Siang itu, Petra pulang untuk pertama kalinya setelah satu tahun merantau. Beberapa kali Mama dan Papa datang untuk menjenguknya dan memastikan kondisinya baik-baik saja, tapi tak pernah sekalipun Pattar datang. Petra memilih pulang pada akhir pekan ini karena ia tahu minggu ini ujian akhir Pattar sudah selesai. Petra sudah membeli sepasang sepatu yang beberapa waktu lalu sempat disukai Pattar pada laman Instagram. Petra tidak sengaja melihat sepatu yang menurutnya unik, ketika ia akan melewati halaman itu gerakan tangannya berhenti ketika melihat sebuah like dari akun @d.pattareksa. Petra langsung menghubungi toko tersebut dan melakukan pembelian. Harganya memang cukup mahal, tapi hal itu bukan masalah bagi Petra karena ini untuk adiknya.
Handphone Petra bergetar, ia mengusap layar handphonenya. Petra tersenyum setelah melihat sebaris nama dengan lambang hati pada akhir nama tersebut.
"Kamu sudah sampai, sayang?" Petra tersenyum begitu mendengar suara wanita itu.
"Sudah. Tadi dijemput sama supir dari kantor Papa."
"Maaf ya Mama gak bisa langsung ketemu kamu, jadwal operasi hari ini sangat padat."
"Iya, Ma. Gak apa-apa aku ngerti kok." Petra kembali tersenyum karena mendengar suara Mama yang terdengar sangat menyesal.
Setelah menutup teleponnya, Petra berjalan menuju kamar Pattar. Sebelumnya ia sudah bertanya pada asisten rumah tangga mereka mengenai jam pulang Pattar. Ia bisa memasuki kamar Pattar dengan leluasa karena menurut asisten rumah tangga mereka, Pattar ada acara makan-makan dengan tim sepak bolanya. Petra membuka kamar Pattar, ia memasuki kamar itu dengan hati-hati. Sebenarnya ia sempat ragu untuk memasuki kamar ini, tapi jika tidak meletakkannya di sini, ia akan kehilangan kesempatan untuk memberikan hadiahnya.
Petra meletakkan sepatu yang ia beli di atas meja belajar Pattar. Gerakannya terhenti ketika ia melihat sebuah foto berukuran setengah buku tulis yang ada di atas meja itu. Foto itu terbingkai dengan rapi, bingkai berwarna biru. Tangan Petra bergetar, matanya mulai berkaca-kaca. Ia melihat sebuah foto yang diambil sepuluh tahun lalu. Pattar saat itu berusia 8 tahun dan Petra yang berusia 9 tahun berdiri di sampingnya dengan tangan yang saling merangkul. Mereka tersenyum ke arah kamera. Petra ingat betul, foto itu diambil di taman belakang rumah mereka. Mama sedang tidak ada di rumah kerena ada jadwal operasi dan Papa yang mengambil foto tersebut.
Petra berusaha menahan air matanya, namun usahanya gagal. Air matanya meluncur tanpa permisi. Petra menarik napas dalam dan menghirup udara lebih banyak untuk menenangkan dirinya. Tangannya yang masih bergetar bergerak menyentuh foto itu. Ia menatap foto itu dari dekat. Ketika ia membalik foto itu, pada bagian belakang bingkai ia menemukan satu kalimat yang membuatnya hampir menjatuhkan foto yang ada di tangannya.
Bersama idolaku, Abang Petra.
Tulisan tangan yang ada pada balik bingkai itu terlihat masih baru. Tulisan yang tidak mungkin ditulis oleh anak berusia 9 tahun, apalagi itu Pattar. Tulisan Pattar saat SD lebih parah jika dibandingkan dengan dokter. Tulisan tangan pada balik bingkai terlihat lebih rapi dan jelas. Petra mengenali tulisan itu. Tulisan tangan Pattar. Ia tahu tulisan tangan adiknya dari kertas ujian Pattar yang selalu ia periksa.
Tanpa Pattar tahu, Petra selalu mengawasi perkembangan nilai Pattar. Bukan untuk membandingkan tapi untuk mengetahui dimana kelebihan Pattar. Pattar memang tidak terlalu tertarik dengan pelajaran tapi Petra bisa melihat bakat adiknya dalam menggambar dan berhitung. Jadi tanpa sepengetahuan Pattar, Petra sudah membuat portofolio untuknya. Petra mendaftarkan Pattar pada jurusan teknik mesin di universitasnya. Menurut Petra, jurusan itu akan sangat cocok dengan Pattar karena ia sangat menyukai otomotif seperti Papa.
Petra meletakkan foto itu kembali ke tempatnya. Ia mengusap matanya yang berair. Petra berjalan keluar kamar Pattar dengan kepala yang menunduk dan helaan napas yang panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untold Story ✓
Fiksi RemajaHafta Petramula dan Dwiyata Pattareksa adalah saudara kandung. Petra dan Pattar, mendengar nama mereka saja sudah membuat orang lain terkagum. Nama mereka terdengar serasi sebagai kakak-adik, namun hubungan mereka tidak sekompak nama. Pertalian dar...