25. Akhir dari Segalanya

314 20 0
                                    

"Tolong aku!"

Seisi rumah kembali terguncang, pertanda serangan kedua telah dimulai. Portal gaib mengalami kebocoran. Makhluk dari alam lain pun menyeberang, saling memperebutkan jiwa manusia.

Ruangan tersapu angin. Tidak ada waktu mengembalikan barang yang jatuh ke tempat semula. Saat ini mereka harus berjuang menyelamatkan Syafira agar tidak jadi tumbal para Sekte Merah.

Pintu terbuka lebar. Gerombolan manusia pembangkang sudah datang untuk menjemput tumbal yang diminta Iblis. Demi mencapai keabadian sempurna, dibutuhkan manusia dari tulang rusuk yang sama. Sunandar yang ingin hidup kekal membutuhkan anak perempuannya sebagai tumbal.

"Pergi kalian dari sini! Pergi!" bentak Kirana.

"Dia akan mati!"
"Dia akan mati!"
"Dia akan mati!"

Syafira dikendalikan dengan jampi-jampi, menyeret secara paksa agar mudah diraih. Dengan kekuatan seadanya, Kirana berusaha merebut dengan menggenggam erat pergelangan tangan Syafira. Linda dan Ladya ikut menarik dari belakang.

"Pegang yang erat tangan tante, Lin!"

"Oke, Tante! Ladya, pegang tangan gue juga. Jangan sampe lepas!"

Ladya mengangguk. Tenaga dikerahkan walau jumlah tak sebanding. Sepintas mereka terlihat seperti bermain tarik tambang, memperebutkan sesuatu yang ingin dirampas. Bak mendapatkan mukjizat, Syafira berhasil direbut. Mereka terhempas ke lantai seusai menggagalkan aksi para sekte.

~

Tanganku melepuh karena berupaya menyelamatkan Ayah yang ikut terseret ke lahar api. Jasadnya sudah tak utuh dan mengeluarkan aroma gosong.

"Papa!"

Air mataku jatuh, tidak sanggup menyaksikan jasad Ayahku yang hangus terpanggang. Andai saja kau tidak berpikir sejauh ini Ayah. Kau malah pergi disaat kami membutuhkanmu.

"Udah, Bram. Kita harus pulang sekarang. Ibu sama Adek lo nyariin!" bujuk Damar.

"Nggak, gue masih pengen di sini!"

"Mama lo udah telepon gue berkali-kali. Lo harus pulang sekarang."

Damar dan Rafa bergantian membujuk namun aku tak mau. Aku tidak peduli mayatnya gosong. Ibu harus tahu kalau Ayah berada dalam dekapanku sekarang.

Aku tahu keadilan tidak berpihak pada kita Ayah. Aku bisa rasakan betapa menderitanya kita dulu. Miris rasanya ketika tahu kedok aslimu. Pulang pergi ke vila hanya untuk mempelajari ilmu hitam? Bisa-bisanya Ayah berbuat seperti itu. Cobalah lihat buah dari perbuatanmu sekarang. Ilmu hitam telah menjadi bumerang buatmu, bahkan kami sekeluarga. Syafira yang tidak tahu apa-apa dibilang pembawa sial karena Iblis itu ikut mencelakai teman-temannya. Seandainya kau tahu betapa sakit hatinya kala itu.

"Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun," ucapnya.

Secara tak terduga Imam Alif datang ditengah duka cita. Pria itu menjulurkan tangan, membantuku berdiri. Ku usap air mataku yang menggenang, berat hatiku menerima keadaan menyedihkan ini.

"Kita akan kuburkan Ayahmu secara layak, sebaiknya kamu pulang sekarang, Nak."

"Tapi Imam...."

"Sudah, pulang saja dulu. Biar kami urus mayatnya. Nanti beritahu Ibumu. Minta persetujuan darinya agar Ayahmu bisa dikuburkan secepatnya."

Dikarenakan Ayah sudah lama hilang, polisi berdatangan mengevakuasi mayatnya dan akan dibawa ke tim forensik untuk di-identifikasi.

"Yang tabah Nak, ya," ucap Imam Alif sebelum melepas kepergianku.

Misteri Kematian Ayah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang