****
Setelah selesai acara akad, makan - makan dan dokumentasi sebagian tamu yang hadir sudah pamit pulang. Yang tersisa di rumah itu hanyalah keluarga inti,baik orang tua dan kakak Damar maupun keluarga besar Yumna.
Yumna sedang duduk diatas tempat tidurnya dengan rambut berdiri sisa sanggul sedangkan Damar sedang membersihkan diri terlebih dahulu di kamar mandi. Yumna menggigit bibir bawahnya gelisah. Sungguh. Masuk ke kamarnya hanya berdua dengan pria itu membuat jantungnya mendadak disko. Ia merasa sang suami pun demikian, karena semenjak mereka masuk kamar, tak ada kata yang terucap. Damar langsung masuk ke kamar mandi sedangkan ia menunggu dengan duduk gelisah di ranjang.
Pintu kamar mandi terbuka. Disana, terlihat Damar yang sudah memakai kemeja putih polos dengan celana chino warna krem panjang. Wajahnya terlihat segar, rambutnya basah. Yumna meneguk ludahnya susah payah.
"Na, kamu enggak mandi?"
"Eh?"
Detak jantung Yumna bahkan hampir copot ketika pria itu berjalan ke arahnya.
"Mandi, Yumna" ucap Damar pelan sambil mengusap rambut istrinya yang kaku karena semprotan hairspray.
Menormalkan detak jantung nya yang menggila, Yumna menarik nafas dalam lalu menyingkirkan tangan Damar dari kepalanya dengan kasar.
"Bacot" makinya sambil berjalan dengan menghentakkan kaki ke kamar mandi.
Untuk sesaat dia mengerjap begitu mendengar kata kasar keluar dari mulut mungil istrinya. Namun, selepas itu ia malah tersenyum, sambil memegang dadanya dimana organ bernama jantung yang saat ini berdetak tidak normal. Senyuman di wajahnya tak kunjung hilang, mengingat kembali kalau Yumna, cinta pertamanya kini sudah sah menjadi istri.
Pintu kamar mandi telah tertutup rapat. Namun, belum sampai 5 menit kemudian, pintu kamar mandi perlahan terbuka namun sosok istrinya tak kunjung keluar.
"Om, om" panggil Yumna dari arah kamar mandi dengan suara kencang.
Damar yang merasa namanya dipanggil berjalan ke kamar mandi yang terbuka itu. Dilihatnya, Yumna yang tengah mondar - mandir gelisah dengan pundak yang ditutupi handuk kecil
"Ada apa?" tanyanya pelan.
"Em... Anu..." Yumna menunduk menyembunyikan wajahnya yang semerah tomat "Bisa tolong bukain daleman kebaya gue ini ga? Resletingnya macet, tangan gue juga engga sampe.
Pegel banget daritadi nyoba tapi engga bisa" ucap Yumna akhirnya.Damar terkejut, tentu saja. Namun, dia berhasil menyembunyikan nya dengan baik. Berdeham untuk mencairkan suasana, ia pun menggerakkan tangan, menyuruh Yumna untuk mendekat ke arahnya "Sini".
Yumna pun mengangguk. Dengan masih memakai celana legging panjang dan bahu yang ditutupi handuk, ia berjalan keluar kamar mandi, mendekati Damar. Sesampainya di depan lelaki itu, ia langsung berbalik, memberikan Damar punggung kecilnya.
"Gausah liat yang lain - lain. Gue colok matanya kalau nakal" ancam Yumna dengan suara galak.
Damar tak mendengarnya. Kini ia hanya fokus pada punggung Yumna yang ada di depannya. Mendadak tangannya bergetar, dia grogi.
"Om, buruu" kesal Yumna karena merasa suaminya tak kunjung bergerak.
"Iya" jawab Damar pelan. Dengan hati - hati, ia menarik resleting dalaman kebaya istrinya. Agak sulit memang, entah karena tangan Damar yang gemetar, atau memang karena resletingnya yang memang macet.
Dengan susah payah, akhirnya Damar berhasil. Dalaman kebaya tersebut berhasil terbuka dan langsung meluncur indah ke lantai. Damar kembali menahan nafas begitu melihat tali bra Yumna yang berwarna putih masih bertengger. Namun tak lama, karena istrinya langsung melempar handuk kecil menutupi mukanya dan bergerak cepat lari ke kamar mandi lalu menutup pintunya kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENDADAK KAWIN ( SLOW UPDATE)
RomanceYumna Putri Larasati baru berusia 17 tahun saat diminta sang ibu untuk menikahi pria dewasa bernama Damar Restu Abhiyasa, seorang pria dewasa berusia 28 tahun. Perbedaan usia yang cukup jauh mampu membuat Yumna menolak mentah - mentah ide gila ters...