08. Anak Baru di Kelasku

360 24 1
                                    

"Sebutkan nama, tempat asal dan hobi kamu ke teman-teman," perintah Bu Lia, guru Ekonomi.

"Hai ... n-nama saya Kartika. Saya pindahan dari Surabaya. Hobi saya ... eummm...."

"Ada apa, Kartika?" tanya Bu Lia.

"Nggak papa, Bu. Saya cuma gugup."

"Ya, sudah, sekarang kamu duduk saja di bangku kosong paling belakang."

Kartika dipersilakan duduk. Ia menyusuri bangku yang dituju. Seolah tidak peduli dengan tatapan sinis anak-anak lain, Kartika memantapkan diri duduk di bangku tersebut. Sesekali aku menoleh, namun tampaknya dia tidak sudi melihatku. Kartika membuang muka dan menutup kepalanya dengan tudung jaket.

"Cewek aneh."

"Sombong banget ya dia."

"Kok gue gak suka liat dia ya?"

Suasana kelas berubah riuh setelah kedatangan anak baru itu. Bisikan mereka bernada mengejek. Tetapi sepertinya Kartika tidak memperdulikan hal tersebut. Ia mengacuhkan cemoohan seolah sudah terbiasa dengan semuanya.

~

"Sekarang sudah waktunya istirahat. Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi, Bu!"

Bu Lia meninggalkan ruangan. Seperti biasanya, Damar mengajakku pergi ke kantin. Tetapi kali ini aku menolak karena penasaran dengan anak baru itu.

"Kalian duluan aja, gue sibuk sama tugas lain."

"Yakin, Bram? Tumben nggak ikut," kata Linda sambil melipatkan tangan.

"Ya, udah. Kita pergi dulu ya!"

"Iya," jawabku sekenanya.

Kartika masih bersembunyi dibalik tudungnya. Hatiku tergerak untuk mendekatinya, tetapi suara lemari mengacaukan segalanya. Mulutku menganga melihat lemari itu. Kartika yang sejak tadi diam saja seperti memberi reaksi, seolah tidak hanya diriku yang menyaksikan lemari itu bergerak.

"Lemari itu isinya apa, sih?" tanya Kartika.

Aku tidak mau jawab pertanyaan itu. Tanpa berbasa-basi aku menggenggam tangan Kartika. Membawanya kabur agar tidak terlibat dengan sosok perempuan yang dikurung. Tubuh kami tidak lagi saling menyetrum, namun ada koneksi batin yang terjalin.

Kami berlari cepat dengan napas memburu, seolah Rohayati akan mengejar kami. Padahal perempuan itu tidak akan bisa bebas dari sana kalau tali gaib itu tidak dihancurkan dulu.

"Lo mau bawa gue ke mana?"

"Pokoknya ikut aja!!"

Puas berlari menyusuri koridor sekolah, aku membawa Kartika singgah di perpustakaan. Kartika membungkuk dan aku mengacak pinggang. Lelah sekali.

"T-tadi ... yang di lemari itu, apa?"

Kuambil napas perlahan dan mengembuskannya, kujelaskan secara hal tersebut secara hati-hati.

"Gue kurang yakin, tapi gue rasa ada cewek di dalam lemari itu," ucapku berbisik tepat ditelinga Kartika.

"Cewek?"

"Iya." Aku mengangguk cepat.

Kami memasuki perpustakaan yang buku-bukunya tersusun rapi di rak.

"Ah, buku itu!"

Ada satu buku yang menarik perhatian Kartika, buku yang berjudul Mikha. Kuperhatikan dengan saksama nama penulis buku tersebut, nama yang tercantum yaitu Kartika Dwi Putri.

Misteri Kematian Ayah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang