16. Kangen

115 28 18
                                    

Atika menatap hamburan bintang dari balkon kamarnya. Malam ini langit begitu cerah sehingga bulan dan bintang bisa Atika lihat dengan jelas. Hatinya sedang merindu, tapi entah siapa yang ia rindukan. Shandykah? Bukannya baru saja ia bertemu pujaan hati itu. Rasanya bukan dia. Sentuhan lembut angin pada kulitnya menyadarkan ada perasaan sepi di hatinya. Ia memeluk tubuhnya sendiri, sesekali menggosok telapak tangannya mencoba mencari rasa hangat, malam ini Bogor lebih dingin dari biasanya.

"Udah beberapa hari si nyebelin Kevin enggak nongol, kemana ya si om itu", gumam Atika sendiri.

Tiba- tiba ia menggeleng cepat, bergidik ngeri dengan dirinya sendiri.

"Kok gue jadi mikirin dia ya, tapi penasaran sih".

Atika bergegas dari balkon, meraih ponsel yang tergelak di tempat tidur. Entah sadar atau tidak, Atika mencari kontak Suami Idaman Atik. Ternyata gadis itu tidak mengganti nama kontak Kevin. Atika mengetuk-ngetukkan ponsel ke kepalanya. Ada sedikit gengsi namun penasaran kemana perginya manusia menyebalkan itu.

"Telfon ajadeh daripada penasaran", Atika menyentuh layar ponselnya untuk melakukan panggilan, tanpa sadar yang disentuh adalah video call bukan voice call.

Atuka menepuk jidatnya ketika tampang Kevin terpampang jelas memenuhi layar ponselnya.

"Halo Atika, ada apa?", raut serius tampak di wajah tampan Kevin .

"Ini nih, enggak sengaja kepencet", kilah Atika.

"Kepencet rindu ya", Kevin terkekeh.


Sontak Atika bergidik ngeri, "Enggak sudi gue rindu sama lo", pandangan gadis itu fokus pada bekas memar di wajah Kevin, "itu pipi lo kenapa?", ada raut cemas di wajah Atika.

"Aduh calon istri perhatian nih?", Kevin menaik- naikkan alisnya.

Atika menggeleng cepat menyangkal perkaataan Kevin. Melihat tingkah Atika, Kevin tidak kuasa menahan tawanya, membuat gadis itu semakin kesal.

"Siapa juga yang perhatian, udah deh, memarnya parah nggak, perlu di jenguk?"


Mendengar tawaran Atika, secepat kilat Kevin mengangguk, ini bagaikan kesempatan emas bisa mendapatkan perhatian Atika, bisa minta dimasakkan oleh gadis itu.

"Kalau tidak merepotkan boleh deh",


Atika terdiam sejenak, namun kemudian mengangguk sebelum akhirnya mentup video call itu, ia menaikkan alisnya sebelah, merasa aneh dengan apa yang sedang ia lakukan.

"Ngelamun aja neng", Rivan berdiri di depan kamar Atika.

"Bang Rivan, masuk aja Bang", ujar Atika seraya bergeser memeberi ruang untuk Rivan duduk.

Rivan masuk membawa sepiring martabak rasa kelapa kismis, meletakkannya diantara ia dan Atika. tanpa disuruh gadis itu langsung melahap martabak mengiurkan itu.

"Nelfon sama siapa?", Rivan menatap lembut adik kesayangannya itu.

"Kevin", Atika mencomot potongan martabak yang kedua.

"Curhat kok nggak ngajak- ngajak Nirma sih".

Serentak Atika dan Rivan menoleh ke arah pintu. Nirma berdiri dengan raut merajuk yang dibuat- buat dengan bungkusan berisi tiga cup kopi yang ia beli melalui aplikasi ojek online. Gadis itu masuk tanpa diperintah, mengambil tempat duduk di samping Rivan seraya membagi kopi yang ia bawa.

"Ada apa nih, aku ketinggaln info apa", tanya Nirma seraya menatap abang dan adiknya bergantian.

"Baru abang nanya Tika telfonan sama siapa. Ternyata sama Kevin", ujar Rivan lalu menyeruput kopinya.

"Udah PDKT aja nih bocah, kangen ya, awas ntar lo yang duluan nyusul bang Rivan, nggak terima gue", Nirma mencolek pipi Atika yang merona seketika.

Atika menarik nafas dalam. Memangnya siapa yang PDKT dengan si menyebalkan Kevin, Atika hanya penasaran kenapa lelaki itu sudah beberapa hari tidak muncul. Hanya penasaran, bukan perhatian, apalagi rindu.

"Memangnya hubungan kamu sama anaknya Tante Rima itu udah gimana perkembangannya", tanya Rivan.

"Tika cuma penasaran aja, Bang, kenapa dia udah lama enggak muncul. Soal hubungan, dia itu cuma Tika anggap temen, lagian Tika punya gebetan yang lebih keren", Atika ceengengesan tidak jelas pada Rivan.

"Bilang aja kangen, enggak usah sok- sok gengsi deh, samperin aja gih", goda Nirma.

"Abang kenal dengan Om Surya dan Tante Rima, mereka orang baik. Tapi anak-anak nya abang kurang kenal, tapi kata Paps, anaknya juga dididik dengan baik, kamu enggak suka ya sama perjodohan ini", Rivan menatap lembut adik kecilnya itu. Biar bagaimanapun jika Atika tertekan dan tidak suka dengan perjodohan ini, maka Rivan akan bicara dengan papanya, Pak Juan Laksono.

Atika menggeleng", Atika juga pengen penya pasangan yang Atika sayang, seperti Bang Rivan dengan Kak Anggun, Kak Nirma sama calon abang ipar", Atika menarik nanfas pelan, "tapi kalau Paps senang Tika sama anaknya Om Surya, coba dijalanin aja dulu, lagian sejauh ini Kevin juga enggak pernah jahatin Tika".

Rivan dan Nirma bangga melihat adik kecil mereka yang sudah berpikir semakin dewasa. Tapi kalau ada lelaki yang menyaiti Atika, Rivan akan menjadi garda terdepan untuk melindungi adiknya itu, tidak hanya Tika, Nirma juga akan ia lindungi sebisanya, Rivan adalah abang idaman seluruh bangsa.



***

Atika mengipas- ngipas kepalanya yang mulai berkeringat di balik helm hitam milik abang ojek online. Matahari masih saja terik padahal jam tangan branded milik Atika sudah menunjukkan jam empat sore. Gadis itu sudah hampir sampai di kediaman Om Surya, biar bagaimanapun ia sudah janji menjenguk Kevin. Ia datang membawa buah tangan dua kotak bolu, yang satu bolu pisang, dan yang satunya bolu karamel, semuanya ia buat sendiri.


Atika berhenti tepat di sebuah rumahlantai dua bercat putih dengan gerbang hitam yang sedang terbuka. Sebuah rumah yang asri, banyak bunga di terasnya. Setelah menyerah helm pada bang ojek, Atika memastikan nomor rumah tersebut sudah sesuai dengan alamat yang dikirim Kevin.

"Penguntit!!!"

Atika menoleh ke arah sumber suara, keningnya berkerut, lalu mengucek mata dengan tangan kanannya, memastikan penglihatannya, tiba- tiba ia mencubit lengan orang itu, yang tidak lain adalah Marc.

"Awww sakit", lelaki meringis karena cubitan Atika lumayan keras.

"Wah gue enggak salah lihat nih, ini beneran lo si ngeselin. Sebenarnya bukan gue yang penguntit tapi lo, Markum", tuduh Atika pada Marc.

"Tapi gue sih senang kalau lo nguntit gue, daripada lo harus nguntit Shandy", Marc tersenyum miring disusul dengan kekehan khasnya.

"Kenapa sih lo selalu larang gue deket sama Shandy?"

Perlahan senyum Marc memudar. Matanya tajam menatap bola mata Atika, walaupun sebuah perasaan bersalah bergejolak di dadanya, ia memutuskan untuk memuka mulut demi kebaikan gadis itu sebelum perasaan gadis manja itu terhadap Shandy semakin dalam.

"Karena....."

"Marc!!!", Teriakan Tante Rima memotong ucapan Marc.

Mata Atika melebar melihat Tante Rima keluar rumah memanggil nama Marc. Kenapa bisa Tante Rima mengenal Marc, apa mereka tetangga, atau jangan- jangan, Atika menggeleng cepat, mengusir pikiran negatif sari kepalanya.

"Marc, udah kenal sama Tika, kenapa enggak diajak masuk?", Tante Rima menggandeng Atika yang sedikit bingung menuju rumah.

"Ma, ko bisa kenal sama si penguntit, maksud Marc, sama Atika", tanya Marc seraya mengekor di belakang Tante Rima dan Atika.

Mendengar panggilan Marc kepada Tante Rima, Atika paham bahwa Marc adaah putra kedua Tante Rima dan otomatis adiknya Kevin, Atika mendesah lemas, ternyata benar dunia ini memang sempit, seperti daun kelor. Begitu juga dengan Marc mendesah seraya tersenyum kecut, ternyata selama ini perempuan yang sangat gigih mengekor sahabatnya, Shandy adalah perempuan yang dijodohkan orangtuanya untuk abangnya.

Selamat malam temen temen. Makasih ya udah di baca, kalo suka vote ya, komen juga ❤❤❤
Salam sayang yolaww ❤

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang