****
Gadis yang saat ini sedang berdiri di depan pintu ruang guru bernama Yumna Putri Larasati, usianya 17 tahun lebih 14 hari. Dan sudah menjadi peraturan pemerintah, dimana anak yang sudah berusia 17 tahun diwajibkan untuk memiliki kartu tanda penduduk.
Tepat di pukul setengah dua belas siang, ia dan seorang sahabatnya bernama Henry hendak meminta izin pada guru untuk mengurus kartu kependudukan di kelurahan.
"Permisi buk." sapa Yumna dan Henry saat membuka pintu, kemudian melangkah memasuki ruang guru. Mereka jalan beriringan menuju meja Bu Peni, guru Pendidikan Agama Islam di kelasnya setelah istirahat nanti.
"Ada apa Yumna, Henry?" Bu Peni melepas kacamata bacanya.
Yumna mendorong bahu Henry, menyuruhnya untuk maju berbicara pada guru killer tersebut. Henry yang di dorong mendadak gugup, ia mengusap kepala belakangnya canggung. "Hmm.. anu Bu, kami mau izin ga ikut pelajaran ibu." Henry meremas tangannya gugup. Bagaimanapun, Bu Peni adalah salah satu guru yang paling ditakuti siswa di sekolah ini.
"Loh, mau ngapain kalian? Mau bolos lagi? Anak ini sudah sering dikasih hukuman masih saja suka bolos. Mau jadi apa kalian Hah?!" bentaknya tanpa tendeng aling-aling.
"Haduh, kena semprot Mak Lampir dah"batin Yumna.
Dibelakang Henry, Yumna menggeleng. Tahu sahabatnya sudah tak berkutik, ia menggeser tubuh jangkung Henry, membuat dirinya kini berhadapan dengan guru paling menyebalkan seantero sekolah."Jadi, begini Bu guru pahlawan tanpa tanda jasa, saya dan Henry meminta izin karena kami ada keperluan untuk membuat E-KTP ke kelurahan. Dimana, kami diharuskan untuk datang hari ini selesai istirahat makan siang. Kalau kami memang ingin bolos mah ga perlu izin ke ibu toh?" ucapnya diiringi senyum terpaksa.
Bu Peni terdiam sedangkan rekan guru yang lain menyimak dalam diam sambil menahan tawa.
"Kalau belum percaya, maka saya akan memberikan surat pengantar RT RW saya." Yumna mengeluarkan 2 lembar kertas dari saku hoodienya dan menunjukkannya pada guru tersebut. "Maaf kalau ada bekas lipatan sama ada bagian yang lecek karena keteledoran saya. Bagaimana, apa ibu mengizinkan?" tekannya lagi.
Bu Peni diam, namun tangannya mengambil kertas dari Yumna dan membacanya.
"Jika ibu masih tidak percaya, maka izinkan saya untuk menelepon petugas di kelurahan nya sebag---"
"Cukup!!" potong Bu Peni "Yang saya tanyakan, kenapa kalian harus izin di jam pelajaran saya? Segitu engga sukanya ya kalian sama saya?" sarkasnya.
Yumna menepuk dahinya frustasi. "Tabahkan markonah ya Tuhan.." pintanya dalam hati.
"Begini, bu guru yang terhormat. Kelurahan tutup pukul 5 sore, ya kali kita datangnya pas jam 5 buk, yang ada engga sempet,terus emangnya yang bikin KTP kita berdua doang? Kan banyak, mana harus antri juga."
Ah akhirnya nge gas juga kan dia.
"Yasudah saya izinkan. Dasar anak - anak merepotkan." putusnya dengan menandatangani surat izin keluar sekolah yang tadi diminta Yumna dan Henry di meja piket.
Yumna melirik jam tangan miliknya
"Astaga, minta tanda tangan aja setengah jam." dumelnya.Setelah mendapatkan apa yang mereka butuhkan, Yumna dan Henry mencium tangan Bu Peni dengan sopan. Setelah itu mereka langsung ngacir keluar dari ruang guru.
"Huh, gendeng." Keluh Yumna geleng - geleng kepala. Sedangkan Henry, memilih untuk menepuk punggung sahabatnya.
Mereka jalan beriringan menuju kelas IPS II untuk mengambil tas sebelum pulang. Sesampainya disana,teman - teman sekelas menyoraki mereka, karena iri, ada pula menyorakinya sekedar meramaikan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENDADAK KAWIN ( SLOW UPDATE)
RomanceYumna Putri Larasati baru berusia 17 tahun saat diminta sang ibu untuk menikahi pria dewasa bernama Damar Restu Abhiyasa, seorang pria dewasa berusia 28 tahun. Perbedaan usia yang cukup jauh mampu membuat Yumna menolak mentah - mentah ide gila ters...