5. Mengenal Mama (1)

33.7K 4.3K 226
                                    

Harap bersabar ya menunggu pernikahan Rena.

Hihiy.

🍩🍩🍩

Selepas sidang Rena hanya bersantai-santai saja di rumah. Atau main bersama keponakannya dan juga Kiana di rumah mereka. Dulu sebelum abangnya menikah, dia sering menginap disana. Tapi sekarang tidak lagi. Entah takdir apa yang diberikan Tuhan padanya, setiap Rena di sana pasti ada saja dia memergoki Kiana dan Satria yang sedang bermesraan. Rena kan jadi iri dibuatnya.

Daya tarik kasurnya hari ini lebih kuat dari biasanya. Sudah hampir pukul satu siang dia tidak juga beranjak dari kasurnya. Bangun pukul sebelas, buang air ke kamar mandi lalu berbaring lagi.

Ttok ttok ttok.

"Ren..."

"Masuk, Bun."

Bunda masuk ke dalam kamar Rena. Sang putri masih mempertahankan posisinya. "Dion ngajak kamu ke rumah Mamanya. Siap-siap gih, dia masih dijalan."

"Enggak mau, Bun." Tolak Rena. Apapun yang dikatakan Bundanya saat ini akan dia tolak semua. Dia trauma dengan kejadian yang membawanya ke perjodohan konyol ini hanya karena dia iya-iya saja.

"Dion udah jalan Ren, masa iya disuruh balik? Kamu tega biarin Bu Dila nungguin kamu tapi kamunya gak datang." Rena lemah jika sudah menyangkut ibu-ibu.

Terpaksa dia beranjak dan mengambil handuknya lalu berjalan dengan malas ke kamar mandi. "Ren, kalian belum tukaran nomor ponsel?"

Rena menghentikan langkahnya. "Kalian siapa?"

"Kamu sama Dion."

"Oh, belum." Rena bergegas masuk ke dalam kamar mandi tidak mempedulikan omelan Bunda setelahnya.

Setelah hampir menghabiskan waktu dua puluh menit, Rena keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membelit di dadanya. Dia berpikir sejenak, baju apa yang harus dia kenakan?

Sebenarnya Rena bukan tipe wanita tomboy yang tidak suka memakai dress. Hanya saja dia tipe yang santai dan tidak ingin ribet. Terkadang, dress yang diberikan bundanya selalu memiliki sisi yang membuatnya malas. Entah itu tali-tali atau kancing yang bisa lebih dari sepuluh. Intinya, Rena tidak suka dengan baju-baju pilihan Bundanya.

Rena mengambil terusan berwarna coklat dengan motif garis berwarna putih. Panjangnya lima centi diatas paha dengan kerah disekitar lehernya dan lengan yang mencapai setengah siku. Setelahnya Rena memolesi wajahnya dengan sedikit bedak dan pewarna bibir lalu menyisiri rambutnya membiarkannya tergerai.

Tas selempang berwarna coklat tua menjadi pilihan Rena. Lalu sepatu kets putih juga menambah kesan classy di dirinya. Begitu pemikirannya.

Rena mengamati dirinya di cermin. "Kenapa gue jadi coklat semua gini?" Rena bermonolog sambil memperhatikan penampilannya. Rambutnya kebetulan kini juga berwarna coklat keemasan.

"Bodo amatlah." Rena akhirnya keluar dari kamarnya, turun ke bawah dan meletakkan sepatunya di depan teras. Dia duduk di ayunan taman depan sambil menunggu kedatangan Dion.

Bunda keluar dari dalam rumah. Melihat putrinya yang duduk santai sambil memainkan ponsel seharga dua puluh delapan juta miliknya. Dia membelinya dengan kerja kerasnya, membantu Papanya mengurus restoran selama satu bulan, lalu membantu Satria menjaga Gia selama satu bulan full, ditambah membantu Bundanya mengirim pesanan catering dari teman arisannya. Terakhir tabungannya selama hampir dua tahun. Katakan dia berlebihan, setidaknya dia mendapatkan keinginannya dengan kerja keras. Bukan rengekan pada Papa dan Bundanya.

"Bunda kira belum selesai." Bunda ikut duduk di samping Rena setelah dia menghentikan ayunannya.

"Yang sopan ya sama Bu Dila." Pesan Bundanya.

NADI [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang