19. (bukan) Kencan

117 26 28
                                    

Atika membatalkan rencana untuk pergi menonton film di mall, sudah bosan katanya, karena baru beberapa hari yang lalu ia pergi nonton bersama Nirma. Sebagai gantinya Shandy mengajaknya pergi ke Taman Kencana. Atika turun lebih dulu, membiarkan Shandy mencari tempat parkir. Atika menikmati suasana di taman itu. Pepohonan besar dan rindang, alunan angin sejuk, dan bangunan- bangunan tua begaya kolonial yang enak dipandang. Atika menyukai itu, ia menarik nafas dalam seraya menutup mata, untuk sejenak ia lupa penatnya semua urusannya di kampus dan penatnya kemacetan di kota.

Shandy menuntun Atika menuju sebuah bangku taman di tekat rangkaian hutuf membentuk  taman kencana.

“Kamu laper, aku beliin jajanan ya?”, tawar Shandy pada Atika yang sejak tadi hanya diam saja.

“Nanti aja deh, aku mau nikmatin suasananya dulu”, jawab Atika dengan senyum manis, “Liat deh pas banget hari ini mataharinya cerah jadi sunsetnya cantik”, Atika menunjuk mentari di balik pepohonan yang hendak pulang ke ufuk barat meninggalkan senja yang indah.

Gadis itu mengambil beberapa foto untuk diunggah di instagramnya, tidak lupa juga nama Shandy ia mention.

Shandy memandang wajah gadis itu dari samping, sangat manis, pantulan sunset pada rambut abu- abunya, senyumnya yang polos, Shandy sadar semua itu sangat indah. Ia memperkecil jaraknya dengan Atika, dengan lembut ia meraih tangan gadis itu, menggenggamnya erat.

Atika dapat merasakan lembutnya telapak tangan lelaki pujaan hatinya itu.
Atika yang terkejut dengan perlakuan Shandy membelalakkan matanya pada lelaki itu, kemudian buru- buru mengalihkan pandangannya dari mata Shandy. Rona merah pada pipinya pasti sudah muncul, janntungnya juga tidak bisa diajak kompromi, bunga- bunga kembali mekar berseri di sekeliling Atika, ia terus memanjatkan doa di dalam hatinya agar si Markum tidak muncul di momen romantis ini.

“Atika, sebenarnya aku suka sama….”

“ATIKA!”, sebuah panggilan kini merusak momen romantis Atika.

Sial, umpat gadis itu. Siapa yang berani- beraninya melakukan itu akan ditimpuk pakai sandal jepit bekas. Namun ada yag aneh, kali ini bukan Marc pelakunya, Atika menoleh ke arah suara tersebut. Atika mengepal kedua tangannya menahan emosi, menatap Kevin kin sudah ada di hadapannya lengkap dengan seragam kerja dan sebuah ransel di punggungnya.

“Loh, Atika ini om kamu yang kemarin kan”, ujar Shandy seraya menoleh pada Atika.

“Iya, Atika ini keponakan saya. Kalau begitu Atika pulang sama saya saja ya.  Sudah mau malam, biar saya yang antar dia”, ucap Kevin tegas.

Sebuah penolakan sudah siap dilontarkan Atika, mungkin akan ditambah dengan makian, namun Kevin selalu lebih sigap, ia meraih pergelangan tangan gadis itu, menariknya menjauh dari tempat itu, meninggalkan Shandy masih terpaku. Namun nyali Atika menciut untuk memberontak karena jika Kevin membongkar jika ia dijodohkan dengan Atika, maka selesailah hungungannya dengan Shandy. Lain lagi dengan Shandy, ia membiarkan Atika pergi, karena Shnady tidak berhak melarang gadis itu pulang dengan seseorang yang ia tahu adalah om dari gadis itu, walaupun Shandy sedikit penasaran dengam om Atika yang tidak ada sedikitpun tampang om di wajahnya.
***

Bukannya malah langsung pulang seperti ucapan Kevin pada Shandy, lelaki yang mengaku- ngaku sebagai om Atika itu, malah membawa gadis itu ke sebuah tempat makan yang sangat terkenal di sekitar taman Kencana yaitu macaroni panggang. Mereka mengambil tempat duduk di taman agar lebih sejuk dan tempat itu juga sedang sepi, mungkin karena bukan weekend.

“Mumpung lagi di Taman Kencana, sayang jika tidak singgah di sini”, Kevin menepuk punggung tangan Atika yang sedang merajuk.

Atika mengusap bekas colekan Kevin dengan hand sanitizer, “Kenapa bisa tau gue lagi disini”.

Kevin melongo tidak percaya sekejam itukah Atika padanya, memangnya ia kuman sampai harus dioles cairan antiseptik, ia kemudian menggenggam tangan gadis itu, semakin Atika berusaha melepaskan, ia menggenggam semakin erat.

“Tadi bisa dipegang sama orang lain, masa sama calon suami sendiri enggak bisa”, goda Kevin.

Alis Atika bertautan mendengan ucapan Kevin, seenaknya saja pegang- pegang anak orang, dengan sekuat tenaga  ia menggigit tangan Kevin, sehingga lelaki itu meringis melepaskan genggamannya.

“Gimana rasanya gue gigit, emang enak, makanya nggak usah pegang pegang gue”, tanya Atika dengan senyum pertamanya setelah Kevin mengancurkan kencannya.
Kevin hanya diam, mengusap bekas gigitan Atika, menunggu reaksi gadis itu.

“Sakit banget ya?”

“Ada yang perhatian nih?”, Kevin menaik- naikkan alisnya menggoda Atika. Sedikit- sedikit sifat Atika sudah iapahami, gadis cantik itu bukan tipe orang yang tegaan, apalagi pada orang yang kesakitan, sekesal apapun dia, jika ada yang merintih sakit, pasti luluh juga.

Ketika sadar jika Kevin hanya mengerjai dirinya, Atika membuang muka, “Enggak lo, enggak adek lo, sama- sama ngeselin”, Atika menjentikkan jarinya, “Gue tau nih, pasti si Markum kan yang ngabarin,  gue jalan sama Shandy”, tuduh Atika.

Kevin terkekeh sebelum mulai memakan Macarroni pesanannya. Sebenarnya Marc hanya mengabari kalau Atika pergi dengan seseorang tapi tidak tahu kemana, namun semesta memang selalu berpihak pada Kevin jika berurusan dengan gadis itu, setelah jam pulang kantor ia ditugaskan menjemput berkas ke rumah atasannya di dekat taman ini, namun saat ingin pulang Kevin teringat mamanya sangat suka macaroni dari taman kencana, ternyata tidak sengaja ia memergoki Atika sedang PDKT dengan gebetannya. Bagaikan menang lotre, Kevin dapat kesempatan menggagalkan kencan mereka dan menculik Atika dari lelaki itu.

“Marc engak tau kamu dimana, aku kebetulan lewat sini, namanya jodoh emang enggak kemana”, Kevin mengaduk- aduk Macaroninya.

“Enggak usah banyak bacot deh, gue kesel sama lo. Gara- gara lo, bukan cuma kencan gue yang berantakan, gue juga gagal jadian sama Shandy”, gerutu Atika seraya mencomot Macaroni milik Kevin.

“Katanya kesel, tapi kok makanan aku dicomot juga, tadi katanya nggak mau mesan macaroni”, ujar Kevin usil dan kembali menikmati makannya. 

Atika menatap Kevin dengan malas, meneguk jus mangganya hingga tandas, “Gue tuh kesel sama lo, bukan makanan lo, dasar nyebelin, gue marah sama lo,  udah deh kita pulang yuk”, ajak Atika.
“Enggak mau”.

“Bang Ke, ralat, Bang Kevin, kita pulang yuk”, rengek Atika.

“Katanya kesel, marah, ya udah pulang aja sendiri”, gerutu Kevin.

Atika mendengus sebal, ia berdiri ingin bergesas pulang namun terhenti ketika ia ingat tadi ia datang ke taman ini bersama Shandy, dompetnya ketinggalan di mobilnya yang ia titipkan pada Vita. Ia menatap nanar pada ponselnya yang sudah low batre. Ingin memesan taksi online tidak bisa lagi, satu- satunya cara harus pulang dengan makhluk mengesalkan di hadapannya ini.

Atika menarik nafas dalam- dalam, menurunkan gengsi, karena sudah marah- marah pada Kevin, ia tahu lelaki itu hanya pura- pura merajuk, hanya menggoda dirinya. Atika melirik Kevin dengan seulas senyum. Ternyata senyum tidak berhasil meluluhkan hati Kevin, Atika memutar otak, mencari ide lain.

Atika memajukan posisi duduknya, “Bang Kevin putra Om Surya dan Tante Rima, abang tampan, anterin adek Atika pulang dong, adek Atika janji enggak nakal lagi, nanti Atika bakal masakin abang ganteng apa ya?”, Atika berpikir sejenak.

“Nasi gurih sama lontong sayur”, tawar Kevin.

Atika mengacungkan kedua jempolnya, “Okay, setuju”.

“Deal, ayo kita pulang”, Kevin menggamit lengan gadis itu.

Halooo temen- temen yang udah terus ikutin Atika, Kevin, Shandy, dan si Markum eh Marc, makasih ya. Aku utnggu loh vite kamu. Kalau ada kritik dan saran ketik aja di komentar, have a nice day ❤

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang