Atika memperhatikan dekorasi rumah keluarga Om Surya, sangat rapi, foto- foto keluarga mereka berjajar rapi di dinding tangga menuju lantai dua tempat kamar Kevin berada. Sesekali Atika tersenyum jahil ketika ada pose masa keecil Kevin dan Marc yang sangat lucu. Tidak menyangka di balik wajah Kevin yang tampan pernah juga ingusan itu anak. Apalagi melihat pose Marc lelaki absurd yang dengan seenaknya suka melarang Atika seenaknya, Atika tersenyum simpul melihat poto si sok cool itu tercebur ke lumpur, sebuah foto liburan di pedesaaan.
“Tante enggak nyangka loh kamu datang, tadi Kevin ngabarin, tante kira bercanda, eh ternyata datang, tante senang banget loh. Kata Kevin tante enggak usah masak, biar kamu aja, masakan kamu enak katanya”, mama Kevin menuntun Atika ke sebuah kamar dengan tulisan nama Kevin di pintunya.
Sejak kedatangan Atika, wanita paruh baya itu terus saja mengoceh, terlalu senang ketika tahu Atika datang jauh- jauh demi menjenguk putranya.
“Iya, tante bisa aja, Tika juga masih belajar masak kok”.
“Tika, ini kamarnya Kevin, kamu masuk aja. Tante ke bawah dulu siapin bahan- bahan buat kita masak nanti. Nanti tante telfon papa kamu, tante kabarin kamu pulangnya agak lama”.
Atika mengangguk dengan seulas senyum manis di bibirnya. Setelah Tante Rima bergegas ke dapur, Atika mengetuk pelan pintu di hadapannya. Atika masuk setelah mendengar suara seseorang mempersilahkannya masuk, sejenak gadis itu memandang sekeliling kamar Kevin, untuk ukuran kamar leki- laki, kamar ini termasuk rapi dan wangi. Ia mendapati Kevin sedang duduk di lantai bersandar ke tempat tidunya. Masih ada bekas memar si pipinya.
“Ternyata kamu beneran datang, aku senang”, Kevin tersenyum tulus.
Atika duduk di dekat lelaki itu, meletakkan satu kotak bolu setelah kotak yang satunya sudah ia beri kepada tante Rima saat pertama sampai tadi, dan Marc memakan sampai habis tanpa tersisa untuk Tante Rima dan Om Surya.
“Kok bisa memar gitu sih”, Atika membuka kotak bolu mempersilahkan Kevin memakannya.
“Habis baku hantam” Kevin mencomot sepotong bolu, “bolunya enak, aku suka”.
“Karena cewek ya? Terus kamu sok jadi pahlawan”, ujar Atika menduga- duga.
“Lebih kurang seperti itu”, Kevin ingin meraih segelas air, namun lebih dulu diambilkan oleh Atika.
“Jadi bener karena perempuan”.
Ada sedikit perasaan kesal di hati gadis itu melihat Kevin rela baku hantam hanya untuk seorang perempuan, sampai harus cuti bekerja karena memar di pipinya masih biru. Namun dengan cepat ia menepis perasaan itu, karena biar bagaimanapun ia suka pada orang lain begitu pula Kevin berhak menyukai siapapun, atau mungkin Kevin sudah punya pacar sebelum bertemu dengannya.
“Cemburu”, senyum jahil Kevin memancing rona merah muncul lagi di pipi Atika.
“Cemburu dari Afrika Selatan”, tatapan sinis Atika menusuk pandangan Kevin.
“Sayang?”, bisik Kevin pada telinga Atika.
Sontak mata bulat Atika terbelalak seketika,” APA?”
Kevin tersenyum puas. Baginya menjahili Atika sangat menyenangkan, melihat Atika kesal adalah kebahagiaan sendiri baginya.
“Tadi lo manggil gue sayang?”, tanya Atika dengan kening berkerut.“Samyang. Aku pengen makan samyang. Emang kamu mau aku panggil sayang?” Kevin terkekeh geli melihat Atika memajukan bibirnya karena kesal.
“Amit- amit deh”.
Drrrrtttt sebuah panggilan masuk ke ponsel Kevin.
Atika melirik mencuri pandang, penasaran dengan nama nama pemanggil. Nama Seruni terpampang di layar.
Kevin menolak panggilang tersebut, Atika tidak ingin mencampuri, ia malah pamit ke dapur, takut Kevin merasa tidak enak mengangkat telfon itu karena ada Atika di itu.
***
Tante Rima dan Atika terlihat akrab membereskan dapur dibantu oleh Buk Wid asisten rumah tangga keluarga Om Surya. Semua masakan mereka sudah terhidang di meja makan, sup iga sapi, ayam semur, dan potongan buah segar sudah siap disantap.
“Tika, udah beres semua, kita ke ruang makan yuk”, ajak Tante Rima.
Di ruang makan seluruh anggota keluarga Om Surya sudah berkumpul. Si om juga sudah pulang dari kantor. Kevin dan Marc sudah stay di tempat duduk masing- masing. Tante Rima mengambil tempat duduk di samping Om Surya, jadi Atika mengambil kursi di depan Kevin tepatnya di samping Marc.
“Jadi ini masakan Atika”, Om Surya memulai percakapan.
“Iya, Pa. kata Kevin enak banget”, Tante Rima menyendokkan nasi ke piring Om Surya.
Kevin menyendok sendiri nasinya, begitu pula dengan Atika dan Marc.
“Penguntit, maksud gue kakak ipar, ambilin supnya dong”, ujar Marc.
“Jadi kamu sama Marc udah saling kenal”, tanya Om Surya.
“Iya, Pa. Si kakak ipar ini sebenarnya….”
“Iya om, saya satu kampus, Markum, eh maksud saya Marc”, Atika tidak ingin Marc membongkar bahwa mereka saling mengenal karena sering memata- matai Shandy.
“Atika gimana di kampus?”,tanya Kevin pada Marc yang sedang asik menggigit tulang ayam semur.
“Kurang tahu kan beda jurusan, tapi yang gue tahu, ….”
“Marc, mau nasi lagi”, untuk kesekian kalinya Atika memotng ucapan Marc menyendokkan nasi ke piring Marc tanpa persetujuan lelaki itu.
Makan malam berlanjut dengan obrolan- obrrolan santai, sesekali mereka tertawa karena gurauan Om Surya. Sebenarnya Atika senang berbaur dengan keluarga Om Surya, suasananya hangat, hamonis sama dengan keluarga Pak Juan. Selesai makan malam Atika kembali ikut membereskan peralatan makan, karena semanja apapun ia di rumah, itu tidak bisa dibawa keluar, Bu Ratna selalu mengajarinya untuk tidak malas di rumah orang lain .
“Kevin udah malam nih kamu anterin Tika ya”, Tante Rima melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pulul sembilan lewat lima belas.
Baru saja Kevin berdiri hendak mencari kunci mobil, Marc memotong langkah abangnya itu.
“Ma, Atika biar Marc aja yang anterin, kan kondisi abang belum bener- bener pulih, muka aja masih biru- biru gitu, sama Marc juga aman kok, lagian ada urusan kampus yang perlu Marc bahas sama Atika”, bujuk Marc pada Tante Rima dan Kevin.
Kevin membenarkan Marc dalam hatinya, karena lengannya juga masih sedikit nyeri, lagipula ia percaya Marc akan menghantar Atika dengan selamat. Sedangkan Atika hanya mengangguk pasrah, ia yakin Si Markum sedang punya rencana terselubung.
“Tika, pulang sama Marc gimana?”, Tante Rima menoleh pada Atika yang sedari tadi diam saja.
Aika melirik Marc yang sedang membuat kode agar setuju, ia juga melirik Kevin sebagai isyarat meninta persetujuan lelaki itu, biar bagaimanapun ia harus menghargai Kevin, tidak seenaknya mengambil keputusan.
“Ya sudah, kalian hati hati”, ujar Kevin.
Atika menyalami Om Surya dan Tante Rima, lalu ia dan Kevin bergegas menuju gerbang, menunggu Marc mencari kunci mobilnya di kamar.
“Makasih ya udah datang dan udah masakin”, Kevin mengacak rambut Atika.
Ada sedikit terkejut dengan perlakuan manis Kevin, pipinya tidak bisa diajak kompromi, rona merah muncul, Atika segera menunduk agak tidak terlihat ia sedang salah tingkah.“Get well soon”, ucap Atika pelan.
Belum sempat Kevin menjawab, Marc sudah menghampiri mereka, bukannya dengan mobil tetapi dengan sepeda motor matic yang biasa digunakan oleh asisten rumah tanga mereka belanja ke pasar.
“Kunci mobil gue ngilang, naik motor aja deh biar romantis”, goda Marc.
Halo...
Apa kabar hari ini? Semoga harimu menyenangkan. Makasih ya udah baca cerita ini. Mohon maaf jika ceritanya atau alurnya belum se wowww yang kalian bayangkan, namanya juga belajar. Kalo kamu ada saran atau kritik komen aja gapapa biar kita sama sama belajar untuk lebih baik lagi. Aku sa.... kalian ❤
Isi sendiri deh titik titiknya hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
INTEL??? [TAMAT]
Romance[Follow mumpung gratis] [TAMAT] Ketika seorang gadis manja si pencinta Martabak bernama Atika mengikuti pilihan hatinya untuk mengintel seorang lelaki tampan di kampusnya, ia selalu dihalangi seorang lelaki yang sangat menyebalkan. "Heh, pengunti...