AN INCIDENT - 2

939 255 70
                                        

Happy Reading



2 tahun kemudian.

Jessica berjalan ke arah kamarnya, langkahnya terhenti saat melihat ayahnya sedang bermesraan dengan istri sirinya.

"Papah!"

Bima dan Diva terlonjak kaget, putri satunya itu selalu mengganggunya disaat yang tidak tepat.

Bima berdiri. "Kamu apa-apaan sih, ganggu orang aja kerjaannya."

"Pah! Mamah tuh lagi sakit, papah malah pacaran sama orang gila kaya dia ini! Papah mikir dong gimana rasanya jadi mamah, emang bener ya kata orang nggak baik punya papah istri dua!"

"Kerjaannya cuma bisa mesra sama wanita-"

Belum sempat Jessica melanjutkan kata-katanya, Ayahnya sudah duluan menampar pipinya. Jessica sekarang merasakan bagaimana rasanya ditampar oleh seorang ayah yang dulunya ia banggakan.

Jessica mendongak. "Bangsat!" Umpat gadis itu.

Jessica memilih pergi sedangkan Bima merutuki dirinya sendiri, bagaimana dia bisa menampar putrinya itu.

"Nak, papah nggak sengaja nak maafin pa-"

"BANYAK OMONG!"

Cap saja Jessica anak durhaka sekarang.

Jessica memegangi pipinya yang memerah, dia berlari keluar menghiraukan panggilan Bima dan Diva di sana, dia ingin menenangkan dirinya, rasanya dia ingin bertemu Revan sekarang juga, dia rindu dengan kekasihnya itu.

Sekarang dia tidak tau mengapa Mella tidak pernah menghubunginya, sudah hampir dua tahun Mella tidak menelponnya, besok adalah bulan baru Januari, berarti sudah dua tahun tepat Mella tidak menghubunginya bahkan memberitahu apakah Revan sudah sadar atau belum.

Ibu dan ayah Revan bahkan tidak bisa dihubungi, apa nomor mereka semua ganti?

"Loh? Jessica kok ...."

Alka menoleh ke kanan kiri samping dan belakang.

"...lo ada disini?" Sambungnya

Jessica tersenyum. "Gue cabut tadi, males di rumah."

Alka mensejajarkan langkahnya dengan Jessica tak mau gadis itu berbicara tanpa menatapnya. "Lo ada masalah lagi sama bokap lo kan?"

Jessica agak tersentak, Alka tau?

"Kok Lo tau?" tanya Jessica penuh tanda tanya

Alka mengedikkan bahunya acuh. "Apa sih yang nggak gue tahu dari Lo, semua tentang Lo juga gue tau."

Ucapan Alka begitu menghangatkan hatinya, dia sedikit tenang dengan adanya Alka disini.

❀❀❀

Revan mengerjapkan matanya berkali-kali, dia sudah sadar dari kemarin, setelah sekian lama- akhirnya dia bisa melihat sekeliling.

Cklek

Revano tersenyum tapi sedetik kemudian senyumnya buyar. "Jessica mana?"

Mella mengamuk dalam hatinya. "Jessica di Indonesia, orangtuanya lagi sakit."

"Dia nggak nanyain kabar gue?" Tanya Revan lagi.

Mella tak tahan, jujur dia masih cinta dengan Revan dia ingin Revan jadi miliknya kerena dialah yang pertama berhasil membuat Revan jatuh cinta.

"Jessica itu khawatir sama ibunya, dia nggak bisa nemenin Lo disini karena ya kan ibunya lebih berharga daripada pacarnya, dan gue udah telpon dia berkali kali tapi nggak pernah diangkat."

Mella menunduk, tatapan matanya seperti berlari-lari.

Revan menghela napas. "Dua hari lagi gue pulang kan?"

Mella menunduk, akhirnya 2 hari lagi Revan dan dia akan pulang ke Jakarta.

Mella tersenyum menatap lekat Revan, begitu juga dengan Revan, entah kenapa dia merasa Mella selalu perhatian dengannya dibandingkan dengan jessica.

Maafin gue jes, maaf banget -batin Mella

❀❀❀

Jessica menatap langit dari balkon kamarnya, entah kenapa dia merasa tenang saat melihat bintang-bintang yang bertaburan yang selalu mengingatkannya pada Revan, dia tidak sabar menunggu kekasihnya sadar dan pulih seperti sedia kala.

Menggenggam tangan mungilnya, berlari-larian bersama, melewati segala kesulitan dengan Revan dan tertawa bersama Revan.

Ia rindu semuanya, semua yang menyangkut revan.

"Jessica," panggil ibu Jessica dari luar.

"Mamah, Ya Ampun mamah kok disini kan harusnya mamah tidur ..." kesal Jessica, melihat Ibunya yang malah berjalan disaat sedang sakit.

"Jess ... kamu itu harus terbiasa dengan keadaan Mamah, jangan terlalu khawatir sama Mamah. Kamu juga punya satu Mamah lagi, dia juga istri papah kamu sayang ...."

"Nggak! Dia bukan Mamah jessica, Mamah Jessica cuma satu!"

Nisa menatap miris anaknya, dia sudah dewasa tapi tidak dengan cara berpikirnya, sangat egois dalam hal keluarga.

"Jessica, kamu nggak boleh gitu. Mamah nggak pernah ngajarin kamu jahat sama keluarga sendiri, kalo misalnya Mamah pergi kamu juga harus bisa menerima Mamah Diva sebagai Mamah tiri kamu."

"Mah ... please lah jangan ngomong gitu, Mamah masih punya harapan. Penyakit Mamah masih bisa di obatin kok, Mamah harus percaya sama Jessica."

Nisa tersenyum, mengusap rambut Jessica. Putrinya itu sangat perhatian kepadanya, dia sangat menyayangi jessica, dia tidak ingin masa depan putrinya sama dengan dirinya.

Jessica harus pandai dalam memilih laki-laki, tidak seperti ayahnya itu.


Hai pren, vote komen jangan lupaa.

Tbc.

AN INCIDENT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang