Bolos

2.4K 106 0
                                    

*****

Yumna menuruni tangga dengan perlahan sambil merapikan rok serta hoodie yang dikenakannya. Sesampainya di ruang makan, ia melihat keluarganya telah berkumpul, membuatnya langsung berlari, mengambil posisi duduknya disamping kiri sang papa.

"Pagi eperi wan" sapanya riang.

"Ngomong yang bener" tegur Julian.
Bukannya menurut, Yumna malah menjulurkan lidahnya meledek sang abang.

Yumna mengambil sepiring nasi goreng, ayam goreng dan kerupuk membuat anggota keluarga yang lain menggeleng heran.

"Gue bingung deh Na. Lu sekolah apa mau nguli sih? Makannya banyak banget" sindir Julian.

"Mikir itu butuh energi bwang" Yumna asik mengunyah makanannya.

"Emang situ bisa mikir?"

Buk

"Sialan lu"

"YUMNAAAA, sakitt" Julian mengelus lengannya yang baru saja mendapat pukulan maut adiknya.

Menengahi perkelahian anaknya, Papa berdeham untuk menarik perhatian "Na, papa dan mama akan berangkat jam 9 nanti ke Bali. Kamu baik - baik ya di rumah. Nindi akan kesini buat jagain kamu selama 10 hari" ucap papa.

"Kak Nindi? Sama Om Axel? Sama si ucul Mikhaela?"tanya Yumna antusias.

Papa mengangguk, Yumna bersorak riang "Asiikkk, papa sama mama yang lama aja ya ke Bali nya, biar Ela nginep lama disini" Yumna berucap dengan riang membuat keluarganya terkekeh.

***

Yumna menatap puas ikatan sepatu dibawahnya. Saat membuka pintu, ia menemukan sosok tinggi berdiri dengan tangan di udara hendak mengetuk pintu.

"Loh, om mau ngapain?" tanya Yumna bingung.

Dibelakang, mama dan papa berjalan bersama dan menemukan Damar dan Yumna di pintu "Loh, Damar?"tanya Mama Purna bingung.

"Pagi om, tante, saya datang untuk mengantar Yumna sekolah"

HAAAA?

Henry POV

Tin tin

Klakson motor ku bunyikan dengan kencang saat motor yang ku kendarai sudah sampai di depan rumah cewek bar bar se Indonesia, siapa lagi kalau bukan Yumna.

Aku memilih melepas helm dan merapikan rambut di spion sambil menunggu sang ratu keluar dari rumahnya.

Ku lihat manusia itu berjalan mendekat, diikuti Tante Purna, Om Hendra dan seseorang yang tak ku kenal dibelakangnya.

Aku melempar helm yang biasa ia pakai, ditangkapnya dengan sigap.

"Ayok sayang, buruan" ucapnya membuatku mengernyit. Nih orang kenapa sih pagi - pagi udah anoyying banget?

Aku menahan diri untuk protes ketika melihat wajahnya yang memberi kode untuk segera pergi dari sini.

"Berangkat dulu om, tante, emmm mas" pamitku saat Yumna sudah duduk anteng dibelakang. Cubitannya di pinggang membuatku buru - buru menyalakan motor dan pergi dari sana sebelum mendengar jawaban kedua orang tua Yumna.

MENDADAK KAWIN ( SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang