2. Teriakan Horror

351 105 62
                                        


Atika berlari ke dapur, hatinya mendadak khawatir mendengar teriakan mamanya. Atika takut terjadi sesuatu, pasalnya Bu Ratna bukan tipe ibu- ibu yang suka begadang, apalagi nonton sinetron azab, jam segini biasanya wanita paruh baya itu sudah bobok cantik di kamar.

Mata Atika melotot mendapati Bu Ratna duduk santai di ruang makan, bukan di dapur ternyata. Ia tidak sendiri, ada  Pak Juan, papanya, dan Rivan juga. Atika memperhatikan suasana rumahnya  adem- adem saja, tidak sehoror terikan mamanya tadi,  tidak ada debt collector datang.

Atika mengedikkan bahu, kenapa harus teriak- teriak horror, teriak manja saja kan bisa. Soal debt collector Atika hanay bercanda, keluarga mereka tidak pernah ada hutang.

“Ada apa sih, Ma?  Udah jam sebelas itu mah, gak takut apa sekota Bogor pada ngamuk?” omel Atika.

“Tuh, abangmu bawa martabak kesukaan kamu,” Bu Ratna menunjuk dua kotak martabak yang dibawa putranya.

“Thank you, Bang Rivanku sayang, abang terbaik deh seperadaban manusia,” Rivan mengangkat kedua jempolnya pada adiknya lalu bergegas mandi.

Atika tersenyum pada abangnya itu. Rivan adalah putra sulung keluarga Laksono, seorang pemuda dengan paras tampan, dijuluki juragan martabak oleh Atika. Rivan memiliki tiga gerai martabak di tempat yang berbeda.

Untuk ukuran pemuda semuda Rivan, ia cukup sukses mengembangkan usaha tersebut, bonusnya lagi, Atika bisa menikmati martabak gratis.

“Tika, anak Pak Juan Laksono cepet dong , siapin martabaknya ke piring, keburu dingin itu martabak,” Pak Juan akhirnya angkat bicara.

“Oke Pak Juan Laksono”.

Atika menyajikan dua porsi martabak beda rasa ke piring. Piring pertama, rasa kesukaan Atika. Rasa sayang ke mantan masih bersemi, di hati sudah tumbuh rasa suka gebetan . Bukan, bukan ada kesalahan teknis, tapi rasa coklat keju dengan coklat lumer dan piring yang satunya lagi, kesukaan papanya, rasa kelapa jagung manis.

Di rumah keluarga Laksono,Atika dan Pak Juan adalah penggila martabak garis keras. Tiga kali seminggu adalah jadwal wajib menikmati martabak. Sebenarnya, setiap hari juga mereka juga sanggup, hanya saja dilarang  oleh Bu Ratna, untuk mencegah sakit gula. Kecintaan mereka terhadap cemilan manis itu juga yang menginspirasi Rivan menjadi pengusaha martabak.

“Pa, aku cobain punya papa ya,” ujar Aatika seraya mencomot martabak kelapa jagung.

“Skripsi kamu gimana dek?” tanya Rivan yang sudah bergabung kembali setelah menyelesaikan ritual mandinya, dengan handuk masih di lehernya.

“Baik tuh, bentar lagi juga kelar terus sidang skripsi, wisuda deh. Bang Rivan siapin aja hadiah yang aku minta.”

Rivan meraih cangkir, lalu menyeduh teh melati. “Tenang aja, udah abang siapin”.

Bu Ratna memandang Rivan dan Atika bergantian “Memangnya adek kamu minta apa, Van? Jangan terlalu dimanjakan dia  itu”, tukas Bu Ratna.

“Rivan ngasih apa ke Atika, nanti biar papa tambah hadiahnya. Harus kasih yang spesial nih sama calon sarjana, atau kita sembelih kerbau aja kali ya?” tanya Pak Juan berusaha memancing emosi Bu Ratna, dansudah pasti akan menjadi pidato malam ini.

“Papa apa-apaan sih, enggak Rivan, enggak  Papa” Bu Ratna menunjuk kedua pelaku bergantian “sama aja semua pada manjain. Tuh lihat si Atika, umur sama kelakuan udah enggak balance."

Ketiga pendengar pidato itu hanya terkekeh mendengar keluhan Bu Ratna. Tapi menang benar apa yagn diutarakan mamanya, Atika sebentar lagi menyandang gelar sarjana tapi kadang manjanya hampir mirip dengan sepupu- sepupunya yang masih belasan tahun.

Bagaimana tidak manja, sejak kecil, dua laki- laki di rumah ini selalu mengikuti apa katanya, selalu membela, dan memberi apa yang ia minta.

“Sssttttt… Mama udah yuk kita tidur yuk, nanti tetangga ngamuk, malam- malam ada keributan,” ujar Pak Juan seraya menuntun istrinya ke kamar mencegah agar tidak terjadi keributan di tengah malam.

“Udah ada pendamping widuda belum?” tanya Rivan saat hanya tinggal mereka berdua di ruangan itu.

Pendamping wisuda, Atika kembali teringan dengan Shandy, apakah Shandy sudah mengikuti balik, atau malah Atika langsung auto di block. Atika mengetuk kepalanya, membuang pikiran negatif tersebut secepatnya.

“Ditanya kok malah diem. Udah dapat belum?”

Atika terkekeh seraya menuang air dingin ke gelasnya. “Lagi  proses, Bang. Doakan supanya adikmu ini berhasil menemukan adik iparmu secepatnya.”

Suasana kembali hening, ketika mereka berdua sibuk dengan pikiran masing- masing. tiba- tiba Atika berdeham, ia teringat pada calon kakak iparnya, Anggun, kekasih Rivan. Atika suka pada gadis itu, sidah ia anggap seperti kakaknya, Anggun perempuan yang lembut dan baik.

“Hmm, Bang. Kak Anggun apa kabar, udah lama enggak ke rumah.”

“Lagi sibuk dia, ngejar laporan akhir bulan, lagian biar nanti bisa cuti buat acara lamaran.” ujar Rivan. 

Atika mengangguk. “Bang, bintang Bollywood ke kamar duluan ya.’

“Kelakuanmu itu loh dek, makin hari makin aneh saja, kemarin jadi bintang Hollywood, sekarang Bollywood, besok korea, lusa entah jadi apa?” ujar Rivan sambil tersenyum melihat tingkah adik kecilnya itu.

***

Atika merebahkan tubunhnya di kasur king size super empuk, hadiah pemberian Pak Juan saat ulang tahunnya, bulan lalu. Ia mencari keberadaan Smartphone miliknya yang ia tinggalkan akibat teriakan horror Bu Ratna.

Benda persegi itu tergeletak di bawah selimut ternyata. Hati Atika  mulai berdesir lagi mengingat akun Shandy sudah ia ikuti. Atika bertanya- tanya dalam hati,  kira- kira Shandy sudah mengikuti balik atau belum ya? Atika sangat penasaran. Pelan- pelan HP itu ia hidupkan. Kecewa.

Tidak ada notif apapun. Hancur hati Atika melihat gebetan tak merespon. Atika menepuk jidat, ternyata koneksi Wi-fi tidak tersambung.

Atika menarik nafas pelan, lalu menghubungkan jaringan Wi-fi. Dengan sabar ia menunggu notifikasi. Perlahan ia kembali menutup mata, kuping, tapi tidak menutup hidung,  bisa- bisa tidak bisa bernafas malah yang ada berpindah ke dunia lain.

Drrrtttt…

Ponsel Atika bergetar, Atika bertamya- tanya, apakah getaran telepon, notifikasi sms, whatsapp, line, email, instagram, atau getaran cinta. Atika meraba jantungnya, memastikan detaknya masih stabil.

“Gue harus cek notif, semangat pejuang cinta!” teriak Atika.

Perlahan Atika buka mata lalu memberanikan diri membuka HP dan…

‘Shandy_Fahrian mulai mengikuti Anda’.

“THANK YOU MAMA, ini semua berkat teriakanmu , jadi di follow sama calon menantu masa depan. Saatnya gue stalk sampai ke akar- akar.”

Makasi buat yang udah baca. Ikutin terus ya si pejuang cinta ini. Maapin kalau ada typo. Vote dan kasih saran kamu juga di komentar. Salam sayang your love❤ yolaww

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang