Bersatu Kita Teguh

1.5K 70 4
                                    

***


Flashback

Yumna tak bisa menahan ringisan saat merasakan perih di telinga kanannya. Bu Warni sepertinya sudah marah di level tertinggi. Buktinya, wanita itu terus menarik telinga Yumna entah menuju kemana.

Mereka melewati ruang guru. Bisa Yumna lihat, guru-guru yang melihatnya menggelengkan kepala. Bahkan Bu Peni, wali kelasnya terlihat menepuk jidat.

Mereka melewati ruang guru, dan berjalan menuju suatu tempat yang sudah Yumna hafal, sangking seringnya ia berkunjung ke ruangan itu.

Ruang BK

Dan kini Yumna mengerti, alasan mengapa mereka melewati ruang guru adalah gurunya ingin melihat guru-guru lain mengetahui bahwa Yumna kembali membuat ulah.

Sesampainya di ruang guru, tarikan di telinganya terlepas. Bu Warni membuka laci dan mengambil map warna hijau dari dalam lalu membantingnya ke atas meja.

"Tulis nama kamu" perintahnya tegas.

Yumna hanya mengangguk. Ia pun menuruti perintah guru galaknya dengan mengisi form yang ada di dalam map hijau.

Setelah selesai, telinganya kembali ditarik keluar dari ruang BK, berjalan kembali menuju ruang guru. Telinganya baru dilepas saat ia sudah sampai di meja milik guru galaknya.

"Angkat satu kaki kamu, jewer telinga kanan pakai tangan kiri' perintahnya lagi.

Yumna menghela nafas. Fix, Bu Warni sungguh tidak tanggung-tanggung untuk mempermalukannya.

Yumna mengangkat kaki kirinya perlahan, lalu menjewer telinganya sendiri menggunakan tangan kiri sesuai perintah gurunya. Setelah itu ia melihat Bu Warni menarik kursinya lalu duduk.

Ia dibiarkan berdiri  dengan satu kaki dan telinga di jewer selama satu jam.

Kaki dan tangannya sungguh pegal.

Bahkan entah sudah berapa kali ia berganti-ganti kaki untuk diangkat, dan masih tidak ada hilal kapan penderitaannya akan berakhir.

Ia bahkan sudah bosan melihat tatapan guru-guru yang mengarah padanya. Tatapan kasihan, mencibir, tatapan puas sudah ia dapatkan.

Dan tepat ketika waktu menunjukkan pukul dua siang, Bu Warni memerintahkannya untuk duduk di bangku guru yang kosong.

Dengan badan pegal dan lemas, Yumna bergerak untuk mengubah posisi kursi agar dapat berhadapan dengan gurunya.

"Kamm---"

Ucapan gurunya terhenti saat mendengar ponsel Yumna berdering. Matanya membelalak.

"Kamu tuh kalau jam pelajaran handphone nya di silent."

"Maaf Bu."

Yumna mengambil handphone dari dalam kantung rok  untuk menolak panggilan. Namun, ketika melihat nama Damar yang terpampang, dengan hati-hati ia memilih meminta izin untuk menjawab telepon. Bu Warni mengizinkan Yumna untuk mengangkat teleponnya tapi tetap duduk dibangku. Yumna mengangguk pasrah. Ia pun menggeser ikon warna hijau, mengangkat panggilan.

"Halo, kenapa om?"tanyanya langsung.

"Assalamualaikum sayang."

Yumna memutar bola matanya, mencoba untuk tidak mengamuk pada Damar disaat seperti ini "Assalamualaikum om."

MENDADAK KAWIN ( SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang