1. Pulang

305 100 7
                                    


Pulang adalah satu kata yang paling Pattar hindari. Sudah lama Pattar kehilangan minat dengan kata itu. Dua tahun lalu, ia sudah berjanji pada diri sendiri untuk menghapus kata itu dari kamusnya. Lima tahun, Pattar hidup bersama nenek di desa yang terletak puluhan ribu kilometer dari rumah yang seharusnya menjadi tempatnya untuk pulang. Bertahun-tahun ia menantikan kedua orangtuanya datang menjemput namun yang ia dapatkan hanya harapan yang tak kunjung jadi nyata. Hingga dua hari lalu ia menerima sebuah pesan dari seseorang yang dulu ia panggil papa.

Nenek tidak mengatakan apapun ketika Pattar menunjukkan pesan yang ia terima. Nenek diam tak berkomentar.

"Apa setelah lima tahun mereka akhirnya ingat aku?" Pattar menatap Nenek dengan penuh tanya. "Kalau Nenek gak mengizinkan aku pergi, aku akan tetap tinggal di sini."

Nenek akhirnya meraih Pattar dalam pelukannya. "Maaf, Nak. Sudah saatnya kamu pulang."

Setelah mendengar kata-kata tersebut akhirnya Pattar menangis, ia merasa sudah dilepaskan dan tidak diinginkan. Pattar tidak banyak bertanya mengenai alasan ia harus kembali ke tempat yang dulunya ia sebut sebagai rumah. Sebagian hatinya bersorak gembira karena ia akan pulang namun sebagian lainnya memberontak dan terus mempertanyakan alasan apa yang membuat ia harus kembali ke rumah itu.

***

Papa sudah mengirimkan tiket untuk kepulangan Pattar. Sore itu Nenek menghantarnya hingga ke terminal bus. Pattar memeluk erat wanita tua yang sangat ia cintai itu kemudian mengecup punggung tangannya. Hingga usianya 11 tahun, cinta pertama Pattar adalah mama namun setelah kejadian lima tahun lalu cinta Pattar pada neneknya menjadi jauh lebih besar.

Pattar memilih duduk di dekat jendela. Memandang pohon yang berbaris di pinggir jalan mungkin mampu menghilangkan kegugupan yang sudah ia rasakan sejak duduk di kursi bus tersebut. Pemandangan yang terus berganti membuat Pattar terlelap. Setelah memiliki waktu tidur yang cukup, Pattar terbangun dan menyadari bahwa hari sudah pagi. Sesekali ia membuka dompetnya untuk melihat foto sebuah keluarga kecil dengan dua anak laki-laki yang tersenyum. Tanpa sadar air mata Pattar menetes. Ia bahkan menertawakan dirinya sendiri karena sangat merindukan orang-orang yang sudah meninggalkannya. Handphone Pattar berbunyi dan menunjukkan sebaris nama yang membuat Pattar tersenyum.

"Sudah dimana, Nak? Papa jemput ke terminal ya?"

"Aku bisa sendiri." Tanpa sadar Pattar menjawab dengan nada yang datar.

"Kamu tahu naik apa setelah turun dari bus? Atau kamu naik taksi aja, nanti Papa yang bayar setelah kamu sampai."

"Itu urusanku." Pattar terkejut mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya sendiri. Ia sempat menyesal dan hendak meminta maaf namun lidahnya menjadi kelu setelah mendengar kata-kata papa.

"Kamu tumbuh jadi anak yang pemberani dan dingin. Mirip papa waktu muda."

Pattar tidak mampu membalas pernyataan papa karena ia akui wajahnya semakin mirip dengan papa pada foto yang kini ada di tangannya.

Pattar berdiri cukup lama di depan pintu samping yang langsung menghadap ke meja makan. Pattar sengaja tidak melalui pintu depan untuk menghindari sambutan yang mungkin akan ia terima. Namun dugaannya salah, semua orang sedang berkumpul di meja makan. Pattar berdiri kaku melihat senyuman di wajah papa. Kemudian pria itu memeluk Pattar dengan erat. Membayangkannya saja sudah membuat Pattar hampir menangis, kali ini ia benar-benar merasakan pelukan yang sudah sangat ia rindukan. Sebelum air matanya jatuh tanpa izin, Pattar melepaskan pelukan itu dan melangkah ke kamarnya.

Tidak lama setelah Pattar merebahkan badannya di kasur, ia mendengar suara mobil yang keluar dari garasi. Pattar bergerak mengintip dari jendela kamar yang menghadap ke gerbang. Ia mengamati Petra yang turun dari pintu depan mobil dan menggeser gerbang.

Tanpa sadar Pattar tersenyum, "Kamu kelihatan keren, Bang. Pantas saja mereka memilih kamu dan mengirimku keluar dari rumah ini."


#30DayWritingChallenge #30DWCJilid24 #Day 3

The Untold Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang