8. Wisuda

33.3K 4.7K 230
                                    

Part ini feelnya kurang dapet sih kata aku karena nulisnya diloncatin kemarin.

Semoga gak terlalu mengecewakan ya...

Happy Reading...

🍩🍩🍩

Hari ini hari wisuda Rena dan Kiana. Mereka sudah bersiap sejak pukul enam pagi di kediaman Altameiro.

Rena mengenakan kebaya merah muda dengan rok batik yang senada dengan Bunda dan Papanya. Entahlah ini tradisi atau apa, tapi terkadang saat wisuda beberapa keluarga mengenakan pakaian yang seragam dengan anaknya.

Mereka duduk sesuai nama yang tertera di kursi khusus mahasiswa. Sedangkan orang tua terpisah sedikit jauh ke belakang.

Kata sambutan dari Rektor dan peresmian wisuda secara simbolis dilaksanakan.

Nama Rena dipanggil penuh pujian. "Rena Altameiro, salah satu lulusan terbaik dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Dengan perolehan ipk terakhir 3,98." Tepuk tangan riuh menyambut Rena yang tersenyum penuh percaya diri. Sejak awal dia memang sangat pintar.

Usai acara, Kiana memeluk Rena erat merasa bangga padanya. Mereka sudah berada diluar gedung, menanti orang tua yang sempat terpisah.

"Selamat Ren, gue tau lo memang sehebat ini. Akhirnya perjuangan kita selesai." Ujar Kiana terharu dan menitikkan air mata.

"Gausah lebay, gue tau gue pintar. And ya, happy graduation kakak ipar. Lo juga hebat, bisa mencapai target sesuai keinginan lo, dan sekarang ada dedek bayi yang nemani lo." Kiana dibuat semakin terharu. Kiana baru saja mengetahui bahwa di rahimnya ada calon bayi yang sedang berkembang.

Merekapun melakukan sesi foto bersama, Rena dibuat mendelik saat menyaksikan Satria yang notabenenya dosen sekaligus Abangnya dengan tidak berperikestatusan berpose mesra dengan Kiana. Tangan Satria melingkar di pinggang Kiana. Tangan kiri Kiana memegang bucket bunga darinya.

"Sedih banget gue, sendiri." Keluh Rena tanpa sadar.

"Mas, kamu kira kita lagi di studio foto?"

"Biar anak kita tau, dia ikut menemani Mamanya wisuda."

Rena mencebik semakin kesal mendengar perdebatan pasangan yang tidak berfaedah, tapi setelahnya dia menegang.

"Dion, kirain Bunda gak bakal dateng." Dion terlihat sedikit tergesa berlari mendekat lalu menyalimi semua tetua yang hadir.

Rena yang tadinya kesal kini malah seperti cacing kepanasan, tidak ada tenangnya.

"Dion Reynandi." Ujar Dion memperkenalkan diri pada Kiana. Satria sudah mengenalnya karena perbedaan umur mereka yang tidak jauh. Bisa dibilang mereka dulunya teman masa kecil hanya saja tidak seakrab orang-orang.

"Selamat, maaf tidak membawa bunga lebih. Saya tidak tau kalau istrinya Bang Satria juga wisuda hari ini." Jelasnya saat menjabat tangan Kiana.

"Kiana Novelandra." Kiana mengangguk maklum dan menyebutkan namanya.

Dion mendekat ke arah Rena. "Maaf terlambat karena banyak urusan di restoran, selamat untuk gelar sarjananya." Dia mengulurkan tangannya pada Rena dan memberikan bunga yang dibawanya.

Rena dengan gugup membalas jabatan pria yang berstatus calon suaminya. "Makasih." Balasnya singkat sambil menerima bunganya.

Dion terlihat tampan dengan kemeja batik lengan panjang miliknya. Rambutnya disisir rapi seolah memang berniat kemari sejak tadi hanya saja berakhir terlambat dan gaya formalnya jadi tidak terlalu berarti.

NADI [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang