal pertemuan Rena dan Dion.

Tepatnya di liburan akhir semester 6.

Jangan disangkutin ke Kiasa dulu ya. Aku juga masih agak bingung memperkirakan waktunya.

🍩🍩🍩

Rena berjalan dengan anggun bersama Gia dibelakang papa dan bundanya. Mereka diiringi investor lainnya memotong pita yang merentang di depan pintu resto.

Restoran yang kini mempunyai sekiranya tiga puluh cabang di Indonesia ini dibangun dengan modal nekat orang tua Rena. Restoran yang mengusung tema Nusantara ini mulai berkembang setelah lima tahun berdiri. Para investor mulai berdatangan dan membawa keluarga Altameiro ke titik kesuksesan saat ini. Perlu tekad dan kesabaran dalam berbisnis.

Rena tersenyum senang melihat papa dan bundanya yang masih saja terlihat seperti pasangan muda. Mereka menyapa setiap tamu bersama dengan tangan keriputnya yang saling bertaut. Ah kenapa kini Rena jadi merasa iri dengan papa dan bundanya? Cukup pada Kiana dan Satria dia begini, jangan orang tuanya.

Rena masih betah duduk bersama Gia menikmati hidangan makan malam yang disediakan khusus untuk tamu dan pelanggan malam ini. Rena menikmati semangkuk soto bening yang menyegarkan, sedangkan Gia fokus pada nasi dan semur dagingnya.
Sesuai temanya Nusantara, restoran ini menghidangkan berbagai macam makanan khas daerah beserta oleh-oleh makanan ringan dari hampir seluruh daerah di Indonesia.

"Boleh bergabung?" Seorang pria meminta izin duduk bersama. Rena melirik sekeliling, memang hampir semua meja dipenuhi orang-orang. Barulah dia melirik pria yang mengenakan setelan santai celana jeans dan kaus dengan jaket kulit yang membuat kesan lebih muda, ternyata dia orang yang sama dengan pria yang membantu Rena kemarin.

"Silahkan," ujar Rena lalu melanjutkan makannya.

"Halo Om yang kemarin..." Sapa Gia.

"Halo juga kamu, ingin berkenalan?" Pria itu mengarahkan tangannya pada Gia.

"Giani, nama Om siapa?" Gia menyambut jabatan tangan pria itu dan menariknya ke keningnya.

"Dion." Pria bernama Dion itu tersenyum ramah.

Dia mengalihkan pandangannya pada Rena yang ternyata juga tengah memandangnya. "Kamu?"

"Rena." Balasnya singkat.

Rena melanjutkan makannya begitu pula dengan Dion dan Gia. Lalu bunda dan papa datang menghampiri bersama satu wanita paruh baya.

Wanita paruh baya itu menegur Dion. "Dion, Mama cariin dari tadi taunya disini." Omelnya.

"Laper, Ma." Balas Dion.

"Kalian udah kenalan?" Tanya bunda karena melihat mereka yang sudah makan di satu meja.

"Udah, Oma. Ini Om Dion." Gia menjawab. Rena masih diam mulai merasa hal buruk akan terjadi padanya.

"Ah itu anak Satrio, Bu Dila. Sekarang sama Satria. Rena, Gia salim sama Bu Dila." Mereka berdua kompak melepas sendoknya dan beralih pada Bu Dila lalu menyalimi tangannya.

"Sudah pada besar ya. Cantik-cantik." Rena hanya tersenyum tipis sedangkan Gia tersenyum lebar karena senang dibilang cantik.

Bunda, papa beserta Bu Dila akhirnya duduk bersama mereka. Rena meneguk minumnya, rasa asing di dirinya semakin terasa.

"Ini loh Ren, yang mau Bunda kenalin. Dion anaknya Bu Dila kenalan Papa." Rena mengangguk singkat.

"Udah kan?" Katanya. Jika hanya berkenalan mereka sudah melakukannya.

NADI [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang