3. Satria Baja Hitam

279 95 65
                                    

Tiga orang personil Satria Baja Hitam sedang melakukuan konfrensi meja bundar di kantin Ilmu Komputer, yang sudah menjadi markas mereka sejak mahasiswa baru .

Satria Baja Hitam yang ada di kampus ini bukan Satria yang ada di film anak- anak, yang selalu pakai baju serba hitam. Satria Baja Hitam adalah nama geng Atika dan teman- temannya. Geng mereka bukan sembarang geng, bukan geng motor apalagi geng tawuran antar kampus., namun kumpulan empat gadis, yang beruntung memiliki paras cantik dan berasal dari keluarga yang berada.

Mereka sudah berteman sejak putih abu- abu, sehingga memutuskan melanjutkan kuliah di kampus yang sama dengan jurusan berbeda

Atika Sari, mahasiswa akuntansi, gadis manja, penyuka cemilan, walaupun kelakuan kadang sedikit absurd, namun ia memiliki prestasi baik di kampus.

Vita, gadis blasteran India Batak, manusia paling cuek yang pernah ada. Nova, personil Satria Baja Hitam yang paling cantik dengan pesonanya, Nova terkenal memiliki banyak gebetan. Terakhir, Kayna, si manis yang manisnya lebih manis dari gula aren.

Dari semua anggota, hanya Kayna yang memiliki status tidak jomblo, ia punya pacar karyawan PLN, yang dijuluki pembangkit listrik oleh Atika.

“Kesel, kesel, kesel, aku kesel sama Buk Prof, segini amat susahnya punya pembibing professor. Datang pagi pulang petang, tapi gak ada hasil,”  keluh Kayna.

“Gue juga emosi, udah dandan semembahana mungkin, eh tauya Pak Bisman rapat dadakan, padahal leher gue kesengat catokan karena buru- buru, takut telat, diusir Pak Bis ,” Nova menaikkan rambut hitamnya, menunjukkan bekas kecoklatan di tengkuknya.

Dua dari tiga sejoli itu, tampak tidak bisa menahan emosi, bagaimana bisa ada rapat dosen dadakan, padahal semalaman mereka habiskan untuk begadang, berkutat di depan layar laptop, demi skripsi yang tak kunjung mendapat kepastian.

“Makanya kuliah itu dinikmati, jangan buru- buru banget angkat kaki .”

Vita tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya itu. Mahasiswa Hubungan Internasional semester akhir itu memang belum menyentuh skripsinya sedikit pun. Sesuai mottonya yang dikutip dari pepatah lama, biar lambat asal selamat, santuy. Semakin cepat skripsi kelar, maka semakin cepat pula status mahasiswa berubah menjadi pengangguran.

“Saran lo gak asik, gak membangun sama sekali. Gue bingung sama lo, kenapa itu skripsi di anggurin?”

“Hadehhh, gua cuma mencegah kenaikan persentase pengangguran, Nov”, balas Vita cuek.

“Ngemeng- ngemeng, Atika mana sih?” tanya  Kayna.

“Dia tadi nge chat gue, katanya datang telat, lagi ngintel dia tuh”, ujar Vita memberi informasi.

“Ngintel itu apaan sih?”, tanya Kayna polos.

“Itu loh, Na. Intelnya badan intelijen, yang tugasnya ngumpulin informasi.” jawab Nova seraya mengoles krim  luka bakar di tengkuknya.

“Ohhh, si Atika jadi intel, apaan yang mau diintel, Pak Bambang? Tapi skripsi tuh bocah kan hampir beres,Vit. Jadi buat apa ngintelin Pak Bambang?” tanya Kayna semakin bingung dengan tingkah sahabatnya itu.

“Bukan Pak Bambang, Na. Tapi calon masa depan dia katanya, biar nanti di ucapan terima kasih skripsi ada nama someone spesial”.

“Jangan- jangan lo belum ngerjain skripsi, karena belum punya nama doi di ucapan terima kasih, Vit” ejek Nova.

Vita terkekeh, ia menggeleng, lalu menjitak kepala Nova.

“Santai ajalah, kalau urusan itu, gue bisa pinjam gebetan lo yang banayk itu , atau pacar Kayna yang pembangkit listrik itu, atau nama gebetan Atika yang lagi diintel itu” Vita menaik- naikkan alisnya menggoda kedua sahabatnya Nova dan Kayna.

“ Pacarku, pacarmu, pacar kita semua.” ucap mereka serempak.

***

Di bawah sebuah pohon yang lumayan rindang yang terletak di pinggir lapangan milik Fakultas Ekonomi, Atika sedang melaksanakan tugas yang sudah ia rancang dengan baik. Seratus delapan puluh derajat dari hadapan Atika, alias di belakang, tepatnya di parkiran, ada target operasi sedang duduk bersama dua orang temannya. Siapa lagi yang dipantau Atika, kalau bukan Shandy Fahrian.

“Oh my God, beneran meleleh gue. Shandy hari ini keren banget, kenapa ya selama ini gue gak pernah main ke sini, baru sadar gue anak manajemen pada ganteng, selama ini kemana aja lo Atika,” ujar Atika seraya mengetuk kepalanya.

Gadis pemilik rambut sebahu itu tampak berbicara sendiri sambil sesekali memandang si target dari cermin make up yang sudah ia prepare dari rumah.

Sebenarnya lebih jelas kalau pakai kaca spion, cuma mau dubuat kemana citra baik anak Pak Juan.

“Itu yang di kirinya Shandy pasti Revaldo terus yang di kanan pasti Marcopollo, gue gak mungkin salah, ada di feed IG Shandy.”

Atika masih mengomel sendiri. Setelah akun IG miliknya di ikuti balik oleh Shandy, sudah pasti Atika langsung menggali informasi sebanyak mungkin demi  meminimalisir kesalahan, dan dari barisan foto- foto Shandy, isinya foto pribadi, dan beberapa dengan dua sahabatnya. Atika bisa bernafas lega karena tidak menemukan foto perempuan, jadi kemungkinan lelaki itu masih single. 

“Tika?”

Atika terkejut bukan main, ia sedang berada di wilayah anak manajemen, seingatnya ia tidak punya relasi di tempat ini. Atika mendongak menatap pemilik suara itu.

“Astaga Ando, ada apa ke sini?” Atika berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya, apa Aldo melihatnya sedang melirik- lirik dari cermin. Lagipula sedang apa tetangganya itu ada di sini, bukannya ia jurusan…. Argghh Atika lupa.

“Tika, aku kan emang anak manajemen, lagian kamu ngapain ngintipin cermin?” Ando memperkirakan arah cermin Atika.

“Ohhhh lagi ngintipin mereka?” Ando menunjuk ketiga pemuda itu dengan dagunya agar tidak terlalu mencolok.

“Fitnah aja lo, An. Betewe emang keliatan ya kalo gua ngintipin ke arah mereka?” tanya Atika.

“BANGET!!!”.

“An, sini deh ikut gue, ada urusan penting”, ujar Atika seraya menyeret Ando ke arah mobilnya.

***

Di sebuah bangku parkiran yang cukup luas, tiga orang lelaki sedang berbincang membahas mata kuliah mereka yang harus diulang. Namun perhatian mereka teralihkan olah tingkah gadis yang bisa dikatakan aneh, tidak jauh dari mereka.

“Val, itu cewek lagi ngintipin ke arah kita deh,” ujar seseorang yang bernama Marcopollo bertanya pada Rivaldo.

“Yang di bawah pohon itu?” Rivaldo menunjuk seorang cewek dengan rambut sebahu dicat abu-abu di bagian bawahnya.

Marcopollo mengangguk mengiayakan Rivaldo. “Dasar cewek jaman sekarang kerjaannya ngintipin orang, beda sama jaman kakek buyut gue.”

Shandy hanya menggeleng tanpa memberi komentar atas percakapan kedua sahabatnya itu.  Ia hanya mengamati gadis yang dimaksud Marc. Tanpa sadar kedua ujung bibirnya tertarik, memberntuk sebuah senyum di bibirnya.

Halo gaes yang udah ngikutin Atika ngintel alias nguntit makasih yawww. Terus baca dan kasih vote juga gak dosa kok. Salam sayang your love ❤yolaww

INTEL???  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang