13. Bersalah

119 33 18
                                    

Kadang untuk menjaga perasaan seseorang, ada perasaaan lain yang disakiti. Atika merasa berasalah pada Kevin, mengaku- ngaku pada Shandy bahwa Kevin adalah omnya. Lagipula malam itu Kevin sebenarnya tidak terlalu menyebalkan, bahkan lelaki itu berusaha menyenangkan Atika. Atika menggeleng keras, membenarkan kembali tindakannya malam minggu lalu, jika ia jujur pada Shandy bahwa dirinya dan Kevin dijodokan, bisa gawat, bisa-bisa usahanya selama ini mendekati pujaan hati terbuang sia-sia.
Atika menggeleng lagi,  bangun dari kasur empuknya, meraih ponselnya. menimbang- nimbang sesuatu yang masih berkeliaran di pikirannya.

Perasaan bersalah pada Kevin masih mengusiknya, mengingat malam itu Kevin menghantar Atika pulang tanpa ada lagi basa- basi di dalam mobil, Kevin diam seribu bahasa, bahkan saat Atika mengucapkan terima kasih, ia tidak memberi respon apa- apa. Atika pahan leki- laki menyebalkan itu pasti sedang merajuk.

Atika mengetik pesan singkat lalu bersiap- siap pergi ke rumah Kayna, ia sudah janji dengan sahabatnya bertemu di sana.
***

Drttttt…
Kevin meraih ponsel di meja kerjanya. Keningnya berkerut melihat nama pengirim pesan. Nama Atika tertera di layar ponsel berlogo apel itu.

Atika: Bang Ke, gue minta maaf. Thanks.

Mata Kevin membulat melihat isi pesan permohonan maaf itu. Kevin terkekeh sendiri, sebenarnya Kevin tidak terlalu kesal pada gadis itu, hanya penasaran aja dengan tindakan apa yang akan dilakukan Atika, bagaimana gadis itu akan meminta maaf, atau bahkan dia tidak peduli sama sekali. Kevin melelakkan kembali ponselnya, sengaja tidak membalas pesan itu.

“Kev, kok senyum- seyum sendiri sih, masih pagi loh ini”, suara lembut sorang perempuan menyadarkan Kevin.

“Seruni, tidak ada apa- apa. makan siang bareng yuk”, ajak Kevin.
***

Atika mencampakkan dirinya di sebuah sofa panjang yang terletak di kamar Kayna. Vita dan Nova saling pandang, merasa aneh dengan kelakuan sahabatnya yang biasanya rempong kini mendadak lesu.

“Kenapa itu bocah”, Kayna mendekati mereka dengan beberapa kaleng minuman bersoda dan bungkusan keripik tempe.
Nova dan Vita yang jelas- jelas tidah tahu hanya mengedikkan bahu lalu meraih keripik dari tangan mungil Kayna.

“Guys, bagi keripik dong”, Atika bangkit dari sofa meraih keripik.

“Lo kenapa sih, kok lesu gitu?”, tanya Vita.

“Gue merasa bersalah, gue buat anak orang ngambek”, Atika memasukkan keripik ke dalam mulutnya, “kemarin pas jalan gue ketemu Shandy, gue kenalin dong si Kevin om gue, merajuh tuh anak”.

Nova menganga tak percaya, lalu mengatupkan mulutnya, “Emang si Kevin itu mukanya kaya om om ya”.

“Enggak sih, muka dia emang dewasa, Cuma bukan muka tua, lagian umur dia paling tuaan dikit dari kak Nirma”, ujar Atika.

“Dia nyebelin banget ya, lo benci banget sama tu anak”, tanya Vita seraya terus mengunyah keripik sesekali meneguk soda.

Atika  berpikir sejenak, meggeleng pelan, “Gue enggak benci, sebenarnya dia baik sih walaupun nyebelin”, Atika meletakkan bungkusan keripiknya.

“Kamu harus minta maaf deh, Tik. Lagian nih ya, kamu udah sering ketemu Kevin, setidaknya sedikit udah kenal, si Shandy, ketemu aja jarang, kamu aja yang terus nguntit dia, dianya kan belum tau gimana”, Kayna si gadis manis itu memberi saran.

Diantara keempat personil satri baja hitam, pemikirannya yang paling dewasa walaupun badan sudah jelas paling mungil.
Kali ini Nova mengangguk setuju, “Bener kata Kay, gimana kalau lo minta maaf”.

“Udah”, Atika menunjukkan pesannya yang hanya bentang dua biru, tanpa ada balasan dari Kevin.

“Ketemu dong, bawa apa kek, lo kan suka masak, masakin sesuatu, kalau lo tau makanan kesukaan dia, kan bagus, lebih tulus maafnya, ketimbang Cuma di chat gitu, kalau gue ada yang minta maaf gitu, gue block”, ujar Vita menggebu.

Nova dan Kayna sempat takjub mendengar saran dari si cuek itu, ternyata bisa juga seorang Vita yang cueknya lebih tinggi dari mount everest bisa bikaj seperti hari ini.

Seulas senyum muncul di benak Atika, “Tumben lo bijak, Vit. Emang nih keponakan Shah Rukh Khan paling the best lah”, Atika menik- naikkan alisnya “bisa juga saran lo, ntar gue praktekin deh”.

Atika meraih ponselnya di dalam tas yang ia letakkan di kasur Kayna, mencari kontak seseorang. Lana mendekatkan pnsel itu ke telinganga, terdengar bunyi teleponnya tersambung. Ketiga sahabatnya menatap bingung, siapa yang sedang dihubungi Atika.

“Hmm, halo”, suara Atika sedikit gugup.

“Halo, Tika, tumben nelpon, kenapa, rindu tante”, suara ramah di seberang sana menyambut hangat Atika.

“Iya nih Tan. Eh tan sebenarnya Tika pengen nanya nih, tapi jangan kasih tau Kevin ya, Tan”.

“Mau tanya apa, Nak”

“Mau nanya makanan kesukaan Kevin”, Atika menggit bibir bawahnya, menunggu respon Tante Rima. Sebenarnya ada sedikit perasaan gengsi, Atika taku Tante Rima salah sangka, padahal Atka hanya ingin minta maaf, tidak lebih.

“Urusan makan, Kevin itu sukanya makanan nusantara, jangan kasih makanan Jepang, enggak suka dia”

“Iya udah deh, tan. Tika Cuma pengen nanya itu, salam sama Om Surya, thanks Tan”.

Telepon terputus, Atika kembali teringat malam minggu kemarin, ajakannya untuk makan di restoran Jepang tidak Kevin tolak, padalah lelaki itu tidak suka makanan Jepang. Rasa bersalah kembali mengusik Atika.

“Heh, yang abis nelpon ibu mertua, enggak usah melamun”, Vita menyenggol lengan Atika.

“Udah deh, gue mau pulang nih, mau masak”, ujar Atika.

“Semangat banget” Nova meledek sahabatnya itu.

Halooo halooo....
Have a nice day. Oh iyaaa makasih ya udah baca, vote, komen. I love you.
Salam sayang yolaww ❤

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang