Suara ketukan pintu terdengar. Suara ketukan yang Hana kenali, hanya Pattar yang akan mengetuk pintunya dengan heboh seperti dept collector yang akan menagih hutang. Hana membuka pintu dengan malas. Begitu pintu terbuka, Hana mendapati Pattar yang tersenyum manis padanya. Hana berdiri di celah pintu dengan wajah kesal. Pattar mengecak rambut Hana, kemudian membuka pintu dan masuk dengan santai.
"Tadinya mau langsung masuk, tapi berhubung gue cowok beretika makanya gue ketuk pintu dulu."
"Cowok beretika mana yang punya banyak pacar?"
Pattar hanya tersenyum lebar seperti biasanya. Senyum yang bisa membuat orang lain ikut tersenyum ketika melihatnya.
"Gue pengen makan mie."
"Orang waras mana yang makan mie subuh begini?"
"Gue, hehehehe"
"Gue udah masak nasi goreng sama telur dadar tuh. Makan yang ada aja."
"Maunya mie." Pattar memasang wajah memelas dengan mata yang dilebarkan sehingga membuat kesan imut.
"Gue harus ke siap-siap ngampus Pattar. Gue ada kelas pagi sama dosen killer, please deh."
"Makanya gue dateng subuh, biar gak ganggu lo yang mau ngampus. Please Hana."
Hana menghela napas kemudian berjalan ke arah dapur. Pattar pun mengikuti Hana dan tersenyum bahagia. Pattar berdiri di belakang Hana dengan antusias.
"Kuahnya jangan banyak-banyak ya."
"Hmm."
"Oh, iya, telurnya jangan lupa." Pattar sibuk mengikuti Hana sambil menunjuk tempat telur.
"Hmm."
"Cabenya 5 atau 7 ya enaknya. Tapi karena lo suka angka 7 jadi peke cabenya 5 aja."
"Cerewet amat sih. Masak sendiri aja nih." Hana sudah kesal dan mematikan kompornya.
"Maaf ya. Maaf Hana yang cantik, lanjut masaknya ya." Pattar langsung mundur dari belakang Hana dan duduk dengan manis di kursi meja makan.
"Apa nggak ada salah satu dari jajaran wanita lo yang bisa masak mie?"
"Enggak."
"Ini cuma mie instan Pattar, bahkan anak TK pun bisa buatnya."
"Tapi, gak ada yang seenak buatan kamu Hana.'
Hana merasa wajahnya memanas dan pasti rona merah sudah merambati pipinya.
"Hana"
"Hmm..."
"Kenapa kamu gak punya pacar sampai sekarang?"
"Gak ada yang cocok. Lagian kenapa pake aku kamu segala?"
"Pengen aja. Dulu juga kita kalo ngobrol pake aku kamu, kan?"
"Terus?" Hana membalikkan badannya.
"Pernah nggak sekali aja lo menganggap gue lebih dari sahabat?" Wajah Pattar tiba-tiba serius.
"Stop, Pattar. Kalo lo masih bahas itu mending lo keluar dari sini. Gue udah bilang kan, masa lalu biar jadi masa lalu. Ingat kata Bunda, kita itu saudara."
Hening menyelimuti ruangan itu beberapa saat.
"Pagi-pagi udah berisik, aku baru tidur 2 jam tau."
"Tuh kakak kamu, galaknya kebangetan."
Reva mengucek matanya dan baru menyadari bahwa yang menjawab pertanyaannya adalah Pattar. "Astaga, kebiasaan kalo dateng nggak lihat waktu. Ngapain kesini pagi...?" kalimat Reva terputus begitu menyadari Hana sedang memasak mie "Wah mie, Kak aku juga ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untold Story ✓
Fiksi RemajaHafta Petramula dan Dwiyata Pattareksa adalah saudara kandung. Petra dan Pattar, mendengar nama mereka saja sudah membuat orang lain terkagum. Nama mereka terdengar serasi sebagai kakak-adik, namun hubungan mereka tidak sekompak nama. Pertalian dar...