19. Milo

39.3K 5K 731
                                    

Bantu koreksi ya, nulis ini udah agak lama tapi edit editnya baru baru ini takutnya ada yang gak nyambung atau aneh gitu.

Happy reading!

Happy satnight!

Lagi suka dengarin lagi itu, huhu mas jawa pekalah kamu mas.

🍩🍩🍩

Sudah hampir seminggu waktu berlalu sejak kejadian masalah anak yang sedikit menguras emosi. Rena memilih untuk biasa saja. Pikirnya mungkin terlalu cepat untuk membahas anak di usia pernikahan mereka bahkan belum sampai seumur jagung.

"Lucu banget, gemes!" Rena terus menggulir layar ponselnya yang menampilkan salah satu laman media sosial miliknya.

"Gue harus pelihara kucing kalau gini!" Sebenarnya keinginan memiliki kucing sudah ada sejak lama. Tapi Bundanya tidak pernah mengizinkan.

Siapa disini tim suka kucing tapi dilarang pelihara sama orang tuanya?

"Gak dapet anak manusia, setidaknya harus dapet anak kucing biar gue gak kesepian." Gumamnya tidak tentu arah.

Dion yang hari inipun libur sedang sibuk di taman belakang dengan kebun sayur miliknya. Memang luar biasa rajin suami Rena.

Setelah mencuci tangannya, Dion bergabung bersama istrinya yang sedang bersandar malas di sofa ruang tengah. "Bosan?"

"Yon, gue mau pelihara kucing."

"Buat apa?" Sontak Dion memfokuskan pandangannya ke arah Rena. Kemarin anak sekarang kucing? Besok apalagi?

"Dirawat lah. Kebetulan temen gue ada yang open adopsi karena dia mau pindah ke Singapura. Kasihan kucingnya." Jelas Rena. Dia baru saja melihat akun temannya yang menampilkan info open adopsi kucing kesayangannya yang berusia 15 bulan.

Kebetulan yang sangat pas.

Dion berpikir bagaimana cara menolak permintaan Rena.

"Gak usah banyak mikir lo. Yang mau rawat kan juga gue bukan lo, rumah lo bakal gue jamin tetap bersih. Gak bakal ada kotoran kucing berserakan." Ucap Rena ketus karena tau Dion akan menolak lagi.

"Tapi kenapa kucing?"

"Emang lo mau anak? Gue yang bersedia untuk hamil dan melahirkan aja lo gak mau, apalagi adopsi." Rena segera berdiri tapi ditahan oleh Dion.

"Jangan kebiasaan langsung pergi kalau sedang bicara." Dion memperingatkan.

"Ya buat apa gue diem disini kalau cuma untuk ngomel gak jelas? Lagian lo juga gak ngasih alasan yang jelas buat gue!"

"Kamu saja belum bisa menghargai saya sepenuhnya, lalu kita ingin punya anak?" Sejujurnya Dion sedang menahan diri untuk tidak melepaskan emosinya pada Rena yang dirasa terlalu keras kepala.

"Lo cuma jadiin gue alasan, terus-terusan gue yang salah. Lo kalau gak mau ya udah gak usah merembet kemana-mana!" Tapi malah emosi Rena kali ini yang benar-benar terpancing.

Wajah Dion memerah menahan amarahnya. Dia tidak ingin lepas kendali di depan Rena. "Oke, kamu boleh pelihara kucing dengan syarat harus benar-benar peduli sama kucing kamu, jangan hanya suka sesaat saja karena mereka lucu, urus dengan baik meskipun dia sakit. Kamu bisa jadi tuan yang baik?"

Rena mengangguk.

"Hubungi teman kamu, siap-siap sekarang." Senyum manis di wajah Rena terbit. Hanya itu, dia hanya ingin kemauannya dituruti dan moodnya akan seketika berubah.

NADI [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang