Happy Reading.
Hari ini Jessica berangkat pagi, dia malas jika harus sarapan bersama orang yang paling ia benci.
"JESSICAAA!!" Teriak Cinta, sahabat Jessica dari kejauhan.
Cinta datang dengan nafas yang tidak teratur. "Lo tau nggak-anak sekolahan sebelah bakal tanding sama anak sekolahan kita nanti."
Jessica melotot, tanding? bahkan ketua basket mereka Revan tidak berangkat.
"Lo yang bener Cin,"
"Iyalah Jess, dan Pak Jam minta lo sama Alka buat milih siapa ketua basket yang bisa gantiin Revan."
Jessica agak terkejut, pengganti Revan? Bahkan sulit ditemukan, Revan jago bermain basket dan tidak ada yang bisa menandingi nya.
"Jess, Cin kalian harus tau kabar terpanas di sekolah kita. Hari ini kita bakal tarung sama SMA sebalah," ujar Devana yang baru datang dari arah gerbang.
"Udah tau!"
Devana menekuk bibirnya lalu tersenyum lagi. "Dan parahnya anggota basket harus diambil dari anak IPS dan IPA."
"APA?!"
Jessica tambah terkejut, anak basket diambil dari sebagian anak IPA? Bisa parah jika para guru tahu hubungan IPA 1 dan IPS 2 tidak baik.
Jessica adalah Ketua Osis disini sedangkan Alka adalah Wakil Ketua Osis, jadi wajar saja jika mereka sering bertemu dan sering bersama.
Sah sah saja bukan?
"Nggak, gue harus bilang sama pak Jam nih," ujar Jessica lalu melangkah pergi.
❀❀❀
"Pak Plis lah jangan dari anak IPA, Bapak kan tau ketua kelasnya kayak apa datar banget pak kaya es batu warung Pak Mijan, mendingan anak IPS semuanya aja Pak," ujar Jessica berusaha membujuk kepala sekolahnya agar tidak mengambil sebagian anak IPA
"Nggak, ini sudah keputusan. Kamu mau sekolah kamu di rendahkan sama anak SMA sebelah? Kalo saya si nggak mau, secara sekolah kita dan sekolah mereka memang sedang bersaing hebat. Bahkan beritanya juga sudah menyebar kemana-mana."
Jessica mendengus pelan. "Ya udah deh Pak, saya ke kelas sebelah buat milih anggota basket."
Jessica berjalan menuju IPA 1, sebenarnya dia malas dengan anak IPA, bucin akut. Saat ia sampai didepan kelas IPA 1 firasatnya sudah memburuk, suara yang ricuh dari dalam.
"Woi!" Sentak Jessica dari luar.
Semua orang berhenti bicara saat menatap kedatangan Jessica ke kelas IPA.
"Wadaw ... liat guys anak IPS yang sok pinter melangkahkan kakinya ke dalam kelas IPA, beri tepuk tangannya."
Semua orang malah menyoraki Jessica. "Diam! Gue kesini sebagai Ketua Osis bukan sebagai anak IPS, jadi kepala sekolah nyuruh gue milih anggota buat tanding basket sama anak SMA sebalah besok."
Semua anak IPA tercengang, derajat mereka bisa turun jika damai dengan anak IPS.
"Nggak ada yang namanya gabungan anggota, udah ya jadi silahkan lo pergi sana. Gue nggak peduli lo mau ketua osis kek mau babu yang penting pergi," ujar Ziko, ketua kelas IPA 1.
Jessica menarik tangan Ziko sebelum ia benar-benar berbalik. "Lo harus mau, sekolah bakal seneng kalo kelas kita damai. Gue nggak bisa maksa Lo si tapi gue cuma jalanin perintah dari kepsek."
Jessica melepaskan tangan ziko, mungkin sekarang jantung Ziko berdegup lebih cepat dari biasanya saat seorang Jessica- murid pintar di sekolahnya memegang tangannya.
Nggak usah mandi 7 hari 7 malem deh Zik.
"Eh, tunggu."
Jessica berbalik, menatap Ziko penuh kecurigaan
"Oke, gue terima tawaran lo. Tapi awas aja kalo sampai anak kelas lo ngejek kelas kita lagi."
Jessica mengangguk paham, cewek itu tak biasa berinteraksi dengan banyak orang.
Entah kenapa tiba-tiba suasana hatinya tidak tenang.
❀❀❀
"Revan, makan dulu ya."
Itu adalah suara Mella, dia baru saja mengambilkan makanan untuk Revan yang masih saja memikirkan Jessica, mungkin Revan bingung kenapa Jessica tidak menemaninya dan tidak pernah menanyai kabarnya.
Mella duduk menatap Revan yang melamun. "Van, lo harus makan biar sehat," bujuk Mella agar Revan mau makan.
Revan mendengus pelan, cowok itu beralih menatap Mella, dia ingat bagaimana dulu gadis itu memutuskannya, apa Mella masih mencintainya?
"Mel ...."
Mella mendongak, menatap Revan yang kini menatapnya.
"Lo masih cinta sama gue?" Tanya Revan dengan percaya dirinya.
Mella mematung, jantungnya kini berdegup kencang, apa dia harus mengatakan yang sebenarnya? Mella tidak akan egois dengan hatinya tapi dia juga tidak mau jadi jahat terhadap Jessica.
Dengan sigap Mella menggeleng, membuat alis revan mengkerut. "Gue nganggap lo sebagai sahabat Van, lagipula lo masih milik Jessica."
"Tapi kenapa pas disaat kaya gini, malah lo yang ada di samping gue bukan Jessica, kenapa Jessica nggak pernah nanya kabar gue ataupun telepon lo ...."
"Van, mungkin dia sibuk sama keluarganya dan juga tanggung jawabnya sebagai Osis."
Kening revan mengkerut, beberapa hal negatif muncul di pikirannya. "Apa jangan-jangan dia selingkuh sama Alka?"
Mella terdiam juga terkejut, sahabatnya tidak akan melakukan hal serendah itu. Tetapi-ini kesempatan.
"Mungkin," kata Mella.
Revan mengepalkan tangannya pada detik itu juga, lelaki mana yang tidak cemburu jika sudah di duakan, Revan berdiri, kini dia berada di depan Mella dan menatap gadis yang tingginya kurang sejajar dengannya.
"Kayanya gue salah ninggalin lo cuma karena dia," ucapnya sambil memegang kedua tangan Mella.
Mella terkejut bukan main, apa yang sedang Revan lakukan.
"Kita balikan yuk?"
Dan untuk yang terakhir kalinya ini, apakah Mella mau mengkhianati sahabatnya dan kembali bersama Revan?
"Mel?"
Mella menunduk, "Gue butuh waktu."
Revan tersenyum lalu menarik tangan Mella hingga ia jatuh ke pelukannya. "Lo emang paling baik Mel, bahkan pacar gue nggak nemenin gue ataupun sekedar nanya tentang kabar gue."
Mella tersenyum getir, hari ini dia merasa senang juga merasa takut jika suatu saat Revan tahu bahwa dia mengganti nomor ponselnya dan juga ia telah membuat ponsel kedua orang tua Revan rusak.
❀
Rese lo pan
Jadi gimana? udah vote komen belum?
Kalo belum yuk vote komennya kakakk ....
ಠಿ_ಠ
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
AN INCIDENT [END]
Novela Juvenil[LENGKAP] Hanya sepenggal kisah cinta antara Jessica, Revan dan Mella. cerita ini aneh, jangan di baca, apalagi di plagiatin. End: 20 Oktober 2021