9. Wedding Plan

30.5K 4.5K 268
                                    

Rencana pernikahan.

Setelah acara pertunangan, dua keluarga kini disibukkan dengan persiapan acara pernikahan yang kurang dari tiga bulan lagi akan digelar.

"Aku maunya satu hari aja selesai ya, Bun." Pinta Rena pada Bundanya.

"Iyaya, terserah kamu sama Dion aja. Bunda kasih kebebasan kali ini."

"Yon, lo setuju kan?" Rena menoleh ke sebelahnya.

"Ya, saya ikut kata kamu saja." Rena tersenyum senang. Pasalnya Dion memang tidak terlalu ribet sejak awalnya.

Mereka, tepatnya Rena, Bundanya dan juga Dion sedang menuju ke salah satu wedding organizer yang cukup terpercaya karena sempat memakai jasanya sebelumnya.

"Selamat datang kembali, Nyonya Altameiro." Sambutan pertama begitu mereka memasuki sebuah gedung.

Bunda Rena tersenyum, karyawan tersebut mengarahkan mereka pada satu ruangan yang telah diisi beberapa orang dengan berbagai katalog di tangannya.

"Aku mau yang simple aja." Usul Rena.

"Glamour." Pinta Bunda bertentangan dengan Rena.

"Kamu yang terakhir Rena, tidak ada yang akan menikah lagi di keluarga kita. Dan Bunda harap tidak akan pernah ada. Jadi semuanya harus berkesan." Rena merasa jengah dengan Bundanya. Pasalnya nyonya Altameiro ini tidak dapat ditolak.

"Jangan ngebebanin Dion, Bun." Rena mengingatkan. Biaya pernikahan ini memang ditanggung dua pihak. Tapi tetap saja, semakin besar biaya yang keluar, semakin besar pula nominalnya meskipun dibagi dua.

Bunda memandang Dion dengan wajah memelasnya. "Kamu kan juga anak tunggal, Yon. Pasti Mama kamu setuju sama Bunda." Rasanya sayang sekali calon besan Altameiro ini tidak bisa ikut karena banyaknya pekerjaan yang harus beliau selesaikan.

"Iya Bun, tidak masalah. Lanjut dipilih saja." Dion pasrah, ini pernikahannya, mungkin memang tidak masalah jika memang harus merogoh kocek dalam jumlah besar.

Lagian ini yang pertama dan terakhir. Jikapun ada nasib buruk yang menghampirinya kelak, dia tidak akan menikah lagi.

Rena melirik katalog dengan tidak semangat. "Gak usah ikutin tema disini, Bun turuti aku ya. Yang mau nikah aku kan?" Rena sedikit berbinar seolah baru saja mendapat ide.

"Kita pakai warna putih nanti kasih sentuhan gold dikit aja." Ujar Rena semangat. Dia menjelaskan detailnya dengan berbinar seolah sedang menyiapkan pesta ulang tahunnya bukan pesta pernikahan yang sebelumnya dia tolak.

Dion menatap Rena penuh perhatian, dia tau Rena orang yang ceria hanya saja masih menutup diri dengannya.

"Gimana, Yon?" Dion tersentak dari lamunannya, dia melihat Bunda yang menatap pasrah dan Rena yang masih menunjukkan antusiasnya.

"Apapun... yang Rena suka aja." Jawabnya lalu senyum bulan sabitnya terbit dengan lesung pipitnya yang semakin dalam.

Rena terpana. Segera dia mengalihkan pandangan ke arah manapun asal bukan Dion.

Jantung gue gak aman.

Setelah menyelesaikan administrasi awal, Dion mengantar Bunda ke restoran lalu mereka melanjutkan perjalanan kembali.

"Pulang sebelum jam sembilan malam ya." Ingat Bunda pada muda mudi yang otw menikah ini.

Masih on the way masalahnya, jadi gak baik kalau pulang kemaleman.

"Sekarang kemana?" Tanya Dion tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan.

Rena membuka tasnya dan mengambil ipad yang menampilkan desain gaun pengantin.

NADI [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang